What's Up?

1.6K 121 14
                                    

Jarak kembali merentang jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarak kembali merentang jauh. Memisahkan aku dan dirimu, oleh sebab ruang dan waktu. Cepat atau lambat, aku pasti akan segera merindu. Terlebih bila memori memutar kenangan indah yang kita lalui bersama. Aku yakin, akan ada banyak fatamorgana dirimu dalam setiap hari-hariku.

Aku berjalan menuruni tangga. Tubuhku serasa pegal semua. Padahal, semalam begitu sampai rumah aku langsung tidur, setelah bersih-bersih sebentar. Mungkin memang tubuhku belum bisa pulih seperti biasa.

Ketika aku sampai di anak tangga terakhir, kulihat Mama, Papa, dan Kak Reymond sudah ada di meja makan. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu. Tapi, begitu menyadari ada aku disana, obrolan mereka berhenti seketika. Aku pun menatap mereka dengan heran, sambil melangkah pelan untuk bergabung bersama mereka.

"Ada apa, ni?" tanyaku sambil menarik kursi, lalu duduk.

"Tanya sama Mama kamu," jawab Papa, lalu meneguk air putih di gelasnya, sambil menatap Mama dengan sinis. Aku pun kebingungan. Kusenggol kaki Kak Reymond untuk isyarat minta penjelasan tentang apa yang terjadi antara Mama dan Papa. Bukannya melakukan apa yang aku inginkan, Kak Reymond justru memalingkan wajahnya dariku. Sepertinya ia enggan untuk memberitahu apa yang terjadi.

"Om, Tante, aku ke mobil dulu, ya," pamit Kak Reymond, lalu berlalu. Lirikkan aneh darinya beberapa kali kupergoki tertuju padaku. Aku pun heran sendiri.

"Papa juga, deh," ucap Papa, lalu bangkit berdiri.

"Mama bawain tasnya, ya, Pa?" tawar Mama sambil meraih tas kerja Papa yang ada di bangku sebelah Papa duduk.

"Enggak usah," tolak Papa sambil merebut tas kerjanya, lalu berlalu begitu saja. Mama pun terdiam dan menghela napas kasar, kemudian duduk di bangku sebelahku dengan lesu. Karena tak tahu apa masalahnya, aku pun hanya bisa terdiam dan kebingungan.

Sesaat kemudian, Papa kembali dan berhenti tepat di sampingku.

"Vanya, kamu berangkat pakai mobil. Jangan pakai motor," perintah Papa dengan sorot mata yang begitu serius, dan membuatnya terlihat begitu galak.

"Kenapa, Pa?" tanyaku lirih.

"Enggak usah banyak tanya. Pokoknya, pakai mobil. Pulang kampus, kamu mampir ke kantor Papa. Papa mau ngomong sama kamu," jawab Papa tegas.

"Nanti, Mama juga ke kantor Papa, ya?" usul Mama sambil tersenyum membujuk.

"Enggak usah. Mama di rumah aja," sahut Papa dengan ketus, kemudian berlalu meninggalkan kami.

Aku terdiam menatap kepergian Papa. Tidak biasanya, Mama dan Papa bertengkar seperti ini. Kalau aku amati, sepertinya Mama yang menjadi biangnya. Biasanya, Papa akan marah pada Mama, kalau Mama melakukan hal yang tidak Papa suka. Seperti beli tas, sepatu, dan baju yang harganya puluhan juta, atau melakukan hal dengan kekreatifan berlebih yang menimbulkan masalah. Pada saat seperti ini, suasana rumah pasti akan terasa tidak nyaman.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang