Throw Away

1.5K 141 49
                                    

Aku memang terlanjur mencintaimuDan tak pernah ku sesali ituSeluruh jiwa telah kuserahkanMenggenggam janji setiaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memang terlanjur mencintaimu
Dan tak pernah ku sesali itu
Seluruh jiwa telah kuserahkan
Menggenggam janji setiaku

Kumohon jangan jadikan semua ini
Alasan kau menyakitiku
Meskipun cintamu tak hanya untukku
Tapi cobalah sejenak mengerti

Bila rasaku ini rasamu
Sanggupkah engkau menahan sakitnya
Terhianati cinta yang kau jaga
Coba bayangkan kembali
Betapa hancurnya hati ini kasih
Semua telah terjadi

(Kerispatih – Bila Rasaku Ini Rasamu)


Ya. Rasa kesalku padanya masih tak berkurang, dengan air mata yang tak lagi sanggup berlinang. Tingkahnya yang dengan mudah mengatakan perpisahan, dan melupakan puluhan janji yang ia ucapkan, membuatku merasa sama sekali tak berarti maupun berkesan. Hingga tanpa beban, ia melemparkanku ke pembuangan. Oh shit! Posisiku dan sampah rumah tangga bak sejajar sekarang.

Berengsek!” batinku geram, sambil menatap ke arah luar mobil yang tak dapat bergerak, oleh sebab terjebak dalam padatnya kemacetan.

Tepat di sisi kiri kendaraan ini, sebuah mall berdiri megah. Beberapa orang berjalan keluar darinya, dengan membawa beberapa kantong belanjaan. Pandanganku tertarik pada seorang gadis dengan dress berwarna biru muda, yang tengah memamerkan tas barunya pada gadis lain di sebelahnya, yang sepertinya adalah temannya. Entah mengapa, hal itu mengingatkanku pada barang pemberian Kevin saat kami menemani Tante Nia berbelanja. Ya, tas hitam itu. Aku meliriknya yang berdiam diri tepat di sisi kananku. Bagai melihat penampakan menyebalkan pria itu, emosiku kembali terpacu. Teramat enggan untuk menggunakannya kembali.

“Ca, buka pintunya,” ucapku datar, sambil menatap Caca, yang kini terbelalak kaget. Sama halnya dengan Bella.

“Ha? Lo mau kemana?” tanya Caca bingung.

“Gue mau ke mall,” jawabku ketus, sambil menaikkan dagu dengan pelit ke arah mall di sebelah kiri kami. Kedua orang itu pun terlihat tampak keheranan. Mereka terpaku sejenak menatapku, sebelum akhirnya saling menatap dengan penuh pengkodean.

“Ca, Bel, kalian denger gue, kan?” tanyaku ketus. Kedua orang itu pun tampak gelagapan.

“I—iyaa iyaa. Kita temenin, ya?” sahut Bella sambil menatapku penuh harap.

“Terserah,” ucapku lirih, sambil melengos ke arah jendela.
Bella dan Caca pun terlihat kikuk, dan bingung sendiri dengan sikapku.

“Ya—ya udah, Ca. Masuk mall,” pinta Bella gagap, yang langsung dituruti oleh Caca.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang