Kak Dika

2K 158 57
                                    

(18+)
Mohon membaca dengan bijak.

“Aku lupa satu hal. Memberi Kevin kesempatan, artinya menghancurkan harapan seseorang. Kak Dika.”

Mobil ini melaju memasuki halaman rumah. Sinar lampunya menyorot beberapa benda, yang salah satunya adalah sebuh motor yang teramat aku kenal. Kak Dika. Dengan begitu jelas, mataku menangkap sosoknya yang berdiri di teras rumah, ditemani oleh Kak Reymond di sampingnya. Bola mataku membulat dengan deru napas yang mulai tak beraturan. Aku yakin betul, alasannya datang adalah soal pria yang ada di sampingku ini. Video perihal seorang atlet ternama yang menjemputku di kampus, pasti sudah viral sekarang, dan terpantau oleh Kak Dika. Aku harap ia tak apa, meski tampaknya ia tak baik-baik saja.

Tanpa aba-aba, langkah Kak Dika melaju cepat ke arah pintu kemudi dimana Kevin berada. Ia menggedor-gedor jendela dengan tak santai, dan meminta Kevin untuk keluar. Kevin yang tampak tak suka pun menuruti keinginan Kak Dika. Adu tatapan tajam pun tercipta oleh keduanya. Tak ingin sesuatu yang buruk terjadi, aku pun buru-buru keluar dan berlari kecil ke arah mereka.

“Mau apa kamu kesini? Mau mempermainkan Vanya lagi? Cih. Buruk sekali budayamu. Orang seperti kamu sama sekali tidak pantas untuk Vanya,” tegas Kak Dika, sambil menatap Kevin dengan begitu tajam.

“Gue enggak pernah permainin Vanya. Inget itu,” balas Kevin.

“Lalu, soal Gracia, Amara, dan kejadian alun-alun itu apa? Prank?” todong Kak Dika, yang mengundang ekspresi tak terima oleh Kevin. Amarahnya nampak meningkat pesat oleh sebab rangkaian kalimat itu.

“Kalau lo enggak tahu apa-apa, mending enggak usah banyak omong, deh. Ngerti?” Kevin mendekatkan wajahnya ke arah Kak Dika, dengan ekspresi penuh tantangan.

“Udah udah udah. Jangan gini, guys. Ini udah malem, kalau sampai ada ribut-ribut, pasti orang-orang bakal pada bangun. Jadi tenang, ya. Jangan berantem,” Kak Reymond memisahkan mereka, dengan berdiri di antaranya. Sementara aku, hanya terdiam, dengan segala kebimbangan terkait langkah apa yang harus kulakukan.

“Van,” panggil Kak Dika yang membuatku menyorotnya.

“Aku mau ngomong sama kamu,” lanjutnya dengan raut wajah penuh keseriusan, lalu meraih tangan kananku dan hendak membawaku berlalu. Tapi..

‘Set.’

Langkah Kak Dika yang membawaku, mendadak terhenti akibat Kevin meraih tangan kiriku, dan membuatku tertahan di tempat. Secara bergantian, ku tatap kedua orang yang kini kembali beradu tatapan tajam itu. Kebingungan dan rasa takutku meningkat pesat.

“Lepas. Saya mau bicara sama Vanya,” pinta Kak Dika. Kevin pun tersenyum sinis menyambutnya.

“Kalau gue enggak mau, lo mau apa?” tantang Kevin. Pandanganku beralih pada Kak Dika yang mulai geram. Tak ingin hal-hal buruk terjadi, aku pun memikirkan jalan tengah untuk keduanya.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang