With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]

My Happiness

Aku terpaku dengan mulut yang menganga. Semua terasa seperti mimpi.

“Udah, herannya dilanjut nanti. Sekarang kita masuk ke mobil kamu dulu,” ucap Kevin sambil mengambil alih kunci mobil dari genggamanku. Setelah itu, ia mendorong pundakku dari belakang menuju ke kursi penumpang di mobil bagian depan.

Kepercayaanku terhadap keadaan ini, belum sepenuhnya terkumpul. Keterperangahan masih merengkuhku dan membuatku begitu menurut terhadap instruksinya. Tatapanku belum bisa beralih darinya. Bahkan, hingga aku duduk di kursi ini, tatapanku masih terus terfokus padanya dan memantau semua hal yang ia lakukan.

‘Glek!’ suara pintu mobil ditutup olehnya. Setelah itu, Ia duduk dengan posisi menyerong kearahku. Senyumnya masih terulas dengan begitu manis.

Tiba-tiba, sesuatu mengetuk rohku, dan membuat tubuhku bergetar karena kaget. Kualihkan pandangan darinya, dan menatap lurus ke arah kaca mobil bagian depan. Aku terdiam dalam kekosongan. Sesaat kemudian, kusembunyikan wajah dalam kedua telapak tanganku. Beberapa kali, kupukul pipiku pelan untuk mencoba menyadarkan diri.

“Udah gila, ni, gue. Gara-gara kurang tidur, gue jadi halu gini, kan. Ya ampun, sadar, Van, sadarrr,” ucapku sambil menepuk-nepuk agak keras kedua pipiku.

“Et et et et et, udah udah. Jangan dipukul-pukul, dong, pipinya,” ucap sosok menyerupai Kevin itu, sambil meraih kedua jemari tanganku, lalu menggenggamnya erat.

“Denger, ya, Vanya sayang. Kamu enggak mimpi, kok. Ini beneran aku. Kevin Sanjaya Sukamuljo,” lanjutnya dengan senyum yang terus mengembang.

“Beneran? Yakin ini bukan mimpi?” tanyaku tak percaya.

“Iya, dong. Enggak percaya banget, sihh,” jawabnya sambil menekan kedua pipiku menggunakan tangan kanannya, dengan ekspresi gemas. Aku pun mengaduh kesakitan, sementara ia tertawa renyah menatapku.

“Jadi, ini beneran kamu? 100% nyata?”

Kevin bungkam dengan senyum yang konstan terulas. Kedua tangannya merentang sebagai isyarat yang memintaku untuk meraih tubuhnya. Entah mengapa, kepercayaanku terhadap keadaan ini memenuh seketika. Senyumku pun mengembang mengiringinya. Tanpa ragu, aku melabuhkan tubuhku pada pelukannya.