Different

1.7K 124 11
                                    

“Eh, itu bukan, sih?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Eh, itu bukan, sih?”

“Yang itu bukan?”

“Iya, deh, kayaknya.”

“Masa, sih?”

Sstt sstt sstt.”

Bla bla bla bla.

Itulah yang aku dengar di sepanjang lorong kampus pada setiap harinya. Samar memang, kerena mereka hanya saling berbisik. Tapi, ketika seseorang sedang dibicarakan oleh orang lain yang ada di sekelilingnya, maka indra yang ada dalam dirinya akan menguat seketika. Itulah yang aku rasakan. Aku dapat melihat tingkah orang lain di sekelilingku tanpa terang-terangan menatapnya, alias melirik saja. Aku juga dapat mendengar perkataan mereka meski dengan volume suara yang terbilang rendah.

Jujur, aku merasa sangat terganggu. Aku tidak bisa menjadi diri sendiri sejak berita itu tersebar. Kehidupanku yang sebelumnya begitu nyaman, kini mendadak jadi tertekan. Setiap pasang mata seolah selalu menyorotku, dan membuatku harus menjaga sikap serta perkataan. Bukan berniat untuk munafik, melainkan hanya meminimalisir bahan hujatan orang-orang yang kontra dengan berita tentang aku dan Kevin yang memiliki hubungan perasaan.

Sejak Rektor kampusku merepost berita menyebalkan itu, keberadaanku begitu menarik bagi banyak orang. Teman-teman kampus yang mengenalku, selalu menanyakan tentang Kevin ketika kami bertemu. Dosen-dosen di jurusanku juga menaruh perhatian lebih padaku. Beberapa dari mereka terang-terangan menanyakan bagaimana hubunganku dengan Kevin di depan banyak orang. Terkadang, mereka juga mengait-ngaitkannya dengan materi kuliah yang di ajarkan. Penasaran bagaimana kejadiannya? Beginilah ceritanya.

***

Selesai kelas, aku, Vio, dan Tika, berencana makan di kantin. Sebenarnya aku agak ragu, tapi, karena lapar dan waktu istirahat yang sebentar sehingga tidak memungkinkan kami makan di luar, dengan terpaksa aku menyetujuinya. Ketika kami keluar kelas, anak-anak kelas lain yang mempunyai jadwal di tempat itu, sudah menunggu di selasarnya. Tentu mereka mengenal aku, dan menyimpan rasa penasaran tentang kebenaran berita itu. Oleh sebab itu, beberapa dari mereka langsung menyapaku dan tanpa basa-basi mengutarakan perasaan mereka.

“Van, emang bener, ya, beritanya?” tanya Dita, seorang gadis dengan postur tinggi dan kurus.

Kepo. Emang bener enggaknya berita itu ngaruh di hidup lo?’

“Iya, eh. Aku juga penasaran banget, ni. Benerankah?” timpal Danti.

Ini juga. Penasaran kok sama masalah pribadi orang. Enggak sopan.’

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang