Gift

1.8K 130 12
                                    

“Van, Vanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Van, Vanya. Bangun, Van,” ucap Mama sambil menggoyang-goyangkan tubuhku. Perlahan, aku pun membuka mata.

“Mandi sana, katanya mau ke Gereja. Udah jam setengah enam,” lanjut Mama. Aku pun mendudukkan diri, sambil mengucek mata yang terasa pedas. Mungkin karena terlalu banyak menangis semalam.

“Ya udah, Mama tinggal, ya. Mama mau bantu Agnes masak. Jangan tidur lagi,” pesan Mama sebelum berlalu.

Sejak tadi malam, aku dan Mama menginap di rumah Kak Agnes dan Kak Gideon, karena pagi ini pukul 07.30 WIB, teman-temanku sudah kembali ke Jogja. Sebenarnya, aku ingin ikut penerbangan di jam yang sama dengan mereka, guna cepat-cepat menghindar dari Kevin. Tapi, Mama melarangku dan memilih penerbangan sore, yaitu jam 17.00 WIB. Ia bilang masih rindu dengan Tante Nia, dan ingin menghabiskan waktu bersamanya. Entah alasan itu benar adanya, atau hanya tipu muslihat yang menutupi suatu rencana tak terduga yang sudah mereka siapkan untuk aku dan Kevin. Aku yakin, kedua orang itu tidak akan tinggal diam tentang apa yang terjadi pada hubungan kami.

Aku terdiam sejenak. Enggan rasanya untuk menerka-nerka rencana mereka. Lagi pula, kejadian semalam yang masih terasa begitu pedih, belum bisa aku lupakan. Kepalaku terasa pusing karena kurang tidur dan terlalu banyak mengeluarkan air mata. Perlahan, ku pijat kedua pelipisku menggunakan jari telunjuk kedua tanganku, dengan mata yang terpejam. Aku mencoba menetralisir perasaan, untuk memantaskan diri datang ke Gereja. Setelah merasa lebih baik, aku pun bangkit dan berjalan ke kamar mandi.

***

Waktu menunjukkan pukul 06.25 WIB. Aku sudah siap mengenakan rok ruffle sebawah lutut dengan motif kotak-kotak berwarna krem putih, dan kemeja dengan lengan tiga perempat berwarna putih. Kulangkahkan kaki menuruni tangga, untuk menemui Mama yang mungkin sudah menungguku di bawah. Namun, ketika aku sampai, Mama belum siap dan masih terlihat sibuk di dapur yang tepat berada di sebelah kiri bibir tangga. Aku pun terbelalak menatapnya.

“Mama belum siap? Udah hampir jam setengah tujuh, lho,” tegurku yang membuat Mama dan Kak Agnes menghentikan obrolan mereka, lalu mengalihkan pandangan ke arahku.

“Mama enggak ke Gereja, Van,” ucap Mama dengan santai.

“Mama kamu mau jalan-jalan sama Tante dan Agnes,” ujar Tante Nia yang tiba-tiba muncul dari arah dapur bagian belakang. Aku pun terbelalak melihatnya.

“Tante, kok, ada disini?” tanyaku bingung.

“Kan, udah dibilang, Mama kamu, Tante Nia, sama Kakak, mau jalan-jalan,” jawab Kak Agnes.

“Berarti aku ke Gereja sendiri, ni?” tanyaku agak kesal.

“Siapa bilang? Tu,” ucap Kak Agnes sambil tersenyum, lalu menaikkan dagunya ke arah sofa ruang keluarga yang ada di belakangku. Aku pun menengok kesana, dan mendapati Kevin sedang duduk dengan pakaian formalnya, bersama dengan Kak Gideon. Senyum Kevin terulas tipis, sementara aku menatapnya datar. Niatku untuk beribadah pun memudar seketika. Ku hembuskan helaan napas kasar, sambil mengalihkan pandangan darinya. Ingin rasanya aku mengusir orang itu, dan mengurung diri di kamar.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang