Aku terus menunduk, dan mengusahakan rambut panjangku menutup seluruh rupa. Bagaimana pun juga, aku tak ingin wajah ini terpapar nyata dalam semua rekaman amatir orang-orang di sekitarku. Aku tak bisa membayangkan apabila wajahku kembali dipajang oleh akun gosip menyebalkan itu. Semua orang pasti akan menyorotku dan mulai menggosipkan ini dan itu. Ya Tuhan, AKU MALU.
‘Gleek!’
Pintu mobil tertutup, tepat setelah kami masuk. Aku pun menatap sekeliling mobil yang dipadati oleh manusia, dengan kerisauan yang begitu besar. Apa yang akan terjadi padaku setelah ini? Oh my God. Berbagai pesan sampah pasti akan kembali mengotori sosial mediaku.
Sesaat kemudian, aku mengalihkan pandangan ke arah Kevin. Tatapan tajam pun kusuguhkan pada pria yang tengah menyorotku sambil mengumbar senyum itu.“Buruan jalan! Nyalain mobilnya! Kenapa malah bengong, sih?!” bentakku kesal, yang disambut kekehan darinya.
“Seatbelt, Van,” ucapnya santai.
“CK! Bawel banget, sih! Mending enggak usah ribet, dan langsung jalan aja! Jangan bikin emo—“
‘Deg!’
Ucapanku terputus, akibat Kevin yang tanpa aba-aba mendekatkan tubuhnya ke arahku guna memasangkan seatbelt padaku. Entah mengapa, napasku seolah terhenti dengan degup jantung yang beritme meninggi. Tindakannya yang benar-benar meluluhkan hati, membuatku tak dapat berkutik lagi. Kenapa pria ini bisa dengan begitu mudah berbuat semaunya atas diriku? Kenapa semua tingkah manisnya selalu berhasil meniadakan rasa kesalku? KENAPA?
“Udah,” ucapnya dengan posisi wajah yang berada tepat di depanku, diiringi senyum yang tak dapat kusangkal kemanisannya. Setelah itu, ia kembali duduk dengan normal di kursi kemudinya, dan melajukan mobil menjauhi kerumunan manusia itu. Aku pun terdiam dan menghela napas kasar. Kekesalanku berubah arah pada diri sendiri, akibat kelemahan yang selalu datang oleh sebab pria bernama Kevin ini.
‘Eiiittt!! Sadar, Van! Sadar! Jangan baper. Inget, dia udah sakitin kamu. Kamu enggak boleh lemah dan jadi bodoh Evania Vanya! Sadaaaarrr!’
Aku bergidik, oleh sebab logika yang memprotes perasaan. Dengan sekuat tenaga, aku pun kembali bersikap yang seharusnya.
“Kamu ngapain di Jogja? Bukannya kamu harusnya latihan, ya? Pake acara jemput-jemput segala, lagi. Hobi banget, sih, bikin masalah buat orang lain!” ucapku ketus.
“Cuma pengen ketemu sama orang tersayang masa enggak boleh?” tanyanya yang membuatku bungkam.
“Aku enggak main-main soal mau perjuangin kamu, Van. Pokoknya, sampai titik darah penghabisan,” sambungnya diikuti kekehan.
“Kemarin, kan, kamu udah bolos. Sekarang, giliran aku yang bolos,” ucapnya ringan. Aku pun terdiam, dan terus menyorotnya dengan tajam. Rasa kesalku terhadap tingkahnya menyeruak seketika, akibat ia yang seolah menjadikanku lahan permainannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]
FanfictionSequel With You ❤ Kevin dan Vanya adalah sepasang kekasih yang baru saja meresmikan hubungan mereka, setelah melalui begitu banyak rintangan. Namun, mereka kembali diuji dengan harus menjalani LDR. Kevin yang begitu banyak digandrugi wanita, dan Van...