Our Time

2.6K 131 5
                                    

Setelah melalui perjuangan yang lumayan berat, sampailah kami di pom bensin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melalui perjuangan yang lumayan berat, sampailah kami di pom bensin. Aku berdiri di samping mobil untuk menunggu Mbak Petugas yang sedang mengisi bensin di mobilku. Mataku terus menyorot Kevin yang sedang berdiskusi dengan gerombolan anak SMP tadi, pada jarak yang lumayan jauh dariku. Senyumku terus mengembang menyaksikan fenomena itu. Tiba-tiba, Kevin dan anak-anak itu menatapku sambil tertawa kecil. Aku pun membelalakkan mata karena kaget. Sesaat kemudian, mereka kembali berdiskusi. Rasa penasaran mulai menyerangku.

“Mbak,” panggil petugas pom yang membuatku refleks menengok ke arahnya.

“Sudah selesai, mbak,” ucapnya sambil tersenyum. Aku pun melihat nominal di mesin kredit bensin, lalu membayarnya.

Setelah itu, tatapanku kembali beralih pada Kevin dan gerombolan bocah itu. Namun, sesi diskusi mereka sudah selesai. Saat ini, masing-masing dari anak itu melakukan high five dengan Kevin, lalu pergi sambil memasukkan sesuatu ke saku baju mereka. Setelah semua anak pergi, Kevin pun berjalan mendekatiku. Ia tampak menghindari tatapan penuh tanda tanya yang aku suguhkan untuknya. Bola matanya hanya melirikku sesaat sebelum ia masuk ke mobil. Menyaksikan sikap anehnya itu, rasa penasaranku pun semakin tinggi. Setelah terdiam heran sejenak, aku pun masuk ke dalam mobil.

Kevin melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Tatapannya lurus kedepan dengan lirikan sepersekian detik yang beberapa kali ia tujukan padaku, yang tak henti-hentinya menyorotnya.

“Aku tahu aku ganteng. Tapi, biasa aja, dong, ngeliatinnya. Nanti makin cinta, loh.”

Akhirnya ia berucap, meskipun bertemakan kepercayaan diri yang berlebihan.

“Idih. PD gilaa,” sahutku sambil tertawa kecil. Si tersangka pun ikut tertawa, namun dalam kadar yang lebih tinggi.

“Kamu tadi ngomongin aku, ya?” tanyaku sambil mendekatkan wajah kepadanya. Aku menahan posisi ini sambil menunggu jawabannya. Namun, ia kembali bungkam.

“Ngomongin apa kamu?” tanyaku lagi.

“Rahasia,” jawabnya sambil tersenyum mengejek.

Aku menjauhkan wajah, lalu bersandar di kursi sambil melipat tanganku. Tatapanku masih tertuju padanya yang sedang senyam-senyum enggak jelas sambil menggoyang-goyangkan kepala. Lucu. Entah mengapa, tingkahnya yang seperti bocah itu membuat tawaku terbit.

“Terserah, deh,” ucapku di sela-sela tawa. Ia pun ikut tertawa.

Tiba-tiba, aku teringat anak-anak itu yang pergi sambil memasukkan sesuatu ke saku bajunya. Aku yakin, Kevin pasti memberi mereka uang.

“Kamu tadi nyogok bocah-bocah itu, kan?” tuduhku.

“Nyogok?” tanyanya sambil menatapku heran.

“Iyaaa. Kamu kasih mereka uang, kan?” tudingku.

“Lhoh, mereka, kan, udah kerja. Udah bantu kita dorong mobil. Jadi, aku bayar, dong,” jelasnya.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang