Hai!

1.5K 103 19
                                    

"Menyelesaikan masalah itu bukan berpaut pada emosi, melainkan kebijakan pikiran dan hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menyelesaikan masalah itu bukan berpaut pada emosi, melainkan kebijakan pikiran dan hati. Jangan biarkan nafsu diri menguasai, sebab pada akhirnya ia hanya membawa bencana baru yang akan disesali."

Aku memarkir mobil di halaman rumah, lalu melangkah masuk ke dalam dengan lesu. Kebingungan dengan masalah baru yang sudah terlanjur kuciptakan, benar-benar melahap semangatku. Pikiranku terus berkutat pada memori beberapa saat yang lalu, dimana aku hampir menghancurkan seseorang yang tidak bersalah. Rasa menyesal karena kesalahan besar itu terus menerus menghujatku dalam setiap detiknya. Membuatku tak bisa mengabaikannya, meskipun hanya sekejap.

"Vanya," panggil seseorang yang berhasil menyadarkanku. Jiwaku seolah bangun dengan mendadak, dan membuatku diam sejenak dalam bingung. Aku sedikit melonjak kaget karena mendapati diri sudah berada di ruang tamu.

"Perasaan aku barusan parkir mobil, deh. Kok, sekarang udah di ruang tamu, sih? Bego emang," batinku.

"Van," panggil seseorang dari arah sofa TV. Refleks, aku pun menengok ke arahnya. Disana, sudah ada Mama, Papa, dan Kak Reymond yang kini menatapku dengan raut wajah bingung.

"Van, kamu kenapa? Daritadi dipanggil kok diem aja?" tanya Kak Reymond. Aku terdiam sejenak untuk menemukan jawaban terbaik.

"Hah? Eehmm. Aku agak ngantuk, jadi ngelamun, Kak," sahutku gagap.

"Oohhh, kirain kenapa," balas Kak Reymond.

"Ya udah, sini, gabung sama kita. Bentar lagi Kevin main," ujar Papa yang membuatku mengernyit heran.

"Emang sekarang hari apa? Kok Kevin main?" tanyaku bingung.

"Lhoh, kamu gimana, sih? Masa sekarang hari apa kamu lupa? Sekarang hari Rabu, Van. Kevin mulai main sekarang," jelas Mama yang berhasil mengetuk memoriku tentang itu. Aku pun memukul dahiku pelan sambil merutuki diri sendiri. Sungguh, aku merasa benar-benar bodoh saat ini.

***

Pada pertandingan ini, Kevin dan Kak Gideon harus melawan Hiroyuki Endo dan Yuta Watanabe wakil dari Jepang. Setelah melalui serangkaian adat sebelum memulai permainan, suttlekock pun mulai dilambungkan. Poin demi poin pun terus melaju dan saling mendahului. Musuh Kevin dan Kak Gideon lumayan kuat, dan membuat poin mereka agak tersendat beberapa kali. Bahkan, sempat tertinggal. Sayangnya, pada set pertama ini, Kevin dan Kak Gideon kalah. Jujur, hal ini membuat moodku semakin buruk.

"Semangat, Vin!" batinku.

"Play!" ucap Umpire memulai pertandingan. Kevin dan Kak Gideon tampil lebih agresif dari sebelumnya. Namun, lawan mereka juga tetap menampilkan permainan apik, sehingga laju poin tetap lambat sama seperti di babak pertama. Beruntung, Kevin dan Kak Gideon berhasil memperoleh poin 11 lebih dulu. Sayangnya, setelah jeda, permainan wakil dari Jepang semakin meningkat dan menjadikan keadaan lebih sulit. Mereka sempat berada pada poin yang sama, yaitu 17, dan 18. Namun, Dewi Fortuna berpihak pada Indonesia.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang