First Met

11.7K 695 37
                                    

*Kenangan 22 tahun silam*

"Hello, baby," anak lelaki bermata biru itu menautkan jari kelingkingnya ke dalam tangan mungil bayi cantik di depannya.

Dia sudah lama menantikan seorang adik perempuan bahkan di usianya yang sudah 7 tahun ini. Namun Mommy dan Daddy belum bisa mengabulkan permintaannya.

Wajah bayi itu akan selalu diingatnya. Alis tipis yang bahkan belum tumbuh sempurna. Matanya yang menyipit karena kedua pipinya berisi serta kulitnya yang sehalus kapas menjadikan ia ingin selalu mengelus gemas adik barunya.

"When can I hug her?" bocah tampan berambut coklat itu merengek.

Mommy memberi isyarat dengan telunjuk di wajahnya.

"not now my boy. She's falling asleep right now."

"but I want her now."

Tak lama bocah lelaki itu pura-pura menangis dan datanglah seorang kakek berambut putih keabuan menghampirinya.

Diangkatnya bayi mungil yang masih tertidur pulas ke pelukannya dan ia mendekatkan pipi bayi itu kepada bocah lelaki yang terlihat berbinar senang.

"Ayo Rafa, peluk. Nanti kalau Rafa sudah besar, Rafa jagain dede bayi ya." Kakek itu mengelus lembut kepala Rafa, cucu dari sahabat lamanya.

"Can I make her my queen, someday?" Rafa berceloteh riang, mengundang tawa semua tamu yang hadir.

Ia beberapa kali diajak Mommy dan Daddy ke pesta pernikahan. Yang ia sukai adalah kue coklat yang banyak dan es krim.

Suatu hari nanti dia akan mengajak bayi mungil ini jalan-jalan ke sana dan ia akan menyuapi dengan coklat, strawberry, vanilla, anggur, agar bayi ini kelak bisa menyukai semua rasa yang ada di dunia.

💖💗💟

Pohon mangga itu masih sama seperti lima tahun yang lalu. Angin kencang menerbangkan sebagian daunnya mengotori kaca depan Range Rover Sport 3.0 HSE, milik Opa.

Seharusnya Pak Beni -supir setia Opa- yang membersihkan dedaunan itu. Namun setiap berkunjung ke rumah teman akrabnya, Opa selalu mengemudikan sendiri mobil kesayangannya.

Anak lelaki berambut coklat kehitaman itu masih asyik memainkan game "mario bros" ketika jendela mobilnya diketuk dari luar. Ia malas turun setiap kali Opa mengajaknya ke rumah mewah berlantai 2 di perumahan elite Rancamaya river view.

Diturunkannya kaca jendela dan muncul wajah bulat dengan pipi kemerahan berseragam putih dan rompi biru kotak-kotak dengan nama terbordir rapi di sebelah kanan blus bertuliskan "TK B Insan Kamil".

Gadis bertubuh besar itu dengan cekatan berjinjit dan membuka pintu dengan susah payah, dari jendela yang separuh terbuka.

Begitu pintu terbuka, dia memutuskan untuk ikut duduk di kursi belakang.

"Gajah, berat badan kamu berapa sih?", anak lelaki yang tahun ini akan ujian nasional SD, berusaha mengusir keluar gadis manis di sebelahnya.

Gadis gembul itu mengangkat empat jari tangan kanannya dan tangan kirinya membentuk angka 0. Bukan main, 40 kg? Kalau ditukar beras buat zakat fitrah, anak ini bisa menyantuni 16 fakir miskin. Begitu pelajaran agama mengajarinya di sekolah.

gadis itu kemudian berteriak-teriak heboh supaya Mario jangan sampai kalah. Menyebalkan, mengganggu konsentrasinya bermain game saja.

Tepat disaat kemenangannya di level terakhir, tercium bau amoniak.

"Gajah...kamu ngom...pol...?"

Gadis tambun itu mengangguk cepat.

"Cepat sana keluar. Aduh, jok kesayangan Opa jadi bau pesing."

Anak lelaki itu membuka pintu dan menarik lengan gempal gadis itu keluar.

"Zebra jahat... ", gadis itu menunjuk nametag "Rafa Zabran", di seragam sekolah yang dikenakannya.

"Panggil aku Rafa."

Gadis itu tidak peduli. Dengan segenap kekuatannya, dia memukul bahu teman lelakinya dan kemudian berlari masuk ke dalam rumah sambil menjerit berderai air mata.

"Dasar cengeng."

Sebentar lagi Opa pasti akan memarahinya karena si gajah mengadukannya. Apa-apaan itu, beraninya si gajah memanggilnya zebra. Ganteng-ganteng begini, dia punya segudang fans di sekolahnya.

***





Jangan lupa FOLLOW akun Ummi @penahijrah1981, Votes ⭐⭐⭐ dan komen di cerita Ummi.

Terima kasih. 🧡🧡🧡



Our Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang