Why It's Hurt Inside

4K 468 15
                                    

Sesosok pria muda bercelana denim biru tua mencari gadis yang dari tadi menelfon, mengusik tidur siangnya setelah beberapa malam ia sulit memejamkan mata karena deadline tugas yang menumpuk.

Ia terkejut melihat penampilan gadis yang disayanginya, tampak kacau. Gadis itu memilih duduk di sudut kafe Amarylis.

"Kenapa ngga dipakai kerudungnya?"

Gio berujar lembut.

"Suka-suka gue lah. Mau pakai atau nggak."

Lelaki itu menghela napas pelan. Ia memang pernah mendengar Raina bercerita kalau Queen sedang banyak masalah, gadis cantik ini tiba-tiba bisa menjadi liar dan seperti sekarang. Dia tidak memakai hijab yang biasa dikenakannya jika pergi kampus.

Hanya Raina yang selalu berhasil melunakkan hati Queen bila suasana hati gadis itu memburuk.

"Sudah menengok Nyai di Rumahsakit? Ketemu Ina?"

"Jangan sebut nama Ina lagi."

Queen mengaduk jus alpukat di depannya, tanpa minat.

Girls war. Cukup mengherankan karena kedua sahabatnya ini jarang bertengkar.

Queen yang luar biasa manja karena bergelimang kasih sayang dan materi sejak kecil dan Raina yang sering mengalah menuruti kemauan Queen.

Mereka perpaduan yang saling melengkapi sampai terkadang ia sendiri merasa Raina seperti pihak yang terzholimi, tapi Raina merasa biasa saja.

"Kalian bertengkar? Jangan lama-lama. Ntar siapa yang gantiin Lu kuliah, kalau bukan Ina."

Gio melambaikan tangan ke arah mbak waitress, mencoba mengabaikan wajah cemberut gadis di depannya.

Jujur, Queen makin cantik mengenakan hijab. Namun sekarang ia tampak seperti gadis nakal dengan highlight ungu kemerahan, sampai bahu.

"Menurut Lu, kenapa laki-laki bisa selingkuh?" pertanyaan Queen membuat Gio mengernyitkan dahi.

Apakah yang dimaksud gadis ini adalah Nathan, kekasihnya?

Lelaki itu bersorak girang dalam hati. Semoga dua orang ini segera mengakhiri long distance relationship dan mencari yang pasti-pasti aja di dekatnya.

"Kenyamanan mungkin. Bisa jadi pasangannya terlalu menuntut ini itu, sehingga si pria merasa tidak dihargai.
Atau si perempuannya cuek mengurus dirinya sendiri dan kurang perhatian sama pasangannya."

Queen menatap jus alpukatnya dengan pandangan kosong.

Maminya yang cantik dan sosialita, bisa kalah dengan gadis kemarin sore yang penampilannya sederhana. Terlebih lagi gadis itu seusia dengan dirinya.

Raina hanya memakai make-up saat diajaknya jalan ke Mall. Itu pun Queen yang dengan senang hati memakaikan maskara dan lipstick merah muda untuk Raina yang hanya bisa menurut. Dia sadar, Raina hanya ingin membuat semua orang di sekitarnya bahagia.

Tapi sungguh dia tidak menyangka kalau Raina mengincar Papinya. Apa kemiskinan sampai membuat gadis itu buta.

Mendadak perutnya mual membayangkan Papi sedang memeluk mantan sahabatnya, dengan penuh kasih sayang. Papi mengelus lembut kepala sahabatnya dan kemudian mengecup kening Raina.

Ooh tidak... Asam lambungnya naik. Queen memberi isyarat dia akan ke kamar mandi. Gio mengangguk dan tampak khawatir memandang wajah gadis itu yang tiba-tiba memucat.

Di wastafel, gadis itu pun muntah-muntah. Tenggorokannya terasa terbakar. Sakit lambung adalah salah satu musuhnya. Kalau muntah-muntahnya parah, dia bisa seharian berbaring di tempat tidur menahan nyeri.

Our Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang