"Dok, Dok Farah. Ada pasien."
Suara mbak Ani, perawat UGD Puskesmas rawat inap Kemuning Jaya, terdengar mengetuk pintu kamar jaga.
Gadis bernama Farah yang baru saja hendak memejamkan mata, setelah menjahit luka pasien kecelakaan motor satu jam lalu, kembali mengumpulkan segenap kesadarannya.
Sudah hampir dini hari. Dia memakai kembali hijabnya dan berkaca memastikan penampilannya cukup rapi.
Dipakainya sandal jepit. Sejak pagi tadi dia sudah memakai sepatu. Shif malam kali ini dia lebih nyaman memakai sandal yang bersahabat dengan pori-pori kulitnya.
"Pasien lagi Dok. Padahal tadi Ocha udah naruh sapu sama serokan buat palangin pintu, biar ngga ada pasien. Biar kita bisa tidur tenang gitu, sampai pagi. Eh, nggak berhasil juga."
Farah hanya geleng-geleng kepala melihat Ocha. Dia teringat tausiah guru mengajinya, Ustadzah Dewi. Kalau percaya kayak begituan, sama dosanya kayak syirik. Misalnya percaya sama bunyi burung gagak lewat, bakal ada orang yang meninggal.
"Huss.. Itu namanya tathayyur. Nggak baik percaya sesuatu yang bisa bikin sial dalam hidup kita. Bisa jatuh ke syirik.
Segala sesuatu yang terjadi itu, sudah ijin Allah. Bahkan berapa banyak helai daun yang jatuh detik ini, semua atas ijin Allah.""Siap Bu Ustadzah Dokter. Termasuk barusan ada cicak jatuh, bukan pertanda sesuatu yang buruk mau kejadian ya?"
Kimmy si admin mungil yang ikut nimbrung setelah selesai nonton Drakor kesukaannya, juga bertanya.
"Ya nggak ada hubungannya lah. Makanya kalau pas kajian muslimah Jum'at di Mushola, jangan pada kabur. Mbak Farah selalu datengin narasumber yang oke punya lho. Biar pada jelas ilmunya."
Gadis berkacamata minus dua itu berjalan menuju ruang UGD. Terlihat seorang pasien yang meracau di balik selimut. Bajunya basah.
"Barusan dia pingsan nggak jauh dari puskesmas, Dok. Ibu Wati warung depan sama Sari gentong yang menggendong sampai kesini." Debi, perawat yang suka mencirikan seseorang dengan postur badannya, membuat Farah kembali menasihatinya.
Siap-siap kalau jaga bareng dokter Farah, semua tim bakal kena ruqyah, eh maksudnya... siraman ruhani.
Dia memeriksa suhu tubuh pasiennya. 40 derajat. Pantas saja gadis ini sampai menggumam tidak jelas.
"Kim, boleh minta tolong periksa identitas gadis ini. Coba dihubungi keluarganya.
Ocha, minta tolong ambilkan baju ganti di tas saya. Sekalian sama kerudungnya.
Mbak Debi, yuk habis kita gantiin baju siap-siap kita pasang cairan infus dan masuk obat penurun demam."Alea, dokter rawat inap yang baru turun ke UGD, ikut membantu. Dia berinisiatif mencharge ponsel gadis malang yang sedang terbaring lemah di bed pasien, karena dia lihat hp gadis itu mati total.
Kru Girls' Power malam ini terlihat kompak bekerjasama. Mereka membiarkan Pak Sukri, satpam puskesmas yang sudah kelelahan bekerja seharian, untuk beristirahat sejenak di pos depan.
Begitu hp menyala, puluhan pesan dan misscall muncul di layar ponsel gadis bernama Raida. Sesuai kartu identitasnya.
"Halo Assalaamu'alaikum. Ini benar hp Raina?"
"Dok, dari suaranya kayaknya orangnya ganteng deh." Kimmy yang mengangkat telepon, ketawa kecentilan.
Alea menjitak kepala Kimmy, mengembalikan kewarasannya yang semakin malam, semakin berkurang 75 persen.
"Eh iya Pak, selamat malam. Ini kalau di KTP, nama mbaknya Raida Zaina."
"Ya benar. Panggilannya Raina. Ini sekarang posisi dimana ya? Saya akan menuju kesana sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Pure Love
RomanceGajah dan Zebra berteman sejak kecil. mereka terpisah sekian lama. Akankah mereka bertemu kembali? bisa ngga sih, gajah dan zebra saling menyayangi? apakah suatu saat mereka bisa tinggal dalam 1 kandang yang sama? it's about a pure love that can re...