Queen menatap gambar di layar ponsel yang diambilnya diam-diam. Siang tadi pria dewasa yang beberapa minggu ini, mulai dekat dengannya, menemaninya belanja di Harvest Mall.
Sebenarnya dia tidak tahu pria itu ada lunch meeting dengan temannya di Mall yang sama saat dirinya sedang memilih cincin berlian di toko Anne Jewelry. Mereka tidak sengaja bertemu saat pria itu mencari perhiasan untuk ulang tahun seseorang.
Queen sedang memfoto belasan cincin cantik dan dikirimkannya foto-foto itu kepada Nathan. Berharap kekasihnya itu segera meneruskan hubungan mereka ke arah yang lebih serius.
Dia khawatir lelaki itu main hati, terlebih lagi melihat unggahan foto di Instastory, Nathan bersama teman-temannya sedang menghabiskan malam di acara pertunjukan musik di Sydney.
"Hai, ketemu di sini juga."
"eh Kak Rafa?" Queen terpesona sesaat dengan kedua mata biru milik pria di depannya. Tingginya hanya sebahu lebih sedikit dari lelaki itu.
"Cincin pilihan kamu unik juga. Bisa bantu pilihkan 1 untuk kado ulangtahun?"
"Pacarnya ya Kak, yang ulangtahun?"
"Iya, pacar pertama dan terakhir saya. Kapan-kapan ya, saya kenalin."
Queen tanpa sadar mendesah kecewa. Rafa tersenyum melihat tingkah kekanakan gadis di depannya.
"Kalau yang ini, bagaimana? Elegan, cocok untuk calon istri Kak Rafa."
Queen menunjuk cincin berlian berbentuk segitiga berwarna merah dan tanpa banyak tanya, pria itu menyetujui dan membelinya.
Queen terkejut, apakah pria ini memiliki uang yang tidak ada serinya, sehingga dengan mudah membeli barang-barang dalam bilangan ratusan juta rupiah.
"Queen, ulangtahun kamu kapan?"
"sudah beberapa bulan lalu Kak." Queen masih menatap cincin berwarna kuning yang sudah lama diincarnya.
"Ada yang ingin kamu beli disini? Biar sekalian saya bayar. Anggap saya ingin membelikan hadiah ulang tahun kamu yang sudah lewat."
Queen sebenarnya bisa minta Papi membelikannya. Papi termasuk lelaki yang royal terhadap keluarga. Tapi entah kenapa setelah pandangannya berubah terhadap Papi dan Raina, dia merasa gengsi untuk minta uang.
Apa mungkin Papi kagum pada Raina yang masih muda namun sudah bekerja di beberapa tempat, untuk menghidupi dirinya sendiri. Dia tahu, Raina selalu menolak uang Papi. Bahkan saat Papi hendak membiayai kuliah Raina.
"Beneran boleh Kak? Mahal banget."
"Anything for you, Dear. Saya jarang punya teman perempuan muda seperti kamu. Mungkin karena saya terlalu sibuk bekerja.
Kamu jangan berpikir macam-macam ya. Tadi kalung yang kamu pilih untuk kado ulang tahun adalah untuk Mommy saya tercinta."Queen bersemu merah. Dia telah salah sangka. Tanpa dia sadari, dia mulai membandingkan pria ini dengan Nathan. Pria ini memang lebih tampan dari Nathan, lebih dewasa dan pintar memperlakukan wanita dengan warm-hearted.
"Foto bareng yuk Kak. Jarang-jarang bisa ketemu businessman sibuk seperti Kakak, tapi masih mau membelikan kado spesial untuk Mama."
Queen meminta pramuniaga yang sedang berdiri, untuk mengabadikan momen siang itu. Dengan tersenyum, dia kemudian mengirimkannya ke Nathan. Dia penasaran akan reaksi kekasihnya.
"Kak, kapan kalau pas libur, nonton konser musik yuk. Nomer Hp Kakak berapa?"
Wow, gadis muda jaman now lebih agresif daripada yang ia sangka.
"Saya kurang suka dengan pertunjukkan musik. Tapi kalau kamu butuh ditemani, boleh kapan-kapan kita kesana." Rafa berusaha membuat nyaman gadis yang berdiri di sampingnya.
Tak lama mereka berpisah dan pria itu benar-benar menghadiahkan cincin yang diinginkan Queen berikut nomer hpnya.
Pukul 11 malam. Sudah melewati jam malamnya pulang ke rumah. Dia berjinjit saat baru hendak masuk ke ruang tamu. Langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara Papi sedang menelfon seseorang.
"Syukurlah kalau dia sehat-sehat saja. Dia masih bekerja di toko buku? Hari Sabtu besok rencana saya mau ajak dia pergi ke Bandung. Semoga bisa menghapus kesedihan Raina."
Deg...
Mendengar nama mantan sahabatnya disebut dengan jelas oleh Papi, wajah Queen merah menahan amarah.
Papi...
💗💟💖Queen menguatkan hati untuk bertemu dengan gadis berkacamata yang diam-diam selalu dilindungi oleh Papi.
"Maafin aku Na, kemarin sewaktu Nyai meninggal, aku masih banyak tugas kuliah yang nggak bisa aku tinggalin.
Kata Gio, kamu sudah keluar dari kontrakan yang sekarang. Jadi aku juga bingung mau nemuin kamu dimana."
Queen mengaduk es leci di depannya dan mulai menyantap red velvet kesukaannya. Raina memandang sedih dan terdiam. Menyisakan rasa bersalah di hati terdalam Queen.
"Ina hari Sabtu-Minggu ini ada acara?"
Raina menggeleng.
Suasana kafe Out of the Box, cukup lengang dan awal yang bagus untuk mendamaikan dua orang sahabat yang tadinya berseteru.
"Tadinya mau janjian sama Bang Fadlan. Ada lowongan kerja di yayasan milik temannya."
"Bang Fadlan kakak kelas kita SMA? Pengurus ROHIS yang kece itu?"
Raina mengangguk.
"Semalam Bang Fadlan kabari, acaranya batal karena Bang Fadlan mendadak mengantar orangtuanya ke Solo, acara keluarga."
"Na, ke Bandung yuk. Jalan-jalan. Biar kamu lebih rileks. Sekali-kali. Mau ya?"
Raina tampak ragu.
"Aku mesti ijin dulu dengan Opa."
Opa? Sejak kapan Raina punya Opa. Apa sekarang gadis itu tinggal bersama Opanya? Atau jangan-jangan dia pindah dari simpanan Papi menjadi simpanan Opa-Opa kaya yang sebentar lagi mewasiatkan harta kekayaannya untuk Raina.
"Oke kabari ya. Kalau kamu bisa, kita janjian di depan hotel Amarylis. Aku bakal kecewa banget kalau kamu ngga bisa datang."
Queen menyebutkan salah satu nama hotel milik Papi.
Dia sudah tahu kelanjutannya, Raina hampir tidak pernah bisa menolak permintaannya.
Beberapa hari kemudian Queen tampak bahagia sekaligus kebingungan pada waktu yang sama.
Nathan tiba-tiba memutuskan untuk pulang ke Indonesia setelah dia mengirimkan fotonya bersama Kak Rafa dan membuat kekasihnya itu marah-marah ngga jelas, saat video call.
Di sisi lain dia juga bahagia karena berhasil menggagalkan rencana Papi yang akan mengajak Raina pergi.
Nama kekasihnya muncul di layar ponsel. Gawaaat...
"Queensa my love, besok bisa jemput di bandara kan?"
Kekasihnya sudah beberapa kali mengirimkan isi pesan yang sama. Andai Nathan tidak mendadak pulang, tentu dia tidak akan merasa kekasihnya menerornya seperti saat ini.
Terlintas suatu ide brilian di benaknya. Bukan ide yang buruk jika mereka pergi berempat ke Bandung. Dia, Nathan, Raina dan Kak Rafa.
💖💟💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Pure Love
RomanceGajah dan Zebra berteman sejak kecil. mereka terpisah sekian lama. Akankah mereka bertemu kembali? bisa ngga sih, gajah dan zebra saling menyayangi? apakah suatu saat mereka bisa tinggal dalam 1 kandang yang sama? it's about a pure love that can re...