Akad nikah mereka berjalan sederhana. Di lantai 5 ruangan dengan hamparan karpet hijau yang dijadikan Mushola dari Rumahsakit tempat Opa dirawat.
Ayah Rei menitikkan air mata melepas putrinya untuk menjadi istri seorang Rafa Rajasa, yang kini telah resmi menjadi putranya. Dan juga menjadi bagian dari keluarga besar Adi Putra.
Hanya satu jam Opa Fendi menyaksikan mereka mengucap janji suci dalam ikatan agama. Opa tersenyum meski duduk di kursi roda dan memakai selang oksigen.
Beberapa menit setelah proses akad, Opa kembali didorong ke kamar karena sesak napas dan nyeri di tulangnya bertambah.
Dokter Syamsir konsulen Hematologi memanggil seluruh keluarga. Mom, Papa, Tante Manda, Om Soni, Tante Nara dan Rafa duduk mendengar penjelasan yang membuat harapan mereka kandas akan kesehatan Opa mereka tercinta.
Lelaki tujuhpuluhtahun itu menyembunyikan penyakitnya bertahun-tahun. Bahkan Opa sudah menjalani radioterapi cukup lama. Saat ini stadium akhir kanker sudah menjalar ke tulang.
Sewaktu-waktu Opa bisa mengalami patah tulang dan kemungkinan terburuk ajal dapat menjemputnya kapan saja.
"Kami menganjurkan untuk perawatan paliatif di rumah. Akan ada dari tim kami yang berkunjung untuk memberikan terapi anti nyeri dan nutrisi."
Papa memeluk Mom yang terus-menerus menangis. Rafa, ia hanya berdiri dan terdiam. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagianya, menyandang status baru sebagai seorang suami.
Entah kenapa hatinya terasa hampa. Ia masih belum ikhlas menerima kenyataan kalau Opa akan secepat ini meninggalkannya.
"Opa akan tinggal bersama Rafa dan Raina. Kami yang akan merawat Opa."
"Raina kan bekerja, Raf. Kalian juga baru menikah hari ini. Kamu ngga kasihan sama Raina?"
Mom tampak keberatan dengan keputusan Rafa. Tapi Mom sudah hafal dengan karakter Rafa yang terkadang keras kepala.
Sifat itu sering membuatnya berhasil memimpin perusahaannya, namun bila ia menerapkannya juga pada rumahtangganya, entah apa yang akan terjadi nanti.
💗💟💖
"Opa akan pulang bersama kita, besok. Sementara ini, kamu mengajukan cuti dulu ya. Opa adalah prioritas kita saat ini."
Raina menurut. Dia tahu mulai hari ini dia akan menjadi istri yang taat pada suaminya.
Rafa yang biasanya hangat, kali ini entah kenapa menjadi begitu dingin, padanya. Raina dapat merasakannya.
Dia ingin suaminya bisa berbagi apa yang menjadi beban pikirannya.Bersama ambulans dan perawat yang mendampingi, mereka pulang dengan kondisi Opa yang sudah semakin lemah.
Langit berubah menjadi senja dan senja pun mulai memeluk malam. Rafa baru selesai pertemuan rutin dengan area manager klinik yang dimilikinya. Fisiknya memang berada disana, namun pikirannya berada di rumah.
Tiba di rumah baru yang dibelinya sebagai hadiah pernikahan untuk Raina, ia mempercepat langkahnya menuju kamar Opa.
Dibukanya pelan pintu dan menjumpai istrinya tertidur di samping tempat tidur.
Raina masih mengenakan mukena. Ia mendekat dan mengusap pipi istrinya yang masih basah, sisa air matanya karena Opa.
Suara murottal Al-Qur'an masih terdengar di dekat telinga Opa. Detak jantung Rafa seolah berhenti memperhatikan dada Opa yang tiba-tiba tidak bergerak.
"Na, Opa.. Opa tidak bernapas."
Ia mengguncangkan bahu Raina sampai gadis itu membuka matanya. Raina masih menyandang status gadis, karena sejak pulang dari Rumahsakit, suaminya memang tidak pernah menyentuhnya.
Rafa sibuk menelpon ambulans untuk membawa Opa ke rumahsakit.
"Kak, Opa sepertinya sudah tidak ada. Kita panggil dokter saja ke rumah, untuk memastikan."
"Opa belum meninggal Na. Kamu juga dari tadi kenapa ngga telpon aku, kabari kondisi Opa kritis kayak begini."
Raina memeluk bahu Rafa erat. Ini bahkan skin contact pertama yang dilakukannya.
"Kak, istighfar. Istighfar."
Lelaki itu melepaskan pelukan Raina. Ia memilih tetap menunggu ambulans yang akan menjemput Opa ke rumahsakit.
Ia hanya ingin sendirian. Tapi gadis itu memilih menemaninya. Berdua mereka pergi menuju rumahsakit untuk memastikan semuanya.
Sebenarnya ia sadar hari ini akan tiba. Kehilangan sosok sahabat, Opa yang selalu memahami dirinya sejak kecil.
"Inna lillahi wa Inna ilaihi rooji'uun... Semoga Allah Swt senantiasa memberi kalian semua keikhlasan dan keimanan."
Dokter Dani yang sedang bertugas malam itu di Instalasi Gawat Darurat menunjukkan hasil rekam jantung Opa dan telah menyatakan pasien meninggal dunia di hadapan keluarga.
Opa kini telah tiada untuk selamanya.
💗💟💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Pure Love
RomansaGajah dan Zebra berteman sejak kecil. mereka terpisah sekian lama. Akankah mereka bertemu kembali? bisa ngga sih, gajah dan zebra saling menyayangi? apakah suatu saat mereka bisa tinggal dalam 1 kandang yang sama? it's about a pure love that can re...