The Owner of My Heart

2.7K 309 9
                                    

*WARNING, Zona Dewasa*

*Rafa Pov*

Jemariku menyentuh surai lembut milik Raina. Aku mencium dalam-dalam wangi shampoo dari istriku. Ada campuran strawberry, susu dan madu di dalamnya.

Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa menikmati tidur nyenyak bersama istriku terkasih. Kami sampai di rumah di atas jam 9 malam.

Menyenangkan rasanya bisa menghabiskan waktu dengan Raina dan bercerita tentang masa kecil kami berdua. Dimana aku kerap memanggilnya dengan julukan Gajah dan dia memanggilku Zebra.

Sungguh nama panggilan yang kini aku sesali. Karena sosok "gajah"ku telah menjelma menjadi seseorang yang mempesona dan kini hatiku benar-benar telah tertawan olehnya.

Kini aku mengerti mengapa Opa bersikeras mempertemukan aku kembali dengan Raina. Karena dialah yang paling mengerti diriku, meski sebelumnya aku sempat melukai perasaannya.

Semalam akhirnya kami melakukan ibadah sakral sebagai pasangan suami istri untuk pertama kalinya.  Semuanya sangat berkesan karena ini menjadi pengalaman baru yang tidak terlupakan sepanjang sejarah hidupku.

Kami awali dengan berwudhu dan berdo'a sebelum melakukan hubungan suami istri. Do'a itu sudah aku hafal setelah menikah. Meskipun waktu itu aku belum tahu kapan tepatnya kami akan melakukannya.

Lucunya kami berdua sama-sama gugup dan awalnya tidak tahu harus memulai dari mana. Karena suasana mendukung dari pendingin ruangan ditambah cuaca di luar juga hujan, akhirnya aku memberanikan diri untuk mulai mengecup kening istriku.

Dari situlah mulai merambah ke pipi dan bagian lain yang hanya aku serta istriku yang boleh tahu. Kami pun akhirnya bersembunyi di balik selimut setelah mencoba menyelesaikannya dengan baik. Aku mencurahkan kasih sayangku sepenuhnya pada Raina karena dia telah membuatku menjadi lelaki istimewa dalam hidupnya.

Dia telah menjaga kesuciannya hanya untuk aku, suaminya. Selepas ibadah bersama Raina, senyum di bibirku seperti enggan pergi. Hobi baruku kini adalah memeluk dan mencium istriku.

"Terima kasih Sayang."

Cup.

Lagi-lagi Raina menunduk malu setelah apa yang kami lakukan semalam akhirnya terulang kembali setelah selesai sholat Shubuh.

Aku sudah tidak sabar ingin memiliki anak bersama Raina. Aku tahu dia kehilangan Ibu sejak kecil. Namun dengan kasih sayang Nyai, Rainaku tumbuh menjadi seseorang yang memiliki berjuta kasih sayang. Kata Papa Rei, sifat Raina mirip dengan mendiang Ibunya.

Saat kami melangsungkan akad nikah, aku sudah merasakan hal itu. Raina akan menjadi seorang Ibu yang penyabar dan penuh cinta. Diam-diam usai menjalin cinta semalam, aku pura-pura memejamkan mata.

Di luar dugaan, Raina memakaikan kembali piyamaku yang terjatuh di bawah lantai. Dia berusaha menggeser badanku miring ke kanan dan ke kiri hanya untuk memasangkan kembali kancing bajuku. Aku persis seperti pasien yang kesulitan memakaikan baju sendiri.

Sungguh raut wajahnya amat menggemaskan. Aku sempat memincingkan mata dan begitu tahu aku hanya pura-pura tidur, seketika itu kedua pipi Raina berubah kemerahan. Dia langsung membalikkan badan dan menenggelamkan wajah di balik guling.

Aku memeluk istriku dari belakang dan daguku bertumpu di pundaknya.

"Terima kasih Sayang, telah memberi warna bahagia dalam hidupku."

Raina hanya menjawab lirih.

"Sama-sama. Terima kasih juga Kakak mau mencari dan menjemputku pulang."

Our Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang