We're two perfect strangers

3.3K 436 20
                                    

Sudah sebulan ini Raina menghabiskan waktu bersama Opa. Opa Fendi adalah teman baik mendiang Kakek.

Sebuah kamar berukuran 5 x 7 meter dengan cat tembok berwarna soft pink telah dipersiapkan Opa untuknya.

Dia tidak bisa membalas kebaikan Opa. Dia hanya bisa membantu menyiapkan sarapan dan makan malam serta meletakkan obat-obat Opa di meja makan.

Raina sebenarnya penasaran itu obat apa saja. Dia pernah memfoto dan hendak mencari di buku obat. Tapi dia belum sempat.

Seperti malam ini, mereka berdua makan bersama.

"Bagaimana hari ini di toko buku? Apakah menyenangkan? "

Opa bukan tipe pria kolot yang tidak mengijinkan seseorang berbicara saat makan. Sesekali ia mengijinkan Raina bercerita.

"Ramai Opa. Tadi pagi Ina kebagian sesi story telling. Menyenangkan punya penggemar anak-anak yang selalu datang sebulan sekali meski sedang tanggal merah."

"Hmm..  Kalau suatu saat kamu menikah, apa keberatan kalau harus resign?"

"belum kepikiran Opa. Lagipula Ina kan belum punya calon untuk menikah. Kalau pun berhenti, Ina mungkin akan memilih mengajar anak-anak di tempat lain."

Raina mengambilkan nasi untuk Opa. Malam ini mereka makan dalam porsi besar. Gurame bakar, sup iga, sayur asam, karedok, udang mayonaise, ayam goreng. Semua Opa yang memesan dari restoran Alamanda.

Raina memejamkan mata sebelum makan dan berdo'a dengan khusyu.

Lelaki tua itu memandanginya dengan tersenyum.

"Opa, besok Ina mau ijin pergi ke Bandung. Mau ziarah ke makam Bunda. Boleh ya?"

Lelaki tua itu tidak tampak terkejut. Beliau bahkan sudah mengetahui, kalau Rei, putra sulung dari Adi sahabatnya, sudah lama menyesali perbuatannya.

Meninggalkan putri kecilnya sejak usia 3 bulan hanya dengan seorang pengasuh.

"Pergi dengan siapa?"

"Ayah Rei."

Sesaat suasana makan malam senyap. Hanya terdengar bunyi sendok dan garpu yang saling berdentingan.

"Opa akan ijinkan Raina pergi. Tapi sepulang dari Bandung, Ina mau kan menuruti permintaan Opa."

Tanpa bertanya lagi, gadis itu mengangguk senang.

Anak yang baik. Opa tersenyum.

"Malam ini kita akan kedatangan tamu, Nak."

Pantas saja Opa memesan makanan sebanyak ini.

"Opa, kita nggak papa makan duluan?"

"Nggak papa. Kalau mau nambah juga boleh."

Tinggal bersama cucu kesayangan Adi, sahabatnya. Membuatnya kangen karena Adi juga hobi makan seperti Raina.

                          💗💟💖

"Jadi, gimana perkembangan hubungan Lu sama Queen?"

Adam meminum jus strawberry sambil memandang ke arah Rafa yang tidak berminat menjawab pertanyaannya.

"Waaah sesuai dugaan gue, suram nih kayaknya."

Adam tertawa-tawa di atas penderitaan sahabatnya. Rafa menahan umpatan dalam hati.

Sekalipun Opa memintanya menikah dengan Queen. Ia tidak akan menyetujuinya. Baginya Queen adalah gadis cantik yang lebih pantas menjadi adik daripada menjadi pendamping hidupnya.

Our Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang