Gajah dan Zebra berteman sejak kecil. mereka terpisah sekian lama. Akankah mereka bertemu kembali? bisa ngga sih, gajah dan zebra saling menyayangi? apakah suatu saat mereka bisa tinggal dalam 1 kandang yang sama?
it's about a pure love that can re...
Jalan setapak yang telah dilapisi semen, memudahkan siapa saja yang hendak datang. Termasuk dengan Raina. Sepatu kets yang dikenakannya bisa sedikit terlindung dari jalur yang penuh tanah dan genangan air hujan.
Meski mobil tidak dapat masuk, namun jarak duaratus meter tidak terlampau jauh ditempuh dengan berjalan kaki.
Pepohonan yang cukup rindang, menambah kesejukan suasana siang yang beranjak menuju sore hari.
Disini Raina duduk sambil mencabuti rumput liar. Kemudian dia mengambil sapu untuk membersihkan daun-daun yang banyak berguguran diterpa angin.
Setelah membersihkan tangan dan mengambil air wudhu, dia kemudian duduk dan mulai melafadzkan dengan khusyuk surah Al-Fatihah, surah Yaasiin dan do'a terbaik untuk keempat orang yang dikasihinya.
Kakek Adi, Nenek Tika, Bunda Naira dan Nyai. Mereka semua beristirahat dengan tenang di komplek pemakaman yang letaknya berdekatan.
Raina larut dalam keharuan karena ini pertama kalinya dia dapat memandang nama yang terukir di atas nisan Bunda.
"Naira Latifa..."
Bun, Raina sudah datang mengunjungi Bunda. Maafkan Ina yang terlambat datang. Pasti Bunda kangen sama Ina.
Sekarang putri Bunda sudah besar. Bunda bisa lihat cincin di jari manis Ina. Sekarang anak Bunda bertambah satu. Raina dan Rafa.
Suatu saat nanti, Raina akan membawa Rafa kesini, menemui Bunda. Rafa... Dia anak Bunda yang baik, meski terkadang ia keras kepala tapi ia adalah lelaki terbaik dalam hidup putri Bunda.
Rafa baru kehilangan Opa yang sangat disayanginya. Mungkin rasa itu mirip saat Ayah Rei kehilangan Bunda.
Raina tidak tahu sampai kapan luka karena ditinggalkan orang tercinta, bisa sembuh dan pulih seperti semula.
Dia hanya dapat berdo'a, semoga semuanya akan baik-baik saja. Do'a Raina untuk Bunda, semoga Allah Swt senantiasa melapangkan rumah Bunda, memberinya cahaya yang terang, dan memberikan surga untuk Bunda di akhirat kelak.
Gadis itu mengaminkan dalam hati dan tiba-tiba dadanya sedikit terasa sesak saat seseorang datang memeluk bahunya.
Tangan kekar itu semakin erat merengkuh dirinya.
"Rain, jangan pergi lagi... "
Raina membalikkan badannya. Dia memandang tak percaya suaminya bisa sampai disini.
Jemari mungilnya meraba rambut Rafa yang tampak sedikit berantakan dan tak terawat setelah lama mereka tidak berjumpa.
"Ini benar Kak Rafa? "
Dia bahkan masih menyangsikan penglihatannya.
Rafa menggangguk.
"Masak iya ganteng kayak gini, dibilang hantu."
Mereka berdua tersenyum. Rafa menghapus air mata yang tidak bisa dibendung, membasahi kedua pipi Raina.
"Maafin kebodohanku, sikap jahatku selama ini. Aku sungguh-sungguh malu dan menyesal."
Rafa kembali memeluk istrinya seolah tidak akan melepasnya lagi.
"Bunda pasti senang kita berdua datang kesini."
Berdua mereka saling bergenggaman tangan dan kemudian melanjutkan berdo'a.
Segala letih dan kepenatan mencari istrinya, telah terbayar sudah. Entah kenapa hatinya membawanya kesini. Semula ia hendak menanyakan makam Bunda Naira kepada Ayah Rei.
Namun diurungkan niatnya karena itu akan menambah kesalahpahaman diantara keluarga mereka.
Akhirnya dia memutuskan untuk mencari informasi melalui kamar jenazah tempat terakhir Opa menjemput mendiang Ibu asuh Raina.
Raina pernah bercerita bahwa kedua wanita yang dianggapnya sebagai Ibu, dimakamkan di tempat yang berdekatan.
Matahari mulai menampakkan sinarnya di antara awan kelabu sisa hujan tadi pagi. Seberkas pelangi tampak mengiringi langkah keduanya, meninggalkan pemakaman.
Suatu saat nanti mereka berjanji akan kembali berziarah kesini. Rafa membukakan pintu mobil untuk istrinya tercinta.
Suara mesin mobil perlahan mulai bergerak menjauh.
"Kak, habis ini sampai rumah, Kakak potong rambut ya?"
Raina membelai lembut rambut suaminya yang hampir mencapai batas antara bahu dan telinga.
"Iya nanti potong di Salon Tante Nara, adiknya Mommy."
Raina mengernyitkan dahi. Otak pintarnya mulai bekerja.
"Jadi, Gift voucher salon Tante Nara?"
"Ooh itu memang khusus hadiah kejutan untuk calon istriku tersayang."
Raina mencubit tangan Rafa yang membalas dengan mengelus ubun-ubunnya.
"Waktu itu kamu creambath apa Sayang? Pas ketemu presentasi di kantor, aku teringat aroma strawberry atau mungkin alpukat."
Raina pura-pura cemberut mengetahui akal suaminya saat itu.
"I just want you to be happy."
Rafa mengecup pipi istrinya saat mobil mereka berhenti di lampu merah.
"I really miss you like crazy." Rafa mengecup jemari istrinya, dengan penuh sayang.
"So do I."
Raina menjawab pelan di antara rona pipinya yang bersemu malu.
Berdua mereka saling memeluk, sampai klakson mobil di belakang menyadarkan Rafa kalau lampu lalu lintas telah berganti hijau.
"Sayang, nanti kita lanjutkan di rumah ya."
Rafa mengerling penuh arti. Raina hanya tersenyum mengiyakan.
Dear God, Thank you for All Your Kindness to bring us back together, in your destiny.
💗💟💖
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.