Queen and her shadow

6.5K 524 9
                                    

Diremasnya berulang jari-jari tangannya yang semula memutih sampai berubah kemerahan.

"Jadi kamu sudah mengerti kan, yang Mami maksud? Mami nggak mau menzholimi orang yang sakit.
Kalau Nyai sudah nggak sanggup bekerja, Nyai istirahat saja.
Mami mau mencari pengganti Nyai."

"Tapi Nyonya Mami, saya bisa gantikan tugas Nyai."

Gadis itu memberanikan diri mengangkat wajahnya yang semula menunduk. Di depan wanita cantik dengan raut wajah campuran Belgia dan Indonesia itu, dia menghapus rasa ragunya.

"Papinya Queen yang nggak akan setuju. Suami saya terlalu sayang sama Nyai dan juga sama kamu.
Sudah terlalu banyak drama di keluarga Mami karena kamu."

"Maaf Nyonya Mami. Terimakasih. Ina akan sampaikan ke Nyai."

Gadis itu beranjak pergi, menaiki tangga menuju kamar pertama dengan pintu berwarna jingga.

Hatinya terluka namun tidak berdarah. Dia tidak akan tega menyampaikannya ke Nyai, kalau Nyonya akan mencari pengganti Nyai.

"Queen... Queensa..."

Perlahan pintu yang diketuknya terbuka.

Sesosok gadis bertubuh ramping dengan kulit putih pucat, memeluknya erat.

"Diceramahin apa sama Mami? Cuekin aja ya, anggap angin tornado numpang lewat.
Kamu dah siap kan? Ayo jalan."

"Ini terakhir kali ya, aku ikut kuliah. Jam 4 sore aku harus sudah balik ke toko."

Gadis bernama Queen itu mengangkat tinggi 2 tiket konser Westlife dan 5 lembar uang berwarna merah.

"Buat Nyai berobat. Ayo, kamu mau kan nolongin aku?"

Queen sudah siap memasukkan pakaian gantinya ke dalam handbag Prada warna soft pink.

"Buruan ganti baju, itu bajunya sudah aku siapin. Jangan lupa pakai masker."

Gadis itu ragu memandang blus putih  Berrybenka dengan rok pleats bercorak putih keabuan model asimetris yang tampak memukau di atas tempat tidur.

"Yaaah, roknya kependekan."
Berdua mereka tertawa memandang cermin.

"Siapa suruh jadi cewek tinggi kayak pohon kelapa? Lagian kan dah lewat masa pertumbuhan, masak iya rok yang kukasih selalu jadi di atas mata kaki."

Mereka akhirnya menyelinap melalui jendela kamar yang telah dihubungkan dengan tangga darurat persis di tembok samping rumah.

Sejak kecil mereka biasa main boneka-bonekaan sambil duduk di atap rumah tepat di kamar Queen, sehingga meskipun keduanya sama-sama memakai rok panjang, tidak terlihat kesulitan seperti agen rahasia yang sukses kabur dari markasnya.

BMW i8 hitam yang mengantar mereka, berhenti di depan gedung A. Queen melambai dan kemudian pergi dengan bahagia menuju bandara, bersama Nathan yang akan berangkat ke Belanda hari ini untuk melanjutkan S2.

Cepat dilangkahkan kakinya menuju ruang 312. Kuliah sebentar lagi dimulai. Ruangan hampir penuh dengan ratusan mahasiswa karena hari ini memang kuliah gabungan. Seperti biasa dia memilih tempat favoritnya.

"Ina, sini sebelah gue."
Gio memberi isyarat agar gadis itu menempati bangku paling belakang.

"Queen bolos lagi?"

Gadis itu mengangguk. Lima belas menit kemudian suasana senyap ketika seorang dosen berkacamata dengan rambutnya yang disemir coklat, masuk ke kelas.

"Selamat siang, saya akan mulai absen. Siapa yang terlambat masuk kelas, pekan depan membuat tugas ilmiah minimal 15 daftar pustaka. Orisinil, saya tidak menerima plagiat apalagi copy paste tugas kakak senior kalian.

Oya 1 lagi, saya menjunjung tinggi kejujuran. Siapa yang ketahuan tidak masuk kuliah saya, namun diabsenkan oleh temannya atau...
dijokikan oleh orang lain, saya pastikan semester depan akan mengulang mata kuliah saya."

Tiba-tiba suhu tubuhnya menjadi panas dingin. Gio memandang prihatin gadis di sebelahnya. Semoga tidak ketahuan.

Akhirnya absen secara random pun terjadilah.

"Ahmad Fadhillah..
Ratu Maharani...
David Kenzi Aquino...
Zainudin Ilhami Farabi...
Sheila Rosdiana.."

Selamat, dirinya tidak termasuk nama yang dipanggil. Tak lama saat dosen bernama dr Taka menerangkan, gadis itu sudah asyik menulis dan mendengarkan.

"Ngapain nyatet segala? Nggak berguna juga buat Lu."

"Minimal nanti Queen bisa baca buat bahan ujian."

Gio kembali memejamkan mata. Ia nggak komentar lagi karena selama 3 tahun bersama di SMA, ia sudah menjadi saksi bisu pertemanan dengan gadis ini.

Sebenarnya mereka bertiga lulus ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. tapi ternyata gadis ini tidak melanjutkan karena faktor "U" -Uang-.

Gadis itu mengatakan, dia hanya beruntung saat dinyatakan lulus seleksi. Gio tanpa sadar saat itu marah pada keputusan sepihak gadis yang kini duduk menyilangkan kaki di sebelahnya.

"Kalau memang Lu ngga niat kuliah, ngapain ikut seleksi. Banyak orang yang mengincar kursi Lu. yang lebih berhak.

Kalau Lu niat kuliah, Lu mestinya cari beasiswa. Atau cari Om-Om yang mau biayain kuliah Lu."

Gadis bernama Ina itu pergi meninggalkannya dan mendiamkan lelaki itu lebih dari 3 bulan lamanya.

"Queensa Renata Salsabila... Silahkan maju ke depan, untuk menjawab soal. Tulis cara mendiagnosis Hipoglikemia dan Ketoasidosis diabetikum."

Gio langsung terbangun. Ia melihat gadis di sampingnya bergetar dan dengan ragu mulai berdiri.

"Maaf Dokter... Kaki saya sedang terkilir. Apabila diijinkan, saya akan menjawab dari sini."

Dengan lancar gadis itu menjawab, meninggalkan decak kagum teman-teman di depannya. Tak banyak yang ikut memandang ke arah belakang, kalau tidak ingin kaku leher.

"Bagus... Beri applause untuk teman kalian ini."

Sport jantung Gio mulai mereda.

"Kamu keren..."

Gio memuji tulus.

"Keren apaan? Contekannya ada di tangan gue."

Gadis itu menunjukkan "mind mapping" yang dibuatnya di telapak tangan kanan dan kiri.

Sebandinglah pengorbanannya hari ini.

"Gi, habis ini bisa bantu gue jualan di toko online?"

Gio mengangguk.

"Jualan apaan? Body? dijual juga Lu ngga bakalan laku. Badan kerempeng kayak gitu, terus makannya dua bakul."

"Sembarangan. Mau jual ini?"

Gio membelalakkan mata. Waaaaah, tiket diamond VVIP Westlife.

"Kaya mendadak dong Lu. Gue dapat komisi ya 2,5%."

Selesai dr Taka meninggalkan ruangan, gadis itu segera keluar dari pintu paling atas. Sebelum teman-teman Queen menghampirinya dan menyadari kenyataan yang terjadi.

Gio tergesa-gesa mengejar gadis itu.




Assalaamu'alaikum.
Welcome to my second story.
Happy reading😘

*) Hipoglikemia=menurunnya kadar gula darah <60 mg/dL, ditandai gejala gemetar, tangan lembab, sampai tidak sadar/koma.

*)Ketoasidosis diabetikum =salah satu komplikasi diabetes, ditandai gula darah >250 mg/dL, sesak napas, dehidrasi, keton di darah/urin, pH darah asam. Pasien bisa kondisi tidak sadar/koma.

Our Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang