Rafa masih membaca detail profil klinik yang baru saja diakuisisinya. Ini klinik ketujuh yang dibelinya dalam satu tahun terakhir.
Terdengar suara tawa Opa dari arah ruang keluarga, persis di depan kamar kerjanya. Pertanda Papa kalah dalam permainan catur dan sudah diskak mat oleh Opa.
Tak lama raut wajah yang tidak muda lagi, tampak tersenyum membuka pintu ruangan pribadi cucunya seluas 5 x 6 meter dengan desain minimalis elegan.
Punggung lelaki muda itu terasa nyaman bersandar di sofa berwarna coklat krem dengan busa polyurethane yang empuk. Namun ketenangannya terusik setelah Opa menghampirinya.
"Temukan gadis ini untuk Opa."
Sebuah foto yang sudah memudar, jatuh tepat di atas makalah yang sedang dibacanya. Terlihat sosok Kakek tua yang duduk memangku cucu perempuannya.
Di sebelahnya berdiri Opa dan dirinya sendiri yang tetap terlihat tampan meski masih mengenakan seragam sekolah dasar.
Gadis di foto itu tersenyum menampilkan gigi depannya yang sebagian tanggal, dengan pipi bulat gadis itu kok jadi mirip sama tokoh anak kecil yang jadi pasien dokter gigi yang ada di film finding Nemo ya.
Menakutkan...
"Dia cucu kesayangan sahabat Opa, Raden Bagus Adi Putra. Sahabat Opa sudah lama wafat dan Opa berjanji akan menjaga gadis ini bila Kakeknya berpulang.
Sekarang usianya 22 tahun.
Opa merasa bersalah karena selama pindah ke Jerman, kami kehilangan kontak."Rafa tersenyum kecut.
"Kalau bisa menemukan gadis ini, Range Rover Opa jadi milik Rafa. Gimana?"
Lelaki tua itu terkejut mendengar antusias cucu kesayangannya, garis bibirnya tertarik sedikit ke atas.
"Kalau Rafa bisa menemukan lebih dulu cucu Kakek Adi, Chevrolet Camero juga akan Opa berikan."
Gantian lelaki itu yang membuka mulutnya tidak percaya. Jadi, gadis bertubuh tambun itu senilai 4,5milyar?
"20 persen saham Opa di Rajasa Coorporation juga jadi milik Rafa ya?"
Rafa menawar lebih tinggi dengan nada penuh kemenangan.
"Deal. Tapi kalau Opa yang menemukannya lebih dulu, Rafa bersedia memenuhi permintaan Opa ya."
Lelaki muda itu memandang curiga.
"Menikahlah dengan gadis itu, sesuai wasiat terakhir Sahabat Opa. Kalian sudah saling mengenal sejak kecil."
Rafa menggeram.
"Tantangan batal Opa. Pernikahan bukanlah suatu hal yang bisa dipermainkan. Rafa tidak ingin lagi mobil dan saham Opa.
I'm just kidding."Rafa mengembalikan foto itu ke pangkuan Opa.
"Kalau Rafa bisa menemukan lebih dulu gadis ini, Opa janji tidak akan memaksa kamu menikah dengannya.
Biarlah Opa hidup bersamanya hingga akhir hayat menjemput Opa."Apa tidak salah pendengarannya?
Opa mau menikah lagi dengan gadis yang lebih muda 48 tahun darinya."Opa, are you on your right mind?
Opa akan menjadikan gadis itu istri?"Lengan tua yang masih kekar itu spontan memukul kepala cucunya dengan buku-buku laporan yang masih tertumpuk di meja.
"Stop your wild imagination.
Opa tidak mungkin mengkhianati Oma. Opa hanya merindukan hadirnya cucu perempuan yang akan mengurus badan yang sudah renta ini.Mengharapkan kamu yang sibuk bekerja dan hang out dengan teman-temanmu, Opa seperti gajah merindukan bulan."
Gajah.... Gajah.... Ah iya. Tidak salah lagi, ia jadi mulai bersemangat untuk mencari gadis itu.
Dengan postur tubuh besar teman masa kecilnya itu, ditambah ingatannya tentang rumah dengan pohon mangga besar di pekarangan depan, sudah merupakan petunjuk besar untuk dirinya.
"Oke, deal Opa."
Rafa menjabat kokoh jemari Opa. Lelaki tua itu tampak bahagia, membayangkan kelak ia akan menyambung tali keluarga sesuai cita-cita mereka sejak dulu, Adi dan Fendi. Dua sahabat yang tidak terpisahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Pure Love
RomanceGajah dan Zebra berteman sejak kecil. mereka terpisah sekian lama. Akankah mereka bertemu kembali? bisa ngga sih, gajah dan zebra saling menyayangi? apakah suatu saat mereka bisa tinggal dalam 1 kandang yang sama? it's about a pure love that can re...