[11] Persiapan

198 22 2
                                    

Gue berjalan gontai ke arah gerbang rumah gue. Sumpah! Gue capek banget abis milih-milih baju di butik milik tantenya Yuriqo. Gue kira cuman butik biasa, ternyata itu butik super gede yang pernah gue datengin. Alhasil, gue jadi capek sendiri keliling-keliling di sana.

"Fyuhh, dedek capek!" ujar gue lesu sambil bawa dua paperbag ungu di tangan gue. Yang satu isinya baju, sedangkan yang satunya lagi sepatu.

Baju maupun sepatu itu adalah pilihan Yuriqo dan Della. Karena gue gak terlalu ngerti sama fashion wanita jaman jigeum.

"Baru pulang non?" tanya satpam di rumah gue.

Gue cuman ngangguk tanpa jawab pertanyaan dia. Mulut gue terlalu lelah untuk menjawab pertanyaannya. Gue lebih milih melenggang masuk ke dalam rumah.

Saat gue buka pintu dan masuk, orang pertama yang gue lihat adalah Oma. Dan Oma sepertinya lagi nyuruh-nyuruh seseorang.

"Mang, itu balonnya harus di tempel di setiap sudut dinding ya? Dan di atap atap juga." celoteh Oma ke seorang pria paruh baya. "Dan warna balonnya juga kayaknya kurang banyak." celetuk Oma lagi.

Gue cuman ngernyit sambil memperhatikan beberapa orang yang mulai sibuk ngedekorasi rumah gue. "Oma niat banget dah, bikin acara ultah gue. Berasa mau nikahan gue jadinya!" cerca gue dalam hati.

Gue putusin buat nyamperin Oma. "Hai Oma? Lagi apa?" tanya gue pura-pura begok, padahalmah begok beneran.

Oma noleh. "Lagi siapin acara buat ulang tahun kamu. Kamu sukak kan?" tanya Oma.

Gue ngangguk sambil nyengir. "Sukak dong Oma. Kalo Oma yang siapin mah Fariel selalu suka." jawab gue semangat. Walaupun ada sedikit rasa cemas di hati gue. Tapi ya sudahlah, gue harus tetap calm.

"Nih." ujar Oma nyerahin kardus berukuran sedang ke gue.

Gue nerima kardus itu sambil ngernyit. "Apa ini Oma?" tanya gue heran.

Saat gue buka, ternyata isinya undangan. Eh buset! Mana banyak banget lagi! Inimah berasa mau nikah beneran gue. "Kok undangannya banyak banget sih Oma." tanya gue terkejod.

"Kamu harus undang semua teman-teman sekolah kamu, termasuk guru-guru kamu. Oma juga udah bilang sama Papa kamu buat undang semua teman-teman sekantornya. Pokoknya semua orang di sekitar kamu harus hadir di acara ulang tahun kamu." jelas Oma panjang lebar.

Gue melotot. "What?" kaget gue setengah berteriak. "Om... Oma serius? Maksudnya aku harus ngundang semua temen-temen aku?" tanya gue sambil menunjuk diri sendiri. "Temen kantor Papa juga?" tanya gue lagi. Oma ngangguk mendengar pertanyaan gue.

Gue nepuk jidat beberapa kali. Gue kira acara ini cuman acara ulang tahun biasa dan hanya melibatkan orang-orang tertentu saja. Tapi ternyata! Gue salah besar!

"Ya Allah, cobaan apa lagi ini?" gue menggerutu dalam hati. Gue harus apa sekarang? Otak gue udah mumet buat mikirin hal-hal bodoh yang datang dalam kehidupan gue. Dan sekarang, kedatangan Oma membawa bencana yang lebih besar bagi hidup gue.

"HILANGKANLAH HAMBA DARI MUKA BUMI INI YA ALLAH,"

****

Gue duduk di tepi kasur sambil meluk guling. Gue ngetuk-ngetuk dagu menggunakan telunjuk. Berfikir keras untuk bisa mengatasi semua masalah yang hadir di kehidupan gue. Raut muka gue super kusut! Lebih kusut dari pada benang layangan yang putus.

"Kalo misalnya gue undang semua murid di sekolah gue, itu berarti gue juga ngundang pacar-pacarnya si Seongwoo." celetuk gue teringat bahwa mungkin si Seongwoo memiliki pacar di sekolah.

Playboy Pensiun [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang