"PAPA?" gue memanggil Papa sembari berteriak. Yang gue lihat hanya hamparan ilalang dengan bunga-bunga bermekaran. Gue gak tahu saat ini gue berada di mana. Yang jelas, bunga-bunga di sana sangat indah.
Tidak ada siapapun di sana. Sejauh mata memandang, hanya ada ilalang dan berbagai jenis bunga. "Gue ada di mana?" Tanya gue bingung.
Dalam benak gue, gue teringat sama Papa.
Gue terduduk di rerumputan dan terisak. "Papa dimana?" Ujar gue sendu. "Dimana yang lain? Kenapa gue adi di sini sendirian? Ini tempat apa?" Gue terus menangis di tengah ilalang.
Gue juga bingung kenapa tiba-tiba gue ada di sini? Dan gue gak pernah melihat tempat seindah ini. Gue mengusap rumput hijau yang berada di sana, tidak terasa apapun. Gue juga mencium bunga di sekitar sana, tidak ada bau apapun. Mungkinkah ini adalah mimpi?
"Fariella?" Sebuah tangan terulur memegang pundak gue. "Kamu ngapain di sini?" Tanya seseorang itu.
Gue menoleh ke arah orang itu. Raut wajah gue berubah menjadi haru kala melihat wajahnya. Dengan gerakan cepat, gue memeluk orang itu dengan segala kerinduan yang gue punya. Gue menatap wajah yang paling gue rindukan dengan sendu "Mama... Fariell kangen banget sama Mama." gue sangat bahagia bisa melihat Mama gue lagi.
Gue kembali memandang wajah manis itu. "Ma? Kenapa Mama ada di sini? Bukannya Mama udah gak ada?" Tanya gue tak percaya.
Mama mengelus kepala gue. "Sayang, ini tempat Mama. Harusnya Mama yang tanya sama kamu. Kenapa kamu bisa ada di sini?" Balas Mama.
"Aku juga gak tahu kenapa aku bisa ada di sini Ma,"
"Sayang, ini bukan tempat kamu. Lebih baik sekarang kamu kembali."
"Tapi Ma, Fariell mau ikut Mama aja."
Mendengar ucapan gue barusan, Mama mulai memundurkan langkahnya untuk menjauh. Gue otomatis kaget. "Mama mau kemana? Jangan tinggalin Fariell sendiri." Mohon gue takut kalo Mama bakal ninggalin gue lagi.
Bukannya menurut, Mama malah semakin menjauh. Mama menghentikan langkahnya sesaat dan mengucapkan sesuatu. "Fariell, kamu harus terus dampingin Papa kamu. Dia gak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Kamu juga harus janji buat menjadi wanita yang kuat. Untuk Papa dan Mama" Setelah mengucapkan itu, Mama benar-benar menjauh dan perlahan menghilang.
Mama ninggalin gue lagi? Tadi dia pergi kemana?
Gue yang syok hanya bisa menangis dan terisak di pijakan. "Mama? Mama dimana?" Tanya gue dengan banjiran air mata yang tak berhenti. Kini, yang gue lihat hanya sebuah cahaya yang sangat terang. Gue gak tahu itu cahaya apa. Tapi, gue yakin kalo cahaya itu bisa membawa gue kembali ke Papa.
"Pliss, gue mau kembali ke Papa."
****
Gue mengerjapkan mata beberapa kali. Bau obat-obatan menyeruak masuk ke rongga hidung gue. Walaupun berat, gue memaksakan diri untuk membuka mata. "Erghh," gue mengerang. Merasakan pening di kepala gue.
Gue memegang kepala gue yang terasa pusing. Saat gue membuka mata, orang yang pertama gue lihat adalah Papa. Papa tertidur di kursi samping tempat tidur gue. Gue memperhatikan rambut papa yang berantakan, jas yang masih Ia kenakan.
"Papa pasti bolos kerja," gumam gue pelan, takut membangunkan papa.
Gue memegangi pipi gue yang berdenyut nyeri, sepertinya pipi gue membengkak. Rasanya lebih sakit daripada sekedar sakit gigi. Sudut bibir gue juga robek akibat ulah Mona dan anteknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Pensiun [END]✅
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] __________________________________________________ "Gue emang Playboy, tapi itu dulu. Sekarang gue udah pensiun dan gue udah tobat!" [Ong Seongwoo] MENGANDUNG KERECEHAN YANG HAQIQI!! HATI-HATI DENGAN JANTUNG ANDA!! 25 Feb 2019...