Gue membuang napas beberapa kali. Inilah saat-saat yang paling gue takutkan. Ketika jatuh cinta dan harus merasakan patah hati di saat lagi sayang-sayangnya.Kini gue duduk terpaku sembari menatap ke arah luar jendela.
Seongwoo yang melihat gelagat gue pun menepuk pundak gue dengan pelan. "Hei?" Panggil dia dengan nada lembut. "Kenapa lagi sih? Tadi kan Aku udah nurutin kemauan kamu buat naik wahana itu." Ujar Seongwoo bingung dengan perubahan sikap gue.
Ah! Rasanya seperti ingin menangis darah ketika melihat sikap cowok itu yang manis. Lalu apa yang harus gue lakukan? Memutuskan hubungan yang baru berjalan lima hari? Oh now! Gue gak sanggup jika harus menjomblo lagi!
Gue menunduk dan menggigit bibir dengan rasa sakit yang menjalar di ulu hati gue. Gue tidak bisa membendung lagi air mata di pelupuk mata gue yang meleber.
Seongwoo terkejut ketika melihat gue yang tiba-tiba menangis. Cowok itu segera menepikan mobilnya. Kebetulan ada sebuah minimarket dan Seongwoo menepikan mobilnya di sana.
Seongwoo menatap gue dengan khawatir. "Kenapa hm?" Tanya dia yang tidak mengerti apa-apa.
Karena refleks, gue langsung menyambar dada cowok itu dan memeluk cowok itu sangat erat. Gue tidak peduli dengan apapun yang cowok itu pikirkan, yang jelas gue hanya ingin menyentuh cowok itu untuk yang terakhir kalinya. Sebelum gue memutuskan hubungan kita dan pergi menjauh dari cowok itu.
Dengan wajah penuh keheranan, cowok itu mengusap rambut gue. "Kenapa nangis? Aku punya salah sama kamu?" Tanya Seongwoo dengan alis tertaut. "Atau Kamu masih mau jalan-jalan? Ayo Aku temenin. Tapi jangan cengeng kayak gini dong," bujuk dia yang terlihat kalut.
Gue menggeleng keras di balik dada cowok itu. Gue merasakan kehangatan ketika memeluk Seongwoo. Bahkan gue gak sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan yang cowok itu tanyakan.
"Kamu sakit hm?" Tanya cowok itu khawatir.
Gue menggeleng.
Seongwoo sedikit berpikir. "Kamu mau lolipop lagi?" Tebaknya dengan bingung.
Gue kembali menggeleng.
"Terus maunya apa?" Tanya cowok itu yang mulai bingung.
Mungkin dia agak sedikit kaget dengan gue yang tiba-tiba menangis dan memeluknya. Andai saja cowok itu tahu bahwa gue akan memutuskannya. Mungkin dia akan memeluk gue duluan sebelum gue yang peluk dia.
Dengan wajah yang masih menempel di dada cowok itu. Gue menggigit bibir dalam dengan ragu. "Gue mau putus!" Jawab gue pelan.
Seongwoo seketika terdiam. Cowok itu menatap gue penuh tanya. "Maksudnya?" Tanya dia yang masih belum sepenuhnya mengerti.
Gue memberanikan diri untuk mendongak dan menatap mata cowok itu. "Gue mau putus sama lo Seongwoo," ujar gue memperjelas.
Cowok itu terdiam sebentar lalu cowok itu tiba-tiba terkekeh. "Kamu pasti bercanda kan? Garing banget deh!" Sergah dia tidak percaya.
Memang semua ini sulit untuk di percaya. Tapi gue tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Mona sudah mempunyai kartu As yang ampuh untuk mengendalikan hidup gue. Untuk saat ini, gue tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi nanti, gue berjanji akan menyelesaikan semua dengan cara gue sendiri. Gue janji!
Gue membuang napas perlahan. "Gue gak bohong! Gue emang mau putus sama lo." Jawab gue jujur.
Seongwoo menatap gue dengan ekspresi yang tidak bisa di jabarkan. "Alasannya apa?" Tanya cowok itu.
"Lo gak perlu tahu. Pokoknya gue mau putus sama lo!"
Mendengar ucapan gue. Seongwoo membuang napasnya dengan berat. "Sayang?" Panggil dia serak. "Kamu boleh minta apapun sama Aku. Naik biang lala? Jalan-jalan? Atau apapun itu. Tapi Aku mohon, jangan minta putus." Balas cowok itu dengan wajah kusut.
Gue terdiam. "Maafin gue Seongwoo. Gue terpaksa ngelakuin ini demi menutupi rahasia lo." Ucap gue dalam hati.
Ketika melihat gue terus diam, cowok itu menarik tangan gue dan menggenggamnya. "Kamu punya masalah hm?" Tanya dia lembut. "Kamu bisa cerita semuanya sama Aku. Please, jangan kayak gini." Bujuk dia dengan suara parau.
Sejujurnya gue sangat tidak tega melihat wajah cowok itu yang menyiratkan kesedihan. Tapi apa boleh buat, gue harus bisa menyelesaikan persoalan ini. Sebelum Mona yang biadab itu membuat ulah lagi dan menambah suasana menjadi lebih kacau.
"Gue gak mau punya pacar seorang anak haram kayak lo!" Jawab gue dengan penyesalan yang mendalam.
Begok! Gue merutuki diri gue sendiri dalam hati. Bisa-bisanya gue mengeluarkan kata-kata kotor seperti itu.
Seongwoo terdiam dan menatap gue dengan terkejut. "Kamu?" Tanya dia yang tidak melanjutkan kata-katanya.
"Iya! Gue sekarang udah tahu kalo lo itu sebenernya anak haram! Bisa-bisanya gue sukak sama anak haram kayak lo! Kalo gue tahu dari dulu, mungkin gue gak akan mau pacaran sama lo!" Ketika berbicara seperti itu, entah kenapa seperti menggores hati gue sendiri dengan pisau yang tajam.
Rasanya sakit! Apa lagi ketika melihat wajah pilu dari Seongwoo. Wajah pilu itu yang membuat gue enggan melanjutkan aksi. Gue membuang muka untuk menahan perasaan gue.
"Jadi lo udah tahu semua tentang gue?" Tanya cowok itu dengan urat-urat yang menonjol di lehernya.
Gue diam, tidak sanggup lagi untuk menjawab pertanyaan cowok itu.
"JAWAB!" Teriak cowok itu tiba-tiba. "Jawab gue Far!" Ulang dia memaksa.
Gue tertegun. Cowok itu pasti sangat tersinggung dengan kata-kata gue. Gue memberanikan diri untuk melihat mata Seongwoo. "Iya, gue udah tahu semuanya!" Jawab gue akhirnya.
Seongwoo melemas seketika. Cowok itu menunduk pasrah. Dan kata-kata terakhir dari cowok itu yang membuat hati gue mencelos nyeri.
"Oke, mulai sekarang kita putus."
****
MOHON MAAP CHAPTER INI SEDIKIT PENDEK... SAYA TIDAK TEGA UNTUK MENYIKSA ONGIE LEBIH DALAM LAGI...
POKOKNYA HAPPY READING DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Pensiun [END]✅
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA] __________________________________________________ "Gue emang Playboy, tapi itu dulu. Sekarang gue udah pensiun dan gue udah tobat!" [Ong Seongwoo] MENGANDUNG KERECEHAN YANG HAQIQI!! HATI-HATI DENGAN JANTUNG ANDA!! 25 Feb 2019...