[25] Dia Datang

154 15 0
                                    

Gue berjalan dengan santai menuju pintu gerbang. Jam pelajaran sudah berakhir sejak lima menit yang lalu. Gue berniat untuk menunggu seseorang di depan gerbang. Dan seseorang itu adalah tukang Ojek langganan gue. Pada saat tidak ada orang yang bersedia anterin gue pulang, Abang Ojek selalu siap siaga anter gue ke manapun. Penyelamat banget kan?

Langkah gue terhenti saat tiba-tiba seorang makhluk astral muncul dan membuat gue terkesiap.

Gue mendengus ketika Mona tiba-tiba menghadang jalan gue. "Mau apa lagi lo?" Tanya gue dingin. "Gue lagi gak ada waktu buat ngurusin lo. Lagian juga gue mau pulang," ujar gue males.

Saat gue hendak melangkah, cewek itu malah menghalangi jalan gue. "Mau kemana lo?" Tanya dia dengan wajah yang ingin sekali gue cakar.

Gue terkekeh sinis. "Lo tuli? Atau emang kuping lo emang congean? Tadi kan gue udah bilang, kalo gue mau pulang. MAU PULANG!" Gue berteriak di akhir kalimat. Siapa tahu kan kuping Mona emang bener-bener rusak.

Mona memandang gue dengan penuh kebencian. "Urusan kita belum selesai ya!" Peringat dia tak tahu malu.

Seharusnya kan gue yang bilang begitu! Lah itu cewek gak takut apa ya sama gue? Lama-lama gue masukin penjara juga tuh cabe, biar nyaho!

Gue maju satu langkah dengan wajah menyeringai. "Harusnya gue yang bilang kayak gitu! Urusan kita belum selesai. Dan gue bakalan jamin, setelah ini gue akan jeblosin lo ke penjara. Karena lo udah melakukan hal kriminal sama gue!" Ancam gue dengan penuh penekanan.

Bukannya takut, Mona malah tertawa sumbang. "Lo punya bukti apa buat jeblosin gue ke penjara?" Tanya Mona yang sama sekali tidak takut.

Gue berdecih. "Lo liat aja! Gue bakalan bawa bukti yang nyata buat lo!" Sinis gue dengan peringatan penuh.

Sial! Dia sama sekali tidak merasa bersalah sedikit pun sama gue. Gue heran, ada ya Cewek yang tampilannya kek gitu? Ya hamsyong! Pusing pala gue!

Mona terkekeh sinis. "Lo fikir gue takut?" Tanya dia menyebalkan. "Gue gak takut sama sekali sama ancaman lo!" Ujar dia lagi.

Gue mengepalkan tangan dengan kuat. Kalau bukan di sekolah, gue jamin tangan gue sudah melayang ke muka Mona yang menyebalkan itu! Tapi gue harus menahan amarah agar tidak mendapat masalah.

Gue menggertakkan gigi dengan marah. "Lo fikir gue bakal diem aja setelah lo perlakuin gue kayak ayam? Lo salah! Gue bakal bales semua perbuatan lo!" Ujar gue dengan penuh penekanan.

Mona tersenyum miring. "Silahkan kalo lo bisa," balas dia terkekeh.

Menyebalkan! Mona memang benar-benar iblis! Cewek itu bahkan akan terus melanjutkan aksinya untuk membuat gue hancur. Mulai detik ini, gue harus hati-hati terhadap ular seperti mona!

****

"YUHUU... FARIEL PULANG!" Gue berteriak seperti biasa. Gue membaringkan tubuh gue di sofa dan memeluk bantal. Rasanya sangat lega dan nyaman. Setelah seharian di sekolah yang membosankan, akhirnya gue bisa mencium bau pembersih lantai yang bi Tuti pakai.

Gue menguap lebar. "Huamm... Wanginya rumahku ini." Gumam gue yang terlena akan keharuman yang lantai gue timbulkan.

Hampir saja gue terlelap, sebuah tangan malah menutup mata gue. Gue yang terkejut segera duduk dan menebak-nebak siapa orang yang menutup mata gue.

"Papa ya?" Tanya gue menebak. Kalo bi Tuti tidak mungkin memiliki tangan kekar seperti ini.

Tidak ada jawaban dari orang itu, membuat gue penasaran. "Papa ya? Kok udah pulang jam segini?" Tanya gue yakin, bahwa yang menutup mata gue itu adalah Papa.

Dengan gerakan cepat, seseorang itu melepaskan tangannya dari mata gue. "Tadaaaaa..." ujar dia dengan ceria menunjukkan wajahnya.

Gue mengerjap beberapa kali. Gue mencoba meyakini diri bahwa orang di hadapan gue emang bener-bener manusia. Gue tersadar dan menatap laki-laki di depan gue dengan berbinar.

"ABANG..." Pekik gue girang sambil meluk orang itu dengan erat. "Abang kapan datang? Kenapa gak bilang-bilang?" Tanya gue dengan antusias.

Ha Sungwoon, atau sering gue panggil bang Hasung. Dia adalah Kakak kandung gue. Emang gak banyak yang tahu soal Abang gue ini, karena dia sudah bertahun-tahun tinggal di Korea. Setelah lulus SMP, dia lebih memilih untuk bersekolah di korea. Abang gue itu sangat terobsesi dengan mimpinya yang ingin menjadi Idol. Itu sebabnya dia rela tinggal di negara asing untuk mencapai mimpinya.

Gue akui, suara Abang gue emang super keren dan melengking! Tapi gue juga gak tahu kenapa dia bisa ada di sini? Padahal sekarang dia kelas dua belas. Itu berarti dia belum lulus.

"Abang kok di sini?" Tanya gue bingung dengan keberadaan doi yang tiba-tiba. "Abang gak sekolah?" Tanya gue lagi.

Bang Hasung mengangkat bahu acuh. "Gue mau sekolah di sini aja. Di sana mah gak enak," jawab dia santai.

"Lah gak enak kenapa Bang?" Tanya gue bingung.

"Di sana gak enak! Banyak orang ganteng. Lah jadi gue banyak saingan dong! gak mau ah, males!" celetuk dia kurang asem.

Ebuset! Abang gue jawab kek gitu banget dah. "Lah si Abang! Jadi lo fikir kalo di sini itu gak ada cowok cakep?" Tanya gue gak setuju dengan penjelasan Abang gue tadi.

Bang Hasung tampak berfikir. "Ya, di sini cuman ada satu sih yang cakep." Ujar dia mengetuk-ngetuk dagu dengan telunjuknya.

"Siapa?" Tanya gue.

"Gue!" Seketika tawa bang Hasung pecah. Itu orang dua tahun di korea, tapi kelakuannya kagak berubah sama sekali!

Gue mendengus sebal. "Kenapa sih, anak Papa gak ada yang waras?" Tanya gue frustasi.

Tapi, hati gue sedikit melega karena akhirnya gue punya teman lagi di rumah ini. Dengan adanya bang Hasung, gue jadi gak kesepian lagi di rumah ini. Semoga bang Hasung gak pergi ke Korea lagi.

****

"ABANG! BALIKIN BEDAK GUE!" Gue berteriak ketika Abang gue tiba-tiba masuk ke kamar dan mengambil semua peralatan makeup yang gue punya.

Emang kurang asem tuh abang gue yang satu ini! Gue mendengus sebal. "Abang! Lo itu kan cowok! Ngapain lo ambil bedak, lipstick, sama lotion gue hah! Lo mau jadi banci?" Amuk gue dongkol.

Kesel banget gue tuh! Baru datang aja udah kek gini. Apa lagi kalo harus tinggal di sini! Bisa abis alat makeup gue!

"Adek ku yang paling cetar dan bahenol! Pakek makeup itu bukan berarti Abang itu banci. Tapi ini adalah bentuk kasih sayang Abang kepada diri sendiri. Supaya ketampanan ini terus menempel dan haqiqi." Ujar dia curhat.

Gue memutar bola mata malas. "Ya, tapi jangan maen ambil alat makeup gue sembarangan dong! Gak modal banget sih!" Gue mengambil kotak makeup di tangan bang Hasung dengan kesal. "BELI DONG!" teriak gue tepat di kuping cowok itu.

Bang Hasung menutup telinganya. Cowok itu mendengus. "Dasar Adek pelit!" Teriak dia yang tidak di hiraukan oleh gue.

****

MAAF, CHAPTER INI MEMANG GAJE. JADI MOHON DI MAKLUMI😂

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA UNTUK YANG MENJALANKANNYA❤

Playboy Pensiun [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang