[17] Sakit?

336 18 1
                                    

Semenjak kejadian memalukan yang terjadi di rumah makan. Gue marah besar kepada spesies langka bernamakan Seongwoo, cowok ngeselin yang berani-beraninya nyium pipi gue di depan umum! Kalo bokap gue sampai tahu, pasti dia marah besar ke gue dan gak bakalan ngizinin gue dekat lagi sama Seongwoo. Bisa bisa nama gue di coret dari kartu keluarga! Papa gue yang super posessive itu pasti bakalan diemin gue tujuh hari tujuh malem. Tapi, daripada gue memikirkan hal yang membuat otak gue mumet, lebih baik gue diam seribu bahasa ya kan?

Dan sekarang seperti biasa, gue berada di kantin bersama geng 'Cecak' alias cewek cakep. "Eh Dell, gimana kegiatan Osis lo?" Tanya gue basa-basi.

Della yang sedang mengunyah baksonya segera menelan baksonya. "Ya gitu deh," jawab dia singkat.

Gue mengangguk lalu noleh ke arah Yuriqo "Nah elo Yur, gimana sama kejombloan lo?" Tanya gue melirik Yuriqo.

Yuriqo merengut mendengar pertanyaan gue. "Lo kok jahat sih! Della di tanya soal kegiatan osisnya. Lah napa gue malah di tanya kek gituan? Ah lo mah sukak ngehina!" Marah cewek itu dongkol.

Della terbahak di pijakannya. "Ya abisan lo sih! Makannya cari kegiatan yang berfaedah dong. Jangan cuman ngepoin cowok orang doang," celetuk Della menyindir.

Yuriqo menjitak kepala Della cukup keras. "Eh anak curut! Gue gak pernah ngepoin cowok orang ya! Gue juga punya kegiatan kok." Ujar Yuriqo gak terima.

"Emang apaan kegiatan lo Yur?" Tanya gue penasaran.

"Bikin pupuk dari kotoran kambing. Puas?" Jawab Yuriqo yang sukses buat gue jijik sekaligus ngakak.

"Haha, itumah bukan kegiatan. Tapi nasib hidup lo!" Teriak Della mengejek.

"Kenapa sih kalian berdua itu hobby banget bully gue? Salah gue apa coba? Gue kan anak yang baik dan cerdas." Yuriqo memanyunkan bibirnya lima senti.

"Ah elah baperan banget lo!" Ejek gue lagi.

Terkadang masa-masa seperti inilah yang paling di kenang oleh kita nanti. Masa SMA yang ceria dan absurd, membicarakan banyak hal dengan suka cita. Gue juga bingung, kenapa gue sangat menyayangi kedua sahabat gue, walaupun kadang kata-kata gue seringkali tidak baik kepada mereka. Tapi percayalah, gue sayang mereke lebih dari sayang kepada diri gue sendiri.

****

"Farriel?" Mendengar panggilan dari seseorang, gue menoleh ke sumber suara.

Disana berdiri Daniel yang di ikuti Minhyun di belakangnya. Daniel menyampirkan sebelah tas merahnya di pundaknya yang lebar itu. Dan Minhyun, seperti biasa. Dia hanya diam, mungkin penyakit sariawannya masih belum sembuh.

"Ada apa Niel?" Tanya gue.

"Lo udah tahu belum, kalo Ong sakit?" Tanya Daniel.

Gue diam sebentar. "Emangnya kenapa kalo dia sakit? Apa urusannya sama gue?" Tanya gue kura-kura dalam perahu.

Daniel berdecih. "Gak usah sok gak peduli deh lo. Mendingan sekarang lo jenguk dia dan nemenin dia. kasihan dia sendirian." Suruh Daniel.

"Lah ngapa jadi gue? Dia kan punya keluarga. Ngapain gue yang harus nemenin dia?" Tanya gue gak mau.

Daniel membuang nafas berat. "Far, Ong itu tinggal sendirian di apartement. Dan keluarganya sama sekali gak tahu kalo dia sakit." Jelas Daniel yang membuat gue mengernyit heran.

"Loh emangnya dia gak tinggal sama Bonyok nya?" Tanya gue garuk tengkuk.

Gila! Gue gak tega banget liat mukak melas ala si Akang. Mukaknya itu sudah tidak bisa di tolak lagi. Alhasil, gue cuman bisa nurut apa kata Daniel.

Playboy Pensiun [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang