Gue turun dari mobil si Seongwoo. Gue berjalan santai menuju koridor sekolah yang masih sepi. Tampaknya murid-murid belum datang di pagi buta seperti ini. Seongwoo mengikuti gue di belakang, cowok itu mensejajarkan langkahnya dengan gue.
Gue menggucek mata, merasa masih mengantuk di pagi hari seperti ini. "Huamm..." mata gue memberat.
Setelah pintu ruang kelas gue terlihat, gue segera bergegas masuk dan duduk di kursi gue. Gue melipat tangan dan seperti biasa. Gue menenggelamkan kepala gue di sana.
Mata gue semakin berat, gue menutupnya perlahan. Saat gue hendak berlabuh di pulau mimpi, tiba-tiba gue merasakan sebuah tangan mengusap kepala gue.
Gue memutar kepala gue agar menghadap kepada orang itu. Saat gue membuka mata, di sana. Seongwoo tersenyum dan mengusap kepala gue dengan sayang.
"Tidur," suruhnya yang tidak berhenti mengusap puncak kepala gue.
Gue sama sekali tidak berontak. Usapan tangan cowok itu begitu nyaman. Rasa kantuk gue semakin menjadi. Tapi, entah mengapa gue enggan untuk menutup mata. Gue lebih memilih memandangi wajah tampan itu. "Ngapain di sini?" Tanya gue pelan. "Kelas lo kan di sebelah."
"Gue mau kelonin lo," jawab dia berbisik. "Tidur," suruhnya lagi.
Gue tidak marah dengan jawaban cowok itu. Gue terlalu lemas jika harus membalas ujaran cowok itu. Gue lebih memilih menutup mata dan tenggelam ke alam mimpi.
Satu hal yang gue rasakan saat ini. Ini adalah untuk pertama kalinya gue tidur dengan senyuman lebar. Usapan kepala yang jarang sekali gue dapatkan dari Papa. Jika mengingat Papa, entah kenapa rasanya seperti ingin menangis.
Papa gue yang sibuk, Papa gue yang jarang berada di rumah, Papa gue yang gak pernah punya waktu untuk anaknya. Bahkan untuk sekedar mengusap rambut gue pun dia tidak sempat. Dan sekarang, seseorang sedang mengusap rambut gue dengan sayang.
"Papa lihat? Kini sudah ada seseorang yang mengusap kepalaku ketika aku hendak tertidur. Dia baik, dan aku percaya. Dia adalah laki-laki yang pantas untukku." Ujar gue dalam hati. Andai Papa tahu, betapa memilukannya hidup gue saat berusaha selalu menebar tawa, padahal hati gue selalu menangis dan kesepian.
Clak...
Tidak terasa, satu bulir air mata terjatuh dari pelupuk mata gue. Gue kembali membuka mata dan menatap Seongwoo. Cowok itu juga tengah menatap gue. Dia menghapus air mata gue dengan lembut. "Kenapa nangis hmm?" Tanya dia lembut.
Gue diam. Perlahan gue menegakkan tubuh dan menatap cowok itu. "Sebenernya perasaan lo sama gue itu gimana?" Tanya gue tiba-tiba.
Seongwoo sedikit terkejut, tapi cowok itu mengubah ekspresinya menjadi biasa. "Perasaan gue?" Tanya dia balik.
Gue menarik dasi cowok itu dan mengelap ingus ke dasinya. Seongwoo sedikit jijik tapi cowok itu diam saja.
"Iya, perasaan lo gimana ke gue? Lo beneran sukak gak sih sama gue?" Tanya gue meminta penjelasan. "Cepet tembak gue!" Suruh gue tak tahu malu.
Seongwoo terlihat terkejut. Cowok itu menggaruk tengkuknya. "Kenapa lo tiba-tiba kayak gini?" Tanya dia heran.
Srott...
Gue menyedot kotoran di hidung gue dengan keras sehingga menimbulkan suara. Emang jorok sih, tapi ya itulah gue.
"Katanya lo sukak sama gue? Katanya lo cinta sama gue. Tapi kenapa lo belum nembak gue? Lo pasti cuman PHP doang kan?" Tanya gue beruntun.
Cowok itu semakin mengerutkan dahinya. "Lo ngelindur?" Tanya dia yang masih belum percaya.
Gue berdecak. "Lo sukak gak sama gue?" Tanya gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Pensiun [END]✅
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] __________________________________________________ "Gue emang Playboy, tapi itu dulu. Sekarang gue udah pensiun dan gue udah tobat!" [Ong Seongwoo] MENGANDUNG KERECEHAN YANG HAQIQI!! HATI-HATI DENGAN JANTUNG ANDA!! 25 Feb 2019...