[30] Yuriqo koma

162 14 1
                                    

"Far, nomer tiga dong." Della menyenggol lengan gue.

Hari ini Pak Mancung alias Pak Jisung mengadakan ulangan dadakan. Elah! Mana gue gak pernah belajar sama sekali! Emang pak Jisung itu selalu memberikan tugas yang sangat amat mengerikan untuk muridnya!

Tapi untungnya pak Jisung sedang keluar untuk mengambil Absen. Jadi gue bisa memanfaatkan keadaan supaya bisa menyontek. Alamak, otak gue ini memang tokcer sekali!

Gue menatap Della dengan malas. "Del? Lo tahu kan kalo gue itu udah begok dari lahir? Lah kenapa lo tanya sama gue?" Ujar gue dongkol.

"Makannya jadi orang itu jangan begok-begok amat Far!"

Lah itu bocah malah hina gue! Dasar temen kurang asem!

Gue berdecak pinggang. "Heh ondel-ondel ancol! Gue itu gak sebegok itu ya!" Teriak gue murka. "Lagian juga seberapa pinter si otak lo?" Ujar gue lagi.

Della mengacungkan jari tengahnya ke arah Gue. Anjay! Itu bocah emang bener-bener kampret!

Drtt... Drtt...

Saat Della hendak membalas ujaran gue, tiba-tiba saja ponsel cewek itu berbunyi. Della mengambil ponselnya di saku seragam lalu mengangkat panggilan itu. Gue hanya bisa memutar bola mata malas.

Della menatap gue dengan memicingkan matanya. "Mamanya Yuriqo," kata dia berbisik untuk memberitahu gue, bahwa yang menelfonnya adalah tante Yuri atau Mamanya Yuriqo.

"Speaker Dell," suruh gue.

Della mengangguk dan menyalakan speaker agar gue juga bisa mendengar perbincangan mereka. Della menyimpan ponselnya di atas meja. "Hallo tante?" Sapa Della.

Di sebrang sana masih sunyi, Belum ada jawaban sama sekali. Gue dan Della saling pandang satu sama lain, merasa aneh dengan keadaan ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba tante Yuri menelfon Della? Pasti ada hal penting yang ingin Ia bicarakan.

"Hallo Tante?" Della kembali bersuara, karena masih belum ada jawaban di seberang sana.

Tak lama setelahnya, suara isakan kecil terdengar. Apakah tante Yuri menangis? Sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Gue mendekat ke arah ponsel Della. "Tante? Ini Fariell." Ujar gue. "Tante kenapa nangis?" Tanya gue hati-hati.

Di seberang sana, tante Yuri malah semakin terisak. "Far?" Pangginya dengan suara parau. "Yuriqo koma. Dan sekarang ada di rumah sakit,"

Degh...

Gue dan Della membulatkan mata. Della yang kaget pun langsung mengambil ponselnya dan meminta penjelasan. "Tante? Maksud tante apa? Kenapa Yuriqo bisa koma?" Tanya Della mulai panik.

Gue tahu, Della pasti lebih kaget dan terpukul daripada gue. Mereka berdua sudah bersahabat dari kecil, sedangkan gue hanya hadir pas kita bertemu di SMA. Jadi wajar saja jika Della terlihat sangat khawatir dan tercengang dengan kabar ini.

Gue hanya bisa mengusap pundak Della yang mulai bergetar. "Dell, lo harus tenangin diri lo," ujar gue menenangkan.

"Gimana mau tenang Far!" Bentak Della yang gagal menenangkan dirinya sendiri. Della kembali mendekat ke arah ponselnya. "Tante? Tolong jelasin sama kita! Kenapa Yuriqo bisa koma?" Tanya Della tak sabar.

Di sebrang sana, Mama Yuriqo mengatur napasnya dan mencoba bercerita dengan setenang mungkin. "Yuriqo koma karena dia menjadi korban perampokan di bogor. Tante juga gak tahu gimana kronologisnya. Untuk sementara waktu, Yuriqo akan di rawat di bogor."

****

Gue menatap bayangan gue sendiri di cermin toilet sekolah. Setelah mendengar kabar mengejutkan dari Mamanya Yuriqo, gue izin untuk ke toilet.

Gue akui, Della dan Yuriqo merupakan sahabat gue yang paling setia. Walaupun kita bertiga seringkali bertengkar dan saling mengejek satu sama lain. Tapi, di dalam lubuk hati gue yang paling dalam. Della dan Yuriqo merupakan sahabat yang paling sabar menghadapi sikap gue yang agak gesrek ini.

Tapi, sekarang gue gak tahu lagi harus gimana. Mamanya Yuriqo bercerita bahwa Yuriqo menjadi korban perampokan di rumah Neneknya yang berada di Bogor. Pada saat itu, hanya Yuriqo dan Neneknya yang berada di rumah. Neneknya di temukan dengan keadaan tidak bernyawa, sedangkan Yuriqo tidak sadarkan diri. Mamanya pun tidak tahu kronologis kejadiannya.

Gue membuang napas dengan berat. "Kenapa ini semua harus terjadi sama Yuriqo?" Gue bertanya kepada bayangan gue sendiri yang berada di cermin. "Kenapa gak gue aja?" Tanya gue lagi.

"DASAR RAMPOK SIALAN!"

****

Gue keluar dari toilet dengan wajah lesu. Gue tak henti-hentinya berdo'a agar Yuriqo bisa melewati masa kritisnya. Gue juga tidak berhenti memikirkan masalah ini. Gue berjalan dengan gontai tanpa semangat.

Brukk...

Gue menghela napas berat. Di saat genting seperti ini, gue malah nabrak pundak seseorang. Ketika gue mendongakkan kepala, ternyata yang gue tabrak adalah Seongwoo.

Cowok itu mendekat. "Gak papa kan?" Tanya dia khawatir.

Gue hanya menatap dia sekilas dan menggeleng. Fikiran gue sedang buyar, gue hanya ingin cepat-cepat menyusul Yuriqo ke Bogor agar bisa melihat keadaan cewek itu.

Seongwoo menyentuh dahi gue. "Kenapa lesu gitu? Sakit hm?" Tanya dia yang melihat wajah kusut gue.

Gue diam, ingin sekali gue bercerita panjang lebar kepada Cowok itu. Tapi, sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita.

"Seongwoo?" Panggil gue pelan. "Nanti aja gue ceritanya. Sekarang gue mau ke kelas dulu." Ujar gue berpamit.

Cowok itu mengangguk walaupun wajahnya masih terlihat kebingungan.

"Mau gue anter ke kelas?" Tawar dia.

Gue menggeleng. "Gak usah, gue bisa sendiri." Jawab gue.

"Tapi, lo lagi sakit. Sebagai pacar yang baik, gue mau anterin lo sampai ke kalas." Ujaran cowok itu sukses membuat gue sedikit lega.

Setidaknya Pacar gue sangat perhatian dan bisa di andalkan. Tapi, gue sadar. Ini bukan saatnya untuk berpacaran.

Gue menghela napas. "Gue gak sakit kok. Gue cuman lagi lemes aja, mending lo ke kalas gih. Pokoknya gue gak mau liat lo bolos lagi!" Ujar gue mengancam.

Cowok itu malah terkekeh dan mengusap puncak kepala gue. "Siap Boss," jawabnya semangat.

Setelah itu, Seongwoo melenggang pergi dari hadapan gue. Cowok itu menuruti ucapan gue? Ah ternyata mempunyai pacar memang menyenangkan. Gue jadi bisa nyuruh-nyuruh dia apapun.

Gue bergumam. "Lo itu sebenernya Cowok gue atau ronggeng monyet? Nurut banget sih."

****

MOHON MAAF BILA TERDAPAT KESALAHAN🙏

MOHON MAAF BILA TERDAPAT KESALAHAN🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Playboy Pensiun [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang