PG 28

1.5K 72 2
                                    

Jeslyn membuka kedua matanya. Ia terkejut dengan posisinya yang saat ini sedang memeluk ponselnya.
Jeslyn melihat ponselnya, masih menatap foto Calvin.

Penampilan Jeslyn saat ini benar benar kacau. Rambutnya agak kusut, matanya juga sembab karena semalam ia menangis cukup lama. Ditambah lagi raut wajah Jeslyn yang dingin namun terkesan menyimpan kesedihan.

Jeslyn beranjak dari tempat tidur, ia menatap bayangannya di cermin.
"Sangat berantakan." gumamnya

Jeslyn masuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian ia keluar dan segera berganti seragam.

Jujur, ia sebenarnya malas berangkat sekolah karena harus melihat Calvin dan Tania. Mereka berdua selalu mengumbar kemesraan, dan itu membuat Jeslyn kesal sekaligus sedih. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah keputusan Calvin.

Jeslyn sebenarnya masih ragu dengan keputusan Calvin yang memilih berpacaran dengan Tania dan melupakannya. Jeslyn sendiri selalu melihat ketulusan di mata Calvin saat ia bersama Calvin. Dan ia yakin Calvin tidak mungkin sejahat itu padanya.

Setelah semalaman berpikir, Jeslyn memutuskan untuk bertanya kepada Calvin. Ia benar benar tidak ingin kehilangan Calvin.

.

.

.

.

.

Saat ini Jeslyn sedang berjalan menuju kelas Calvin. Terserah jika ia dianggap sebagai perempuan ambisius. Ia hanya ingin meluruskan ini semua dan mencari kebenarannya.

Keberuntungan! Calvin juga berjalan berlawanan arah dengan Jeslyn.

Tapi saat mereka berpapasan, seperti biasa, Calvin tidak menoleh sedikit pun kepada Jeslyn.

"Calvin." panggil Jeslyn

Calvin seakan tuli, ia terus berjalan.

"Calvin!" panggil Jeslyn lebih keras, berharap lelaki itu berhenti

Namun nyatanya tidak, Calvin masih mengabaikan panggilan Jeslyn.

Akhirnya mau tidak mau Jeslyn pun mengejar Calvin dan menahan tangan Calvin. Calvin berhenti, tanpa menoleh ke Jeslyn.

"Ikut gue." ucap Jeslyn lalu menarik tangan Calvin menuju suatu tempat

Jeslyn mengajak Calvin ke rooftop. Tempat sepi yang bisa memberikan mereka ruang untuk menyelesaikan masalah.

Calvin melepas tangannya, ia menoleh ke arah lain agar tidak menatap Jeslyn.

"Calvin." ucap Jeslyn

"Segitunya lo sama gue sampai gamau natap wajah gue?" suara Jeslyn bergetar dan air matanya siap meluncur

"To the point aja." ucap Calvin dingin

"Gue masih ga percaya kalo lo sama Tania pacaran. Ya walaupun itu faktanya, tapi gue ngerasa kalo lo masih cinta sama gue." ucap Jeslyn yang masih menatap wajah Calvin

"Kenapa lo mikir gitu? Lo pikir gue bakal ngejar ngejar cewek yang permainin gue? Gue ga sebodoh itu." kali ini Calvin menatap Jeslyn tajam

"Maksud lo gue? Gue permainin lo? Lo yang permainin gue!" nada bicara Jeslyn meninggi

"Lo duluan yang mulai."

"Mulai apa Calvin? Jelasin ke gue." ucap Jeslyn

"Udahlah, gue gamau berurusan lagi sama lo." Calvin hendak pergi namun tangan Jeslyn menahannya

"Lo gatau seberapa hancurnya gue saat tau lo sama Tania pacaran? Dan lo bahkan terlihat bahagia banget sama Tania. Gue sempet berfikir kalo semua kata cinta lo ke gue itu bullshit. Tapi gue selalu ngeliat ketulusan di mata lo. Gue coba ngeyakinin diri gue sendiri kalo ini semua cuma sandiwara setelah ngeliat kemesraan lo sama Tania. Lo tau? Selama seminggu ini gue juga berusaha keras buat ngelupain lo. Tapi gue gabisa, gue gatau kenapa gue gabisa lupain lo. Gue gabisa benci sama lo, bahkan saat lo udah jahat sama gue. Gue mohon jujur sama gue Vin, kenapa? Kenapa lo berubah? Gue kangen Vin. Gue kangen sama lo yang selalu ada buat gue, selalu godain gue, selalu bikin gue ketawa. Gue kangen sama chat dari lo yang setiap malem selalu ngucapin selamat malam buat gue. Dan gue bener bener sedih saat posisi gue tergantikan sama Tania. Tania Vin, cewek yang dua kali bikin gue hancur." Jeslyn menundukkan kepalanya

Psycho girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang