Malam semakin larut di Portmeirion, Malam yang begitu tenang bagi mereka, terkecuali beberapa orang diantara mereka.
Lagi-lagi Chunyang memimpikan hal yang sama sebelum kematiannya, yaitu ibunya.
"Hah... hah..."
Derap kaki melintasi jalan setapak di padang ilalang, keringat dan deru napas memburu. Berpacu dalam waktu.
Setibanya, Chunyang menemukan ibunya yang berdiri di ujung jurang. "Bu... apa yang ibu lakukan?"
Ibunya berbalik dan tersenyum, entah mengapa wajah ibunya mirip seperti Changxi. "Selamat tinggal, Chunyang."
"Bu... jangan lompat,bu!" sergahnya namun terlambat.
"IBU!"
"Chunyang kamu kenapa?" tegur Changxi khawatir.
"Kak Changxi... hiks..." isaknya sambil memeluk gadis berambut pirang itu.
"Kau... baik-baik saja,kan?" tanya Changxi lagi.
Setelah tenang, akhirnya Changxi kembali ke kamarnya. "Kenapa Xixi?"
"Chunyang mimpi buruk. Lagi."
"Sudah 3 hari ia memimpikan mimpi yang sama,Jiayi."
"Aku pikir kita harus membantu Chunyang melupakan mimpinya."
"Kurasa begitu..."
Keesokan harinya, Chunyang merasa tidak enak badan setelah mimpi buruk tadi malam. "Kau kenapa,Yangyang?" tanya sang kakak. "Tidak apa-apa,kak. Aku baik-baik saja."
Wenhan memperhatikan pergelangan tangan adiknya, ada sebuah luka yang tampak asing dan mencurigakan.
"Apa itu?" tanyanya lagi.
"Apa maksud kakak?"
"Luka itu.... luka di tanganmu." tunjuknya.
Chunyang melihat dan menyentuh lukanya dengan pelan. Ia meringis pelan,"Bolehkah kita latihan sekarang?" tanya Chunyang.
-0-
"Kakak mulai mengajarimu dari yang dasar. Pertama belajar untuk meningkatkan keseimbangan, dulu aku diajari guru bela diri semasa SMP. Yang harus kau lakukan adalah berdiri dengan sebuah buku di kepalamu."
Chunyang mencoba belajar menyeimbangkan tubuhnya, tetapi gagal. Percobaan kedua tetap saja gagal, pelajaran ini tampak biasa tetapi sangat sulit ketika dicoba. Ia gagal berkali-kali membuat dirinya kelelahan dan berputus asa,"Hah... ternyata ini lebih sulit dari yang kubayangkan-"
Ada seekor raja lebah yang mendatanginya, Chunyang sempat takut melihatnya. Tiba-tiba lebah tersebut berubah menjadi manusia.
"Tunggu anda seekor lebah?" tanya Chunyang.
"Benar, namaku Zhang Yixing. Tapi kau bisa memanggilku Yixing saja, kudengar kau ingin mempelajari keseimbangan? Aku bisa mengajarimu."
"Benarkah?"
"Tentu." jawabnya sambil membawa buku satu rak dan minum dengan santai.
Chunyang terpukau,"Anda sungguh hebat. Bisakah anda mengajari saya agar bisa seseimbang itu?"
"Sebenarnya aku mau. Tapi..."
Chunyang mengeluarkan puppy eyesnya. Ia tersenyum dengan lesung pipinya "Baiklah kalau begitu."
-0-
Waktu menunjukkan tengah malam, semua sudah terlelap dalam tidurnya. Changxi mencoba menutup matanya, tapi tidak bisa. Oke yang dia perlukan sekarang adalah susu, ia teringat susu di mejanya yang telah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Para Hantu
RandomMenceritakan curhatan-curhatan dan keluh kesah para hantu dan makhluk astral lainnya. GS seperti biasa, alur cerita gak jelas, receh, dll.