Pertikaian

66 9 10
                                    

"Halo." ucap sang Ratu lalu tersenyum ramah.

"Nona Cai?"

"APA DIA NYI RORO KIDUL?" gumam Wenhan.

Wenhan berlutut di hadapan sang ratu. "Ampun nyai, kami membutuhkan bantuanmu."

Jolin tersenyum,"Kau sangat sopan, anak muda. Apa yang bisa kubantu?"

"Saat ini kami membutuhkan bantuan anda."

"Apa itu?"

"Kami kehilangan beberapa rekan sekaligus gadis ini kena kutukan sihir para Siren."

Keningnya berkerut,"Pasti dari Utara. Baiklah, aku bisa membantumu. Ikut aku."

Mereka harus menyelam cukup lama untuk bisa sampai ke istana ratu. Ditambah penuh rintangan dan karang-karang laut. Sesampainya disana Changxi langsung dibawa ke ruang medis.

Kondisi tubuh kurus gadis tersebut mengkhawatirkan mereka, terutama Junjie,Jiayi,dan Youwei. Youwei sudah menganggapnya sebagai saudara sendiri, dokter istana pun keluar.

Junjie berjalan mendatangi sang dokter,"Bagaimana keadaannya?"

"Saat ini He Changxi dalam kondisi kritis. Ia harus dirawat intensif, banyak tulang-tulang yang patah dan ia mengalami anemia sekaligus hiportemia akibat serangan sihir."

Matanya melebar, salah satu tangannya menutup mulutnya, tubuhnya gemetar.

"Jie... kau baik-baik saja,kan?" tegur Huaiwei.

"BAGAIMANA MUNGKIN AKU BAIK-BAIK SAJA?"

Kalimat yang terlontar dari mulut Junjie membungkam semua orang di ruang medis tersebut. "Ini semua salahku. Ini semua... salahku. Aku yang membuat kalian mencariku sampai membahayakan kalian."

Tangisannya perlahan mengeras Huaiwei, Bohan, Guanyue, dan Linmo memeluknya agar tangisannya tidak terdengar orang lain.

"Tenang,Junjie. Ini bukan salahmu, ini salah kami." ucap Linmo.

-0-

Gadis manis tersebut menjaga Changxi yang masih dalam kondisi parah. Ia bermonolog sebentar untuk mengurangi kesedihannya.

"Xixi... ini aku, Junjie. Dulu kita sempat bertemu bukan?"

Jeda sebentar.

"Kita pernah bekerja di tempat yang sama, dan waktu itu kebersamaan kita terasa kurang."

Matanya mulai berair.

"Dan... mendengar kabar perpisahan kita dulu membuatku harus menangis selama berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Aku... aku... hiks..."

"Tolong jangan tinggalkan kami, Xixi. Kau adalah teman terkuat yang pernah aku miliki."

Air matanya mengalir di pipi Junjie, suaranya berubah parau, wajahnya memerah.

Huaiwei merangkul bahu si Manis tersebut. "Jie, kamu masih terluka. Jangan paksakan dirimu, ayo obati lukamu."

Tepuk tangan menggema altar istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepuk tangan menggema altar istana. "Bagus, bagus. Rencanamu berjalan mulus."

"Tidak sia-sia kau menyerahkan dirimu pada kami." timpal Sharon.

"Kau berhasil mengambil beberapa anggota kuat dari mereka di usia semuda ini." tambah Loretta.

"Lalu apa yang harus kulakukan selanjutnya?"

"Bersikaplah seolah-seolah kau prihatin, aku yakin kau akan semakin disayang oleh mereka terutama kekasihmu itu." jawab Markum.

"Apa kau siap, Chen Tao?" tanya Ratu Fernandez.

"Saya selalu siap."

-0-

Youwei sibuk berjalan kesana kemari mencari kekasihnya,"Duh... kemana perginya Chen Tao?"

Chen Tao berjalan santai dengan senyum. "Oh hai Youwei. Kau mencariku?"

"Aku terlalu khawatir denganmu. Kupikir kau ditangkap dengan pasukan kegelapan itu. Kau baik-baik saja,kan?"

Pelukannya seolah menghangatkan tubuh kurus gadis salju tersebut. Ia tersenyum,"Aku baik."

"Baguslah, tolong jangan tinggalkan aku kali ini saja."

"Maksudmu?"

Youwei melepas pelukannya dan menangkup wajah Chen Tao. "Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku dan menatap masa depan bersama."

"Aku berjanji."

Youwei tidak tahu tentang apa yang terjadi dibaliknya. Dan ia juga tidak tahu apa yang membuat Chen Tao seperti ini, yang jelas mereka harus bersama lagi.

Keesokan harinya, mereka menghadap ke singgasana sang Ratu menggunakan kereta kencana berbalut warna hijau laut yang merupakan warna kesukaan sang ratu dengan ukiran emas di setiap lekukan.

Ketika memasuki kereta, Landi merasa tidak asing dengan hal ini tetapi ia simpan rasa penasarannya tersebut. Sesampainya di gerbang mereka disambut para warga disana yang didominasi para mermaid (duyung) dan makhlut laut lainnya.

"Selamat datang, manusia. Aku ucapkan terima kasih karena kedatangan kalian disini. Izinkan aku mengatakan ini pada kalian, kalian bisa meminta satu permintaan asal kalian bisa menurut denganku."

"Hei, sepertinya aku pernah bertemu dengannya."

Yaochi terkejut mendengar perkataan Landi. "Hah? Dimana?"

"Coba kuingat-ingat lagi." Terkadang Landi itu pelupa jadi ia butuh waktu untuk mengingat beberapa hal penting. Setelah menutup mata sejenak, ia baru ingat kejadian tersebut.

"Kau kenapa,bro?" tegur Wenxuan.

"Dia yang menarikku ke dasar sungai hingga mati. Aku ingat jelas."

Tanpa basa-basi Yixing menunjuk jarinya ke arah sang ratu. "Memang benar kau pelakunya!"

"APA?!" Seluruh anggota istana terkejut mendengarnya, desas-desus dari mulut ke mulutpun menyebar secepat cahaya.

"Apa benar ratu sekejam itu?"

"Kudengar dia pernah menghanyutkan setengah dari seluruh prajurit Pantai Utara karena perang saudara."

"Hah yang benar?"

"Anda pernah mengirim ombak untuk menghancurkan kami. Padahal kami bermain-main di pantai, itu saja." lanjut Yixing.

Perdebatan semakin memanas antara Raja Lebah dengan Ratu Pantai Selatan. "Kau..."

Wanita berpakaian serba hijau itu membuang napas. "Baiklah kita kembali ke topik utama. Apa permintaan kalian?"

"Sebenarnya tempat kami diinvasi oleh pasukan Ratu Fernandez dari Fakandaland. Dan kami harus mengumpulkan kekuatan sembari menangkap roh-roh jahat."

"Hmm... begitu ya?"

Seketika tatapannya mendingin sedingin es di Antartika. "Baiklah."

-Tbc-

Halo guys! Aku kembali membawa chapter baru ff ini setelah sekian lama. Maaf banget kalo aku lambat update dan ceritanya kependekan.



Kisah Para HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang