Seminggu Kemudian...
Pagi yang cerah menyapa Kyoto, mereka berniat untuk berlatih sekaligus memburu roh jahat. Yixing yang sejak subuh tadi terbangun mulai membangunkan mereka, terutama Chunyang.
"Chunyang, ayo bangun." ucapnya lembut. Mata kecilnyapun terbuka setelah mendengar suara tersebut. "Iya, pak. Aku bangun." balasnya.
Pagi yang tenang tadi langsung dikacaukan oleh suara khas Junjie karena teman sekamar mereka sulit bangun.
"BANGUUUUUUNNNNNN!!!"
Alhasil barang-barang di ruangan mereka berjatuhan. Sebuah botol sake terjatuh mengenai Wenxuan,"Aduh! Siapa yang menjatuhkan botolnya?" tanyanya ketika bangun.
"Ayo bangun, pemalas." kata Huaiwei.
"Iya iya aku bangun."
Wenxuan berjalan ke ruang makan,"Selamat pagi, kami sudah menyiapkan sarapan untuk kalian." ucap Guanyue.
Hidangan sarapan telah disuguhkan di meja, aroma yang mengundang selera membuat siapapun ingin mencicipinya.
Semua orang sudah duduk di tempat masing-masing. "Semuanya mari kita berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai."
Shizhan hendak mengambil makanan tersebut, tetapi tangannya dipukul oleh Zhenning. "Berdoa dulu,Shizhan."
Seusai berdoa, mereka menikmati sarapannya. "Wah... enak sekali. Aku suka supnya." puji Jinfan. "Tadi Mak Bos yang membuatnya." kata Mingming.
"Aku suka tahunya, walau hanya dikukus tapi rasanya lezat." tambah Youwei.
"Changxi dan Guanyue yang membuatnya." balas Yaochi.
"Semuanya enak menurutku. Dari nasi hingga acarnya enak semua, ini bisa mengisi lebih tenaga kita." puji Yixing.
Di sela-sela sesi makan, Huaiwei berbisik. "Jie, kemana Cheche?" tanyanya. "Tidak sopan kau memberinya nama panggilan!" balas Junjie.
"Oops... sorry. Maksudku dimana Huixuan?"
Sedari tadi, Huixuan tidak menunjukkan batang hidungnya. Apa benar ia disiksa oleh si majikan? Junjie khawatir pada gadis pendamping tersebut.
Selesai sarapan, Huixuan baru tiba di ruang makan. "Selamat pagi, maaf aku terlambat."
"Huixuan, kami ingin bicara denganmu sebentar." ajak Changxi.
-0-
"Minggu lalu kudengar kau tengah dimarahi oleh majikanmu. Ada apa?" tanya Changxi.
Huixuan hanya diam dan menunduk. Ia takut jika hal ini didengar oleh Amai, ia takut jika ia harus dihukum lagi.
"Jangan takut, kami tidak menekanmu disini. Jadi, keluarkan semua yang kau tahan di hatimu." ucap Junjie sambil memegang tangan Huixuan. Changxi sempat memperhatikan pergelangan tangan gadis tersebut, terlihat sebuah luka yang sama dengan milik Chunyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Para Hantu
AcakMenceritakan curhatan-curhatan dan keluh kesah para hantu dan makhluk astral lainnya. GS seperti biasa, alur cerita gak jelas, receh, dll.