CW~2

2.4K 137 0
                                    

"Assalamu'alaikum Bun, Zahra pulang dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke dep___ " teriak Zahra menggema memenuhi penjuru isi rumah.

"Wa'alaikumsa ..... Astaghfirullah Al'adzim Adveenaaaa!!!" pekik Mayra tak kalah lantang bahkan ucapan salam pun tak sampai selsai. Karena melihat anak perempuanya yang pulang dalam keadaan mengenaskan.

Bagaimana tidak, Zahra saat ini mengenakan Jersey futsal yang penuh dengan kotoran seperti lumpur atau mungkin tanah basah sepertinya, dan jangan lupakan kaus kaki putih yang tadinya bersih seperti tanpa kaca, kini berubah warna menjadi kecoklatan. Sebenarnya Zahra pake kaus kaki apa pake bunglon? Kok bisa berubah warna?

"Kamu abis ngapain Zahra?" tanya Mayra shock, ia tak habis pikir mengapa ia punya anak perempuan tapi kelakuan astaghfirullah al'adzim.

"Abis main futsal Bun.," cengir Zahra seperti tanpa dosa.

"Kamu tuh ya, Bunda harus bilangin berapa kali sih, jangan main kotor-kotoran gini, macem gembel aja tau gak," ucap Mayra menatap malas anak perempuan satu-satunya itu.

"Yah Bun, parah banget si. Zahra cantik cetar membahana takendol-kendol ngeunah ini masa disamain sama gembel," dengus Zahra tak terima masa dia disamain sama gembel? OMG HELLO!!

"Bunda!!!" Teriak Zaky dari arah dapur. Perlu kalian ketahui ya readers, si Zahra somplak itu punya kembaran yang mulutnya kek bon cabe! Namanya Zaky, dia itu salah satu golongan cogan Indonesia bermulut pedas!

"Iya nak kenapa?" tanya Mayra yang langsung menghampiri Zaky

"Ini Ikannya pake bumbu balado kan?" tanya Zaky yang tengah menggoreng Ikan yang sudah disianginya terlebih dahulu.

"Iya terserah kamu aja," uap Mayra mengelus sayang putranya, ia percaya apapun yang dimasak Zaky pasti hasilnya selalu memuaskan.

Dari arah ruang keluarga Zahra datang sambil bersenandung ria.  Zahra menatap lapar hidangan yang sudah tersusun rapi. Pandangannya tertuju pada sebuah perkedel jagung buatan kembarannya.

Dan!!!

Pletak!!!

Satu geplakan berhasil menghentikan tangan Zahra, yang mulai beraksi.

"Awsss..." ringis Zahra karena geplakan Zaky bisa dibilang cukup keras.

"Gak boleh sentuh makanan Zaky!! tangan kamu banyak kuman!!" ujar Zaky menatap dingin padanya.

"Yaelah Ky pelit amat si kamu," dengus Zahra memutar bola matanya malas.

"Bukan gak boleh Ra, kamu gak liat itu tangan kamu, baju kamu kamu, penuh kuman bakteri tau gak! Apalagi kerudung kamu udah kaya kain pel, gak steril amat jadi cewek!" omel Zaky panjang kali lebar kali tinggi dibagi diameter.

"Zahra kamu abis ngemis dimana?" tanya Reza menatap putri sulungnya.

"Ayah apasi! Tadi Bunda bilang aku gembel, Zaky bilang aku gak steril, sekarang Ayah bilang aku abis ngemis, akutuh gak bisa diginiin."

"Wah ini masakan siapa kok kayaknya menggoda banget ya," puji Reza tanpa menghiraukan anak gadisnya yang sedang  misuh-misuh gak jelas.

"Masakan aku dong Yah, masa masakan si Zahra pegang kuali aja dia ogah," celetuk Zaky semangat empat lima enam tujuh guna menyudutkan Zahra kembali.

"Apasih Ky," Delik Zahra malas, pokoknya malas, punya kembaran kaya Zaky itu malas, tau gak? Pokoknya malas!

"Berati kamu harus belajar masak dong dari Zaky kasian nanti suami kamu masa mau makan garem terus," goda Reza pada putrinya

Sedangkan Zahra dia hanya menatap kesal pada Ayah dan Anak itu. Bagaimana mungkin mikirin kesana dia aja baru kelas 11 ya gak?

Memang benar Zahra dan Zaky berbanding terbalik, jika Zahra suka futsal maka Zaky suka memasak. Jika Zahra suka melihat pertandingan sepak bola lain halnya denga Zaky yang suka drama Korea, jika Zahra terbilang masa bodo akan sekitar lain halnya dengan Zaky yang ingin serba perfect.

"Ayah udah kasian Kak Zahra nya ihh," lerai Mayra, gini-gini ia gak tega anak gadisnya dibully terus padahal dalam hatinya ia juga ingin menghujat anaknya hahahah.

"Tau nih Ayah niat banget mojokin Zahra," kesal Zahra merasa ada yang membela.

"Yah kayaknya si Zahra kudu di Nikahin biar bisa berubah," ceplos Zaky yang memang gedek setengah mampus sama kembarannya.

"Ayah si udah ada niatan buat itu," jawab Reza seraya menerima makanan yang
di sodorkan Mayra.

"What!!! Sekata kata lu kalo ngomong" ujar Zahra menatap sengit kembarannya.

"Biar lo tuh berubah masa gue aja yang cowok bisa masak lah lo cewek kerjaan kelayapan inilah itulah," oceh Zaky. Cerewet! Itulah Zaky.

"Suruh siapa lo bisa masak," delik Zahra. Kenapasih dari tadi bahasanya Zahra yang gak bisa masak terus! Si Zaky keknya pengen ditenggelamin ke rawa-rawa deh.

"Udah udah ayo makan," lerai Mayra.
Sedangkan Zahra dia melengos ke kamar guna membersihkan dirinya.

Setelah makan mereka pun berkumpul di ruang keluarga.

"Zah .... Urusan perjodohan tadi bukan main main," ucap Reza serius, dua rius malah.

"Apasih Yah gak lucu tau gak, lagian Zahra masih kelas sebelas main jodoh-jodohin aja," ucap Zahra  namun pandangannya tak lepas dari layar kaca.

"Terus juga Ayah pasti tau kan kalo Zahra gak bisa ngurus rumah, masak, nanti suami sama anak Zahra gimana jadinya" ujar Zahra, ya memang benarkan? Tak mungkin setiap hari ia memasak Indomie terus.

"Itulah alasan Ayah buat jodohin kamu karena apa? Kamu harus bisa jadi perempuan seutuhnya," Ujar Reza menatap putrinya

"Emang teh Zahra Mimi peri apa," dengus Zahra malas. Apa-apaan coba main jodoh-jodohin aja!

"Keputusan Ayah sudah bulat kamu akan Ayah jodohkan dengan anak sahabat Ayah... Ayah harap kamu bijak dalam masalah ini."

"Ayah tuh ihh, suka maksa-maksa yang namanya perasaan gak bisa dipaksain."

Nikah? Umur 17 tahun? Apa kata orang? Gimana nantinya? Zahra gak bisa masak, gak bisa ngurus rumah, mau jadi apa rumah tangganya nanti?

Emangnya cuma ini doang cara mendewasakan anak? Emang gak ada cara lain apa?

"Gimanapun caranya gue harus gagalin rencana konyol ini," batin Zahra meronta-ronta.

TBC......

Nikah SMK [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang