Cw~21

880 79 11
                                    

Adnan kembali ke apartemen tepat pukul 21:00 waktu Indonesia bagian barat. Sesekali ia menghela nafas berat, jam-jam segini adalah waktu yang pas untuk overthinking.

Adnan menatap sekeliling ruangan yang kini hanya ada kegelapan. Mungkin Zahra sudah tidur begitu pikirnya. Mencoba menerawang bagaimana nasib rumah tangga yang kini ia jalani, bagaimana jika suatu saat perpisahan yang menjadi jawabannya? Ah, Adnan mencoba mengenyahkan jauh-jauh pikiran itu. Baginya cukup sekali ia mengucapkan janji suci itu.

Tapi bagaimana jika Zahra kelak menemukan seseorang ya dicintainya? Adnan bukan tak peka ataupun berpikiran negatif tentang Zahra namun ia hanya merasa Zahra masih memiliki laki-laki lain yang amat dicintainya. Apa jika laki-laki itu kembali, Zahra akan berpaling darinya?

"Kenapa hidup gue rumit gini sih."

Terjebak dalam perjodohan dan pernikahan dini seperti ini tentunya bukan hal mudah. Adnan yang keras kepala harus dipertemukan dengan Zahra yang keras kepala juga. Adnan pun harus bersusah payah menekan egonya agar rumah tangga yang ia jalani baik-baik saja. Mengalah tak selamanya menyakitkan. Itu pikir Adnan.

Adnan menghela nafas lelah, selepas itu ia menuju kamarnya. Adnan bisa melihat Zahra yang terlelap dengan damai, ada rasa haru dalam dirinya, diusianya yang masih terbilang muda dia bisa memperistri gadis secantik dan secerdas Zahra.

"Lo kalo lagi tidur mukanya damai banget, lain kalo lagi sadar. Serem kaya macan, tapi tetep cantik."

"Gue beruntung punya lo, tapi gue gak tau sampai sekarang perasaan lo untuk siapa."

Adnan terduduk dibawah ranjang seraya menatap wajah damai Zahra, ia mengusap lembut pipi yang selalu menggembung lucu kala marah atau pun merajuk. Ah Adnan jadi terkekeh sendiri.

"Gue gak nyangka kita yang selalu musuhan malah terjebak dalam ikatan pernikahan."

"Gue harap lo gak pernah menyesal mengorbankan semuanya demi pernikahan ini."

Lelah bermonolog Adnan kini ikut merebahkan tubuhnya disamping Zahra. sebelum benar-benar terlelap Adnan mendaratkan kecupan lembut didahi Zahra.

"Nan, bangun!"

"Lima menit lagi Ra," ujar Adnan melengguh tanpa berniat membuka matanya.

"Nan iss, bangun sholat subuh!" Zahra tak henti menggoyangkan tubuh suaminya bahkan sesekali menarik guling yang tengah dipeluk Adnan.

"Adnan bangun, Masyaallah!"

"Lima menit lagi."

"Selsai gue mandi sama wudhu lo harus udh bangun pokoknya."

"Hmm."

Zahra berlalu menuju kamar mandi dan melaksanakan ritual membersihkan badannya.

Sepersekian menit kemudian Zahra keluar dari kamar mandi, namun ia kembali naik pitam kala Adnan tak kunjung mengakhiri mimpinya.

"Adnan Yusuf  Al- Gifari!"

"Iyaa Yang. Aku mandi sekarang," ujar Adnan ngibrit meninggalkan tempat ternyamannya.

"Masyaallah banget ya turunannya Abi Ilham," ujar Zahra mengelus dadanya sabar.

Setelah memastika Adnan masuk ke kamar mandi, Zahra segera menggelar sejadah tak lupa sebelumnya ia menyiapkan baju koko serta sarung yang akan Adnan kenakan.

"Yang baju aku!" teriak Adnan dari dalam kamar mandi.

"Iya."

Beberapa saat kemudian Adnan keluar dan menyugar rambutnya yang basah. Zahra memperhatikan tanpa berkedip. Ia tak menafik bahwa Adnan sangat tampan pagi ini.

Nikah SMK [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang