Cw~~23

632 53 16
                                        

"Serem juga ya," ungkap Gibran tak habis fikir. Ternyata memang benar cinta membuat semuanya tertutup.

"Kenapa gak diterima aja sih Nan?" Tanya Eza begitu penasaran, meskipun ia tahu pasti jawaban yang akan dilontarkan tadi mulut sahabat laknatnya itu pasti Zahra.

"Zahra."

"Yaelah, doi aja suka gak peka. Masih ae dikejar gak takut swallownya putus?" Ledek Reyhan membuat sedikit hati Adnan tersentil.

"Mau gimana-pun Zahra tetep istri gue," lirih Adnan, ya sangat lirih hingga keempat sahabatnya tidak mendengar jelas.

"Hah? Apa?" Keempatnya kompak bertanya.

"Kepo Lo, udah cepet kerja!"

Disisi lain, Zahra bergerak tak nyaman kerena Farhan selalu memandang intens, kenapa baru sekarang pria itu muncul? Hati Zahra mulai bimbang sekarang, pikirannya tertuju pada Adnan, namun hatinya berkata lain.

"Jangan liatin Zahra kaya gitu, Kak." Pria dihadapannya terkekeh geli, Zahra sama sekali tidak berubah sejak pertemuan terakhir mereka dulu.

"Nanti kita makan siang bareng, gak ada penolakan." Zahra mendelik, kenapa pria dihadapannya semakin menyebalkan. Namun tak dapat dipungkiri jika hati Zahra sangat bahagia.

"Dih, maksa!"

"Biarin."

Zahra masih sibuk menyusun obat yang akan diantarkan ke ruangan pasien rawat inap, tentunya dengan Farhan yang senantiasa mendampingi. Melihat itu membuat rekan prakerin Zahra bertanya-tanya tentang kedekatan yang sepertinya diluar konteks prakerin.

"Doyannya yang muda-muda ya Dok," ujar seorang perawat menatap usil pada Farhan.

"Lho, Kakak Dokter?"

"Bukan, saya tukang nasi uduk," kelakar Farhan membuat Zahra merenggut sebal.

"Terus kenapa Kakak, dari tadi ngikutin aku? Bukannya harusnya ngechek pasien?"

"Saya menggantikan sahabat saya yang berhalangan hadir, jadi kamu gak usah geer."

"Pepet terus Dok." Farhan hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan perawat tersebut.

"Udah mending kamu kerja, jangan makan gaji buta," seloroh Farhan. "Harap berkaca sebelum berbicara," ketus Zahra seraya meninggalkan mereka berdua.

"Kapan dijadiin istri?"

"Nanti bro," jawab Farhan tersenyum tipis. Ada rasa sesak yang tiba-tiba menjalar dalam dirinya.

"Jangan terlalu lama, itu barang bagus. Kalo lu gak mau gue siap gantiin," ujar perawat yang diketahui bernama Syafqi.

"Sialan."

                              o0o

"KALO HANYA MAKANAN DI MEJA."

"TAK PERNAH ENGKAU MAKAN."

"KALAU HANYA KOPI YANG KU SUGUHKAN."

"MANGGA LEGLEG KU SIA!"

"Eh, Astaghfirullah gak boleh bicara kasar ya, bunda ngga pernah ngajarin begitu," potong Reyhan ketika semuanya tengah melakukan konser dadakan. Biasalah kalo kata Gibran buat menyambung hidup.

"Ihh gila lo! Pantesan aja si Yayang gak mau ternyata lo mengidap biseksual."

"Anjing amit-amit!"

"Jauh-jauh lo sana!"

"Kejamnya Akak, tak berperi kemanusiaan!" seloroh Reyhan menatap sedih kawanannya.

"Iss gila semua, gak ada yang bener," ujar Adnan.

"Udah jam makan siang, hayu makan!"

"Yang beli makan gue sama Adnan ya," usul Gibran mendapati anggukan dari ketiganya.

"Tapi bayar sendiri-sendiri," lanjut Adnan. Mendapat tatapan protes dari teman-temannya.

"Ann-- astaghfirullah aladzim."

"Duh kayanya businya harus diganti."

"Gue kebelet, toilet dulu ye."

Adnan memutar bola matanya malas, kalo sudah begini maka mau tak mau ia yang menjadi bandar.

"Lain kali mending malam Jum'at gak usah liat yang iya-iya mending ngepet aja Lo semua." Mulut siapa nih pedes amat? Siapa lagi kalo bukan babang Adnan Tamvans.

"Anjir, help gue kena mental."

"Apa Nan? Gak kedengeran?"

Adnan dan Gibran memutuskan untuk segera berangkat guna menenangkan cacing-cacing diperut mereka yang kian berontak.

"Mau beli apa Nan?"

"Terserah." Gibran yang mendengar jawaban Adnan, reflek menginjak rem motor bebeknya. Sehingga helm keduanya terantuk.

"Kenapa kamu teh?" ujar Adnan agak sewot.

"Ini gue bonceng cewek berbatang apa gimana?"

"Sialan."

"Ya lagian jawabannya terserah, kaya cewek kamu teh, suka bikin pusing!"

"Belom aja gue lempar ke kandang piranha lo!"

"Ampun bang jago."

"Sorry bang jago."

"Ampun bang jago."

"Tew .... Tew .... Tew."

"Adnan gak boleh ngomong kasar yaa, harus sabar," ujar Adnan mengurut dada menghadapi sikap absurd kawannya.

Gibran-pun menyalakan kembali mesin motornya, dan melanjutkan perjalan belum beberapa meter motor Gibran tiba-tiba berhenti mendadak.

"Kenapa lagi sih?"

"Mogok bos," cengir Gibran menatap Adnan yang mukanya berubah kesal.

"Yaudah dorong hayu," ujar Adnan dan diangguki oleh Gibran.

Gibran dan Adnan memutuskan untuk mendorong sepeda motor mereka mencoba mencari tempat untuk memperbaiki sepeda motornya.

Mereka-pun berhenti disebrang sebuah cafe namun tatapan Gibran tak lepas dari cafe tersebut. Adnan yang menyadari ada gelagat aneh kawannya, mencoba mengikuti arah pandang Gibran. Nantinya berpacu dengan kencang, ada raut wajah yang sulit diartikan disana.

"Nan," panggil Gibran namun Adnan tak memperdulikan panggilan Gibran ia mencoba fokus pada motor dihadapannya.

"Nan buru atuh."

"Adnan." Masih tak ada jawaban, membuat Gibran mendengus sebal.

"Adnan buru nanti diskonnya habis astaghfirullah!"

"Itu buy one get one, lumayan buat hemat biayaaaa!"

"Sabar atuh, kamu teh mau si Ucup ditinggal disini?"

"Udah hayu lah dorong aja keburu sold out itu seblaknya!"

"Gasskeun atuh!"

Mereka-pun menuju gerai seblak yang sepertinya baru dibuka itu, mengingat promo yang disediakan bukan main.

Setelah mendapatkannya mereka-pun kembali ke bengkel dan disambut dengan suka cita oleh geng lucknutnya.

Brakkk!

"Kamu teh kenapa?" Tanya Gibran menatap Reyhan.

"Seblaknya gak ada cekernya!"

"Atuh aku mah gak tau!"

"Hahhh!"









TBC ......

Haiiii senjaaa come again, gimana part ini? Maaf yaaa updatenya lama banget:(
Semoga kalian suka yaaa❤️

Jangan lupa follow, vote, sama comentnya biar senja semangat nulisnya ❤️

See u next part🤗❤️



Nikah SMK [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang