Welcome to my another story!
Disini kalian bisa menemukan kisah baru dengan karakter baru.Selamat menikmati kisah mereka!
***
Yang namanya keluarga akan tetap menjadi keluarga, dan gak ada yang namanya keluarga buangan.
-Blacky-Happy reading!
***
Pagi tadi suasana lapangan upacara cukup riuh karena siswa dan juga siswi SMA Antariksa terus saja protes. Mereka semua tidak terima jika pihak sekolah berlaku dengan tidak adil. Alasan utama mereka protes karena tak ingin di pecah kelas.
Memang di Antariksa sudah menjadi tradisi jika siswa kelas 10 hingga kelas 12 harus merasakan di pecah kelas atau acak kelas. Alasannya yaitu supaya setiap siswa mampu untuk berinterikasi dan beradaptasi dengan siswa lainnya.
Mau tak mau dengan terpaksa mereka harus mau berusaha beradaptasi dengan orang baru. Tentunya untuk beberapa siswa ini sangat tidak mudah. Apalagi sistem acak seperti ini belum tentu dapat efektif untuk diterapkan.
Dan di ruang kelas ini lah yang sepertinya menjadi satu-satunya kelas yang suasana nya cukup hening. Sama sekali tak terdengar suara heboh khas siswa yang tidak senang dengan keputusan pihak sekolah.
Kelas XI Mipa 5. Dan dilihat dari wajah siswa juga siswi di kelas ini, orang pun akan langsung faham jika mereka sama tak setuju nya dengan siswa lain. Namun apa daya? Keputusan pihak sekolah sudah bulat.
Hal yang membuat mereka resah salah satunya adalah karena mereka mendengar jika kelas Mipa 5 adalah kelas buangan. Alias kelas yang berisi anak-anak sisa dari kelas lain.
Tentu saja mereka resah, bagaimana jika kabar bahwa mereka menjadi kelas buangan terdengar hingga telinga orang tua nya di rumah? Akan terdengar seperti sekumpulan orang bodoh bukan?
"Arrrgh, gue gak tahan sama situasi kelas kaya gini." ujar Tiara, dan siswa lainnya juga mengangguk setuju.
"Baaang, pssst! Bang!" Katara berbisik ke arah seorang lelaki yang masih sibuk dengan ponselnya.
Lelaki itu menoleh, dan menaikan kedua alisnya. Pertanda jika ia bertanya 'ada apa?'
"Dari pada kita diem gini, mending bikin struktur organigram aja." Katara berpendapat.
"Oh oke." lelaki itu maju ke depan kelas, mengambil spidol yang tergeletak di atas meja guru.
Ia mulai menuliskan struktur organigram di papan tulis. Ujung spidol yang bergesekan dengan papan tulis menimbulkan suara decitan. Ya, satu kelas dapat mendengar nya. Saking sunyi nya suasana di dalam kelas.
Lelaki itu berbalik, menutup spidol yang tadi ia gunakan menulis.
"Baik, selamat pagi teman-teman."
"Pagi!" jawab mereka serempak.
"Gue tau kalian semua yang ada disini sama sekali gak nerima keadaan kelas kita sekarang. Mungkin kalian masih betah dengan teman-teman kalian semasa kelas 10 dan terpaksa untuk ada di kelas ini. Karena gua juga merasakan itu.
Tapi guys, mau gak mau kita harus nerima keadaan yang sekarang. Dengan teman baru, wali kelas baru, dan sistem belajar yang baru. Jadi gue mohon untuk kerja samanya, kita akan ada di kelas ini selama satu tahun kedepan. Gue mohon pengertian kalian semua untuk mulai terbiasa dengan keluarga baru ini."
Mereka mengangguk faham, seolah suara yang lelaki itu keluarkan tercipta memang hanya untuk memberi intruksi yang akan di patuhi orang yang mendengarnya.
"Dan kali ini gue mau buat struktur organigram kelas kita untuk satu tahun kedepan. Di mulai dari ketua kelas, ada yang ingin mencalonkan diri?" lanjutnya.
Tampak gelengan kepala mereka mulai terlihat satu persatu. Lelaki itu menggaruk belakang kepalanya.
"Gimana kalo lo sendiri aja?" usul Zefanya. Dan penghuni kelas yang sedari tadi bungkam mulai ikut menyeruakan suara mereka menyetujui usul tadi.
"Oke, untuk ketua kelas sendiri itu gue. Dan wakil ketua kelas gue tunjuk Katara. Karena cuma dia yang gue kenal deket di kelas ini."
Katara melongo, kemudian mendelik tajam mendengar keputusan lelaki itu. Alasan macam apa itu? Sementara lelaki di depan hanya terkekeh dan memberikan tatapan seolah mengatakan 'demi kelas ini'.
"Untuk sekretaris kelas gimana? Ada yang mau atau gue tunjuk aja?" tanya nya lagi.
"Gue bisa jadi sekretaris." Natasya mengacungkan tangannya.
"Oke untuk yang sekretaris dua ada yang mau lagi? Gue kasih kesempatan kalian mikir satu menit mau ada di posisi mana. Acungin tangan, sebut nama dan posisi apa yang kalian mau." ia mulai menghitung mundur.
"Dea sekretaris dua."
"Sonya sama Dila Bendahara."
"Gue Fadhillah kerohanian."
Dan siswa lain menyusul untuk mengisi posisi kosong yang ada di papan tulis tadi.
Aura kepemimpinan yang di perlihatkan lelaki itu ternyata benar-benar mampu membuat yang lain terpimpin dengan baik.
Usai menuliskan nama-nama tadi, ia menoleh ke arah Katara. "Oke jadi fix untuk organigram kita setaun kedepan adalah nama orang-orang ini. Dan untuk grup kelas gue dan Katara nanti bakal buat. Kalian tulis aja nomor kalian di kertas yang nanti Katara kasih." Katara mengangguk faham kemudian memberikan satu lembar kertas untuk mereka isi.
"Sebelumnya gue ucapin terimakasih buat kerja sama kalian. Dan jangan denger apa yang orang bilang soal kelas kita ini adalah kelas buangan. Kita keluarga. Dan gak ada yang namanya keluarga buangan. Thank's guys." lelaki itu kembali ketempat duduknya.
Sementara satu kelas menghembuskan nafas lega, ada sedikit rasa untuk mulai menerima keadaan kelas baru ini dari lubuk hati mereka.
------------------------------------
Hollaaa guysss, gimana?? Siapa sih cowo yang bisa ngeluarin aura kaya gitu??
Hope you like and enjoy it.
See you in the next chapter!
With love sky^^
KAMU SEDANG MEMBACA
[ATS1] B L A C K Y ✔
Teen FictionAmazing cover by del_graphic Blacky, begitu nama populer nya. Lelaki dengan warna kulit yang sangat kental dengan ciri khas Indonesia. Terlahir di Bandung dan dan besar di Yogyakarta. Lelaki dengan banyak keahlian di berbagai bidang. Lelaki yang jug...