Chapter 17

408 27 34
                                    

Semenjak kejadian demam kemarin, Soo Hyun sedikit demi sedikit menjaga jarak dengan Woohyun. Terasa aneh dan hampir mustahil memang. Sejak kecil mereka selalu pergi bersama, berdua. Bermain berdua, berangkat sekolah berdua, makan berdua, bahkan tak jarang mereka mandi berdua waktu kecil. Tapi kalau ada yang lupa, Soo Hyun berhasil hidup tanpa Woohyun selama 6 tahun. Jadi bukan hal sulit bagi gadis itu untuk menjauh sekali lagi. Soo Hyun pasti bisa!

"Ah, molla! Kepalaku sakit!", teriaknya di dalam kamar. Menutupi wajah dengan boneka dan terbaring menghadap langit-langit kamar. Kakinya bergerak menendang angin. Tampak seperti gadis gila.

Tok-tok!

"Soo, kau baik-baik saja?", tanya Nyonya Kang heran.

Soo Hyun segera bangkit dan menjawab, "Ne, Eomma. Gwenchana."

"Keluarlah. Bantu Eomma masak untuk makan malam."

"Ne."

Nyonya Kang geleng-geleng kepala mendapati tingkah aneh putri sematawayangnya itu setelah menemukam keduanya, Soo Hyun bersama Woohyun, tidur diranjang yang sama dipagi kepulangannya. Juga ada sarapan yang sudah siap disantap di meja makan berikut memonya. Setelah ditelisik, Nyonya Kang baru tahu makanan itu adalah buatan Eomma-Myungsoo. Nyonya Kang akan bicara dengan wanita itu nanti.

Nyonya Kang sudah memulangkan Woohyun ke rumah utama pagi tadi setelah sarapan berikut mengantar Soo Hyun ke sekolah. Walaupun namja itu merengek tidak mau pulang dengan alasan tidak ada yang menjaganya di rumah. Jadilah Nyonya Kang di rumah utama sampai Komisaris atau Nyonya Nam pulang. Dan beruntung, Nyonya Nam pulang sebelum makan malam. Woohyun tampak sangat senang sekali tadi.

- Nam's House -

Woohyun tak bisa berhenti tersenyum kala suapan demi suapan datang dari Eomma-nya. Tidak sia-sia ia mau pulang ke rumah walau awalnya terpaksa. Semua beban hidupnya seolah terangkat hanya dengan satu kali suapan dari Nyonya Nam.

"Andaikan Ibu kandungmu ada di sini, dia pasti akan merawatmu. Maafkan Eomma, Hyunie. Ibu terlalu sibuk bekerja."

Woohyun menggeleng disela kunyahan. Menelan makanannya, ia menyahut, "Itu tidak benar. Eomma adalah Ibu terbaik di dunia. Eomma sibuk bekerja juga karena aku. Aku tahu itu. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Eomma. Aku sangat menyayangi Eomma, Eomma tahu itu. Jadi jangan bicara hal omong kosong seperti itu lagi. Bagiku tidak ada orang yang lebih berharga dari Eomma. Eomma adalah segalanya bagiku." Ia mengakhirinya dengan kecupan lembut dikedua tangan Nyonya Nam-wanita yang diam-diam melakukan panggilan melalui ponsel pintarnya yang terletak disaku bajunya.

Nyonya Nam mencium kening Woohyun sebagai balasan kalimat manis nan ketulusan anak tirinya itu. "Sekarang minum obatmu dan tidurlah."

Woohyun mengangguk dan mengambil 3 butir obat dari piringnya, meneguk semuanya sekaligus dalam sakeli tenggak. "Selamat malam."

"Selamat malam.", balas Nyonya Nam sebelum menutup pintu.

Woohyun tidak tahu mengapa Eomma tirinya itu tiba-tiba mengungkit Ibu kandungnya. Padahal selama ini Woohyun tidak pernah mendengar ada seseorang di rumah ini yang membicarakan wanita itu. Melihat wajahnya pun Woohyun tidak pernah. Ah, ralat, pernah sekali Woohyun melihat fotonya. Tapi itu dulu sekali. Tidak juga untuk nama Ibu kandungnya. Mungkin seseorang pernah menyebutnya, tapi Woohyun terlalu sibuk untuk mendengarkannya. Woohyun sungguh tidak peduli siapa ibu kandungnya dan ia tidak akan mencari tahu. Kenyataan bahwa wanita itu tidak menginginkannya sudah lebih dari cukup. Woohyun tidak mau mendengar hal apapun yang berhubungan dengan wanita itu sekalipun itu adalah berita kematiannya. Tidak akan pernah!

THAT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang