Chapter 3 : Home

408 31 32
                                    

Baru 2 hari Myungsoo meninggalkan Busan tapi namja itu sudah merindukan kota dimana ia dibesarkan. Kembali ke kota kelahiran terdengar tidak terlalu buruk, tapi meninggalkan sejarah kehidupanmu selama 10 tahun terasa sangatlah berat. Seoul bukanlah tempat baru bagi keluarga Kim. Tapi fakta bahwa semuanya tidaklah sama sangat mengganggu Myungsoo yang notabene menganggap adaptasi itu sangat merepotkan. Apalagi di dunia ini tidak mudah menemukan seseorang yang bisa kau percaya. Tidak semua orang bisa dijadikan teman, tapi setiap orang berkesempatan menjadi lawan.

"Apa yang kau pikirkan?"

Myungsoo menoleh ke samping. Ada si sulung yang tengah mengemudi. "Aku ingin pulang.", jawabnya tanpa harus bersusah payah berbohong. Myungsoo bukanlah tipe orang yang akan berbohong hanya demi menjaga perasaan seseorang. Myungsoo yang dikenal semua orang adalah Myungsoo yang selalu berterus terang, tidak peduli jika ucapannya akan menyakiti orang tersebut.

"Di sini juga rumah kita.", balas Sunggyu.

"Yah, dulu!"

"Sekarang dan begitupun seterusnya!" Sunggyu tahu apa yang dipikirkan oleh adiknya. Tapi mau sampai kapan Myungsoo menyimpan kenangan buruk itu? Usianya bukanlah anak kecil lagi. Sudah seharusnya Myungsoo menerima rasa sakit itu sehingga bisa bangkit dari masa lalu. "Belajarlah bersikap dewasa. Dunia ini tidak hanya berputar di bawah kakimu, Myungie. Jangan mengecewakan Eomma lagi.", sambungnya menusuk tepat ke hati.

Biasanya Sunggyu tidak akan sekeras ini pada adiknya. Tapi Sunggyu juga tidak bisa terus menutup mata dari segalanya. Sebagai anak tertua Sunggyu mempunyai kewajiban yang sama dengan Appa-nya, yakni membimbing yang lebih muda. Lagipula, sebagai seorang kakak Sunggyu tidak akan melakukan sesuatu yang akan merugikan adiknya. Meskipun Sunggyu terlihat keras di luar, tapi namja itu sebetulnya sangat lembut di dalam. Dan Myungsoo adalah segalanya bagi Sunggyu. Jadi Sunggyu tidak akan membiarkan siapapun menyakiti adik kesayangannya itu.

"Kaja!", ajak Sunggyu keluar lebih dulu. Myungsoo bahkan tidak sadar jika mobil yang ia tumpangi sudah berada di garasi rumah lamanya. Sebuah mansion mewah yang memiliki warna putih keseluruhan.

*

- Sky High -

Hari kepulangannya adalah hari yang di tungu-tunggu oleh semua orang di mana anak kesayangan mereka akan kembali ke rumah. Bukan hanya keluarga dan para sahabat. Bahkan para pelayan pun ikut berdebar menunggu kedatangan namja yang kini sudah berusia 17 tahun. Ada begitu banyak hadiah yang dipersiapkan di rumah utama. Setiap sudut rumah dihias dengan berbagai ornamen hiasan gantung seolah hendak merayakan ulang tahun seorang bocah yang ke tujuh. Tentu semua itu atas perintah Nyonya muda rumah, Nam Chaewon. Yah, yeoja 14 tahun itu sudah tidak sabar ingin bertemu saudara satu-satunya, sang Pangeran sekaligus pelindungnya. Tapi semua itu sia-sia setelah setengah hari menunggu, namja tersebut tidak kunjung datang. Ternyata kepulangan remaja lelaki itu diundur sampai minggu depan. Itulah yang dikatakan sekretaris komisaris setelah Chaewon merengek pada Harabeoji-nya mengapa sang Oppa tidak muncul di bandara.

"Sudah ada kabar tentang bocah tengik itu?", Sungyeol bertanya dengan kesal. Saat ini, ia ingin sekali memukuli seseorang. Bayangkan saja, selama hampir 4 jam kau harus terkurung di rumah dikelilingi bingkisan layaknya menunggu sinterklas dihari natal, yang artinya mustahil!

Soo Hyun menggeleng tak peduli. Terlalu malas untuk berkomentar. Juga terlalu marah karena sahabatnya yang satu itu tidak pernah berubah. Soo Hyun pikir, setelah 6 tahun tidak bertemu maka sifat menyebalkan namja satu itu bisa hilang. Tapi ternyata justru semakin parah. Selalu saja seenaknya. Pergi tidak pernah pamit, pulang pun tidak memberi kabar. Seperti jailangkung, datang tidak dijemput, pulang tidak diantar.

THAT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang