Chapter 22

404 28 14
                                    

Sebagai anak yang tidak memiliki orang tua ataupun keluarga, ditambah lingkungan yang jauh dari kata baik, Yaze hidup bahagia bersama saudaranya. Memang mereka tidak memiliki ikatan darah, harta apalagi, tapi ikatan selalu datang dalam bentuk apapun, meskipun dalam bentuk kebencian. Yaze kecil atau yang akrab dipanggil Yoo Chun itu hidup dilingkungan kumuh dengan orang-orang kasar. Entah karma apa yang ia lakukan dikehidupan sebelumnya sehingga diumurnya yang ke-5 Yoo Chun harus kehilangan kedua orang tuanya dan terjebak dalam dunia gelap. Perkampungan yang ditinggali merupakan komplek terbesar bagi para petindak kejahatan. Bahkan diumurnya yang terlalu muda Yoo Chun harus mencuri demi mempertahankan hidup mengingat tidak ada yang mau menampung dan merawatnya.

Yoo Chun mengendap memasuki rumah dengan pagar setengah rusak itu. Sambil membawa sebungkus roti, Yoo Chun menyelinap masuk melalui Jendela berbentuk persegi panjang, mendaratkan kakinya dengan mulus di depan seorang anak lelaki yang lebih muda darinya, sedang berjongkok menunggunya.

Bocah itu segera mendongakkan kepala dan tersenyum lebar melihat orang yang ditunggu telah datang. "Hyung datang.", kata bocah itu sumringah meski tampak bekas darah disudut bibirnya dan luka lebam disekujur tubuhnya.

"Maaf terlambat. Kau pasti sudah sangat lapar.", kata Yoo Chun penuh sesal sembari menyerahkan sebungkus roti yang telah dicurinya dari pasar tadi.

Bocah itu menggeleng sembari menerima roti tersebut tanpa menghilangkan senyum bahagianya. "Tidak masalah. Aku bisa menunggu lebih lama lagi dari sekarang karena aku tahu Hyung pasti datang. Tidak peduli berapa lama, aku akan tetap menunggu!"

Yoo Chun mengusak gemas rambut bocah itu. Hatinya menghangat hanya dengan mendengar tawa ringan dari bocah Hong tersebut.

Tiba-tiba terdengar teriakan yang memanggil nama bocah itu dari keluar. "OI, HONG YOO CHAN!" membuat kedua anak kecil itu terperanjat kaget dan menjadi panik.

Anak bernama Yoo Chan itu seketika berdiri dan mendorong Yoo Chun agar segera pergi. Ayahnya sudah datang dan Yoo Chan tidak mau sampai ayahnya melihat Yoo Chun ada di rumah mereka—kamarnya— Karena jika tidak sesuatu yang sangat buruk akan terjadi. "Hyung, pergilah. Cepat!", mohonnya sembari terus mendorong Yoo Chun pergi.

Anak lelaki yang lebih tua dua tahun dari Yoo Chan itu memang tergolong keras kepala. Ini bukan kali pertama mereka berdua berada dalam situasi ini dan pada akhirnya selalu berakhir dengan buruk. "Jika Ayah melihat Hyung, dia akan membunuhmu. Aku tidak mau itu terjadi. Aku tidak mau Hyung terluka karena aku. Cepat pergi, Hyung!"

"Kalau begitu ikutlah denganku! Kita bisa kabur?!" Yoo Chun menggenggam erat tangan adiknya seolah jika ia melepaskannya sekali saja maka ia akan kehilangan Yoo Chan untuk selamanya.

Tapi Yoo Chan menggeleng keras. Anak itu tahu lebij dari siapapun. Percuma mereka kabur, toh, pada akhirnya ia akan kembali ke rumah itu lagi. Menolak pergi bukan berarti Yoo Chan tidak ingin bebas. Tapi setiap usahanya kabur selalu berhasil ditemukan kembali oleh Ayahnya yang pemabuk itu.

"HONG YOO CHAN, DI MANA KAU?"

Yoo Chan tersentak panik. Suara Ayahnya terdengar semakin dekat. Juga disusul suara barang yang dilempar atau ditendang dari luar kamarnya. "Hyung, aku mohon! Pergilah sekarang! Jika Hyung tidak pergi sekarang maka Aku tidak akan bisa menemui Hyung lagi untuk selamanya!?" Seketika mata Yoo Chun melebar. Kesempatan itu digunakan Yoo Chan untuk mendorong Yoo Chun yang sudah nangkring di jendela sampai jatuh ke bawah. Beruntung jarak jendela dan tanah rumahnya hanya sekitar satu meter saja. Jika tidak, mungkin Yoo Chan tidak akan memaafkan dirinya sendiri kalau sampai Yoo Chun terluka.

Tepat setelah itu pintu kamar Yoo dibuka kasar dari luar, nampak ayahnya yang sedang mabuk menyeringai kepadanya. Dan selanjutnya yang terjadi pria dewasa itu memukuli Yoo Chan dengan sangat mudah seolah hal itu adalah kesenangan tersendiri olehnya, dan semua itu tidak luput dari mata Yoo Chun yang mengintip.

THAT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang