Terkutuklah mereka semua!
Woohyun sampai tidak bisa menggerakkan tubuhnya kecuali jari-jari tangan dan kakinya. Tubuhnya terjebak antara dua kakak tertuanya; Ryosuke disisi kanan dan Kyosuke disisi kiri alias paling ujung. Demi ayam jantan bertelur, Woohyun ingin melempar Yuichi ke laut. Yuichi yang mencetuskan ide gila tidur bersama agar Woohyun tidak kabur.
Ucapkan selamat tinggal pada Korea malam ini.Kali ini Woohyun membenci kemampuan spesial Yuichi tersebut. Muncul di saat yang tidak tepat.
Mereka, berenam, tidur bersama di ruang tengah dimana kursi dan televisi sudah dipindahkan sebelumnya. Menggelar kasur lipat. Woohyun tidak mampu berkutik setelah semua kakaknya bersekongkol mengurungnya di sini sejak keluar dari Kantor polisi. Bahkan memegang ponselnya saja Woohyun tidak diperbolehkan.
Keparat!Oke, Woohyun setuju pulang ke Jepang. Memang benar, tapi tidak besok. Maksudnya, izinkan Woohyun menemui keluarganya untuk terakhir kalinya, berjaga-jaga kalau dirinya tidak akan kembali. Minimal biarkan Woohyun mengucapkan salam perpisahan pada Ibu dan adiknya, Nyonya Kang, Soo Hyun juga Haneul.
Woohyun berusaha menarik tangannya yang ditindih oleh tangan-tangan kakaknya, pelan-pelan. "Tidurlah!"
Woohyun spontan mematung. Melirik ke kiri, Kyo-san masih memejamkan mata. "Tidurlah, bocah! Sebelum aku yang menidurkanmu!"
Woohyun menelan salivanya susah payah. Mendengar kalimat 'menidurkan' dari bibir Kyosuke membuat Woohyun langsung berpikir tentang pemakamannya.
"Aku ingin ke toilet.", cicit Woohyun susah payah. Barulah Kyosuke menarik tangannya dari atas perut Woohyun. Sementara tangan Ryosuke dengan mudah dipindah oleh Woohyun, tampak kakak pertamanya itu tidur teramat nyenyak mungkin karena kelelahan. Woohyun berhutang beberapa kata maaf pada Kakak pertamanya itu.
Woohyun bangun menuju toilet sekedar untuk membasuh wajah. Pikirannya kacau ke mana-mana. Beberapa menit kemudian Woohyun keluar dan langsung dikejutkan dengan Kyosuke yang sudah berdiri di depan toilet. "Sudah selesai?", tanya pria itu sambil bersedekap dada.
"Aku ingin minum.", jawab Woohyun sambil menunjuk lemari pendingin di sisi lain. Woohyun membuka pintu lemari pendingin, mengambil sebotol air dan meneguknya perlahan. Sesekali ekor matanya melirik ke arah Kyosuke yang belum bergeming dari tempatnya tadi.
Selesai minum, Woohyun melangkah perlahan ke ruang tengah berniat mengulur waktu sembari mencari cara untuk kabur dari rumah Yaze. Sampai ucapan Kyosuke mau tidak mau menundukkannya telak. "Ini terkahir kalinya aku bicara. Tidurlah!!", ekor mata Kyosuke mengarah pada ruang kosong tempat mereka.
Woohyun mengangguk patuh. Dalam hati dan benaknya Woohyun mengumpati Kyosuke dengan semua sumpah serapah yang ada di dunia ini. Woohyun lebih memilih berhadapan dengan Yaze berdua dengan Ryosuke ketimbang menghadapi satu Kyosuke. Demi apapun, kenapa Kakak yang selama ini tidak pernah mau melihatnya sekarang tiba-tiba ingin mengatur hidupnya?!
Sementara itu, Myungsoo yang tengah berada di kamarnya juga tidak bisa tidur. Kejadian di kantor polisi terus mengusik pikirannya. Belum lagi Woohyun yang sampai detik ini tidak bisa dihubungi. 5 menit yang lalu ketika turun ke bawah ingin ke dapur mengambil air Myungsoo menemukan Ibunya sampai tertidur di sofa karena menunggu kepulangan anak kandungnya. Bukannya ia cemburu, hanya saja Myungsoo tidak suka Nami terlalu mencemaskan Woohyun yang bahkan tidak mau menerima perhatian dari wanita tersebut. Prinsip Myungsoo, untuk apa mempedulikan orang yang tidak mau dipedulikan!?
Membalik tubuhnya untuk ke sekian kali, Myungsoo teringat akan 2 orang pria yang menjemput Woohyun dalam hitungan menit. Belum lagi pihak kepolisian yang membiarkan mereka bebas padahal sebelumnya seperti berniat sangat ingin menjebloskan mereka ke penjara. Ditambah pria yang membawa Woohyun membawa beberapa pengawal? Jadi wajar kalau Myungsoo tidak bisa berpikir positif mengenai mereka dan Woohyun.
![](https://img.wattpad.com/cover/174820458-288-k484682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT TIME
FanfictionWaktu adalah segalanya. Ibarat 2 sisi koin, waktu bisa menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan hati seseorang. Tapi Waktu juga bisa menjadi penyakit yang paling mematikan. Tergantung kepada siapa pemilik waktu tersebut. Bagaikan 2 sisi bilah pedang...