Epilog

512 22 14
                                    

- 2 Years Later -

Soo Hyun nampak gugup di ruangannya, ruangan khusus pengantin wanita. Sementara di luar sana sang pembawa acara memanggil nama pasangannya disusul riuh tepuk tangan dari para undangan. Berkali-kali ia merapalkan doa agar dikirmkan seseorang untuknya. Soo Hyun sungguh gugup.  "Oppa, cepatlah datang!", tepat setelah itu pintu ruangannya terbuka lebar, Soo Hyun amat bersyukur dalam hati. Tanpa sadar ia berdiri dengan senyum lebar penuh kelegaan, namun saat pandangannya mendongak dan melihat siapa yang datang, saat itu juga ia kembali terduduk dengan mata membulat sempurna dan mulut setengah terbuka, matanya berkilau, dadanya sesak dan tubuhnya seolah kehilangan banyak energi. Soo Hyun merasa lemas, dan bertambah lagi saat orang itu bicara dengannya.

"Bernafas, Soo." Sontak Soo Hyun meraup udara berkali-kali dengan rakus. Ia tidak sadar kalau tadi ia menahan nafas saking kagetnya. Ia tidak berhalunasi kan!?

Soo Hyun mengucek matanya berkali-kali, memastikan kalau apa yang lihat adalah nyata, bahkan sampai mencubit pipinya sendiri dan berteriak.

Orang itu malah terkekeh. "Aku bukan hantu, Soo. I'm here now."

"Kecuali kau pingsan seperti Eomma, maka aku pastikan aku hanyalah sebuah ilusi dimatamu.", tambahnya. "Dan tolong jangan menangis. Tidak ada pengantin yang menangis dihari pernikahannya, Soo. Dan aku juga belum mau mati ditangan suamimu saat dia tahu akulah yang membuat wajah istrinya tampak seperti zombie. Bisa jadi semua tamu undangan lari terbirit saat kau keluar nanti. " Woohyun coba berkelakar namun tidak berpengaruh pada sahabat perempuannya itu.

Woohyun menghela nafas, usahanya tidak berhasil. Perempuan yang coba ia hibur itu kini malah sudah meneteskan bulir air mata pertamanya. "Demi Eomma-mu, Soo, berhentilah menangis! Jangan buat aku menyesal telah datang dihari pernikahanmu!" Kali ini tidak ada wajah gurauan, Woohyun serius.

Segera Soo Hyun menghapus air matanya, menahan mati-matian cairan asin itu agar tidak lagi keluar. Lalu berjalan mendekat, selangkah-dualangkah sebelum akhirnya berlari menubruk tubuh sahabatnya yang ada dikursi roda, memeluknya sangat erat seolah takut kehilangannya lagi. "Jika aku tahu kau menangis, aku akan langsung pergi dari sini, Soo. Aku berjanji!", kata Woohyun memperingatkan.

Soo Hyun mengangguk cepat, menggigit bibir bawahnya kuat-kuat agar tidak menangis, menahan semua letupan emosinya. Sampai Woohyun meraih kedua lengannya dan menarik Soo Hyun sedikit menjauh agar ada jarak diantara mereka, supaya Woohyun bisa melihat lebih teliti wajah cantik sahabatnya lalu berkata, "Tersenyumlah, Soo. Sudah saatnya kau keluar. Semua orang sudah menunggumu." Barulah Soo Hyun sadar kalau namanya tengah disebut di luar sana.

"Keluarlah!", kata Woohyun lagi sambil tersenyum tulus.

"Kau akan tetap di sini kan saat aku kembali?", tanyanya penuh harap. Akhirnya Soo Hyun kembali mendapatkan suaranya. Yang dibalas Woohyun dengan anggukan kepala. "Kau janji?"  Woohyun mengangguk lagi.

Tapi seakan tahu kalau Soo Hyun tidak akan pergi sebelum mendapatkan jawaban, akhirnya Woohyun menjawab, "Aku janji. Sekarang keluarlah."

"Kau akan tetap di sini saat aku kembali nanti kan?"

"Hm."

"Kau tidak akan lagi menghilang seperti 7 tahun lalu kan?"

"Hm."

"Pergilah, Soo! Kau menakutinya. Saat ini dia pasti berpikir kau pasti berubah pikiran. Sunggyu sudah memanggilmu keempat kalinya dan kau juga belum keluar. Mereka pasti mengira kau kabur dari pernikahan ini."

Soo Hyun menggigit bibirnya lagi, antara takut dan gugup. Takut Woohyun menghilang dan gugup karena pernikahannya. Sampai sentuhan lembut ditangannya menenangkan hatinya, sedikit meredam getaran aneh dalam hatinya. "Aku akan tetap di sini. Aku berjanji.", ucap Woohyun lembut disertai senyum hangatnya, menatap langsung ke dalam manik mata Soo Hyun, meyakinkan perempuan itu.

THAT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang