Kehidupan di rumah utama dimulai dari pagi-pagi sekali. Semua pelayan diharuskan bangun sebelum matahari terbit, memulai kegiatan mereka dari dapur sampai luar ruangan; dari memasak sampai menyiram tanaman. Jauh lebih pagi dibandingkan biasanya karena kehadiran komisaris Nam beserta cucu lelakinya di rumah tersebut sejak semalam. Nyonya Kang sebagai kepala pelayan harus memastikan semua pekerjaan selesai sebelum sang majikan bangun, menata meja makan sedemikian rupa hingga tidak akan ditemukan sudut yang kosong. Khusus pagi ini semua masakan adalah makanan favorit Tuan muda Nam, langsung dimasak khusus untuk namja tersebut dari chef ternama, Chef yang sama yang memasakkan namja itu jauh sebelum 6 tahun lalu.
"Dia belum bangun?", komisaris Nam bertanya seraya berjalan mendekat ke kursi miliknya yang berada diujung bersamaan para pelayan yang menarik diri dari sisi meja tuk kembali ke belakang. Menyisakan Nyonya Kang seorang diri guna melayani sang majikan. "Padahal aku tidur di sini supaya aku bisa sarapan bersamanya."
Nyonya Kang tersenyum menanggapinya. "Haruskah saya membangunakannya, Tuan?", tawarnya seraya mengisi piring komisaris Nam.
"Tidak! Dia pasti kelelahan setelah bermain-main di luar sana.", jawabnya seraya menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Sedangkan Nyonya Kang hanya mengamatinya dari samping, berdiri di sana hingga Komisaris Nam selesai makan. Tidak bicara jika tidak ditanya, cukup bicara seperlunya saja.
Tak sampai 10 menit kemudian, pria tua itu berdiri begitu sekretaris Yoon datang. Menyisakan beberapa suap dipiringnya. Wanita dengan bluse peach itu tersenyum menyapa Nyonya Kang. "Selamat pagi, Nyonya Kang!"
"Selamat pagi!", sambutnya sama ramah sebelum bertanya kepada komisaris Nam dengan nada cemas. "Tuan tidak menyelesaikan makanan anda? Apakah makanannya tidak enak?"
"Bukan. Sebenarnya aku ada janji sarapan dengan seseorang. Suruh orang lain menghabiskan semua makanan ini dan buatkan yang baru untuknya nanti jika dia sudah bangun!", komisaris Nam mulai melangkah keluar dari sisi meja diiringi anggukan kepala dari Nyonya Kang. "Lagipula aku di sini hanya untuk melihatnya saja agar aku yakin jika dia benar-benar nyata, bukan sekedar mimpiku saja."
Sekretaris Yoon mengikuti dari belakang bersama Nyonya Kang.
Komisaris Nam melangkah menuju lantai 2, menaiki anak tangga satu demi satu dengan bantuan tongkat ditangan kanannya secara perlahan. "Nyonya Kang, Tolong jaga rumah tetap tenang selama dia tidur. Pastikan tidak ada siapapun yang mengganggunya hari ini. Jika Chaewon berulah, berikan gadis itu uang dan suruh berbelanja."
"Ye, saya mengerti, Tuan!", angguknya sedikit menunduk seraya terus berjalan di belakang komisaris Nam dengan tangan menyilang ke depan.
Sesampainya di kamar sang cucu, komisaris Nam hanya membukanya sedikit, menampakkan wajah damai Woohyun sebelum akhirnya menutup rapat pintu bercat putih itu kembali seperti sedia kala. Baginya, melihat wajah Woohyun yang tertidur saja sudah lebih dari cukup. Komisaris berbalik menghadap kedua wanita itu kemudian berujar sengit, "Pastikan dia tidak keluar dari rumah ini sebelum aku datang! Aku tidak peduli bagaimana caranya kalian melakukan itu. Tapi yang jelas, tidak boleh ada satu orang pun yang membawanya keluar dari rumah ini!"
Kedua wanita itu mengangguk sebagai jawaban. "Saya sudah menambah anggota keamanan di depan. Saya juga menempatkan beberapa di sekitar rumah untuk berjaga-jaga seandainya orang-orang Nyonya Nara memaksa membawa Tuan muda, komisaris!", tutur sekretaris Yoon.
"Anda tidak perlu khawatir, Tuan. Saya akan menjaga Tuan muda!", sambung Nyonya Kang.
Sedangkan Soo Hyun, yeoja itu tengah tertidur di depan toko swalayan diujung jalan. Gila memang, yeoja itu sudah di sana sejak 2 jam lalu. Berbalut mantel sebatas paha tapi kaki putihnya terekspos jelas tanpa sehelai benang pun. Berbekal nama dan wajah, Soo Hyun masuk ke dalam toko yang baru saja dibuka oleh pemiliknya dengan mata setengah tertutup. "Selamat pagi, Rae Yong-ah!", sapanya pada namja yang tengah berdiri di daun pintu selaku anak pemilik toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT TIME
FanfictionWaktu adalah segalanya. Ibarat 2 sisi koin, waktu bisa menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan hati seseorang. Tapi Waktu juga bisa menjadi penyakit yang paling mematikan. Tergantung kepada siapa pemilik waktu tersebut. Bagaikan 2 sisi bilah pedang...