24 jam berlalu tapi tidak ada perubahan dengan kondisi Woohyun. Namja itu senantiasa menutup mata seolah dia tidak ingin melihat dunia lagi. Denyut nadi dan jantungnya bekerja secara teratur. Minimal mereka sadar kalau namja itu masih bernafas, itu yang terpenting.
"Nyonya, waktu berkunjung sudah habis. Silahkan keluar. Pasien butuh istirahat.", kata seorang Suster.
Nyonya Kang mengangguk. Sudah menjadi prosedur rumah sakit kalau Woohyun hanya bisa dijenguk dijam-jam tertentu, dan satu orang saja. Jika ada yang menjenguk mereka harus masuk bergantian. Mengetahui putra asuhnya masih bernafas saja sudah lebih dari cukup bagi Nyonya Kang untuk saat ini. Sekarang dirinya hanya fokus pada kesehatan Woohyun saja, tidak yang lain. Apapun akan Nyonya Kang lakukan demi menjaga putra asuhnya sekalipun harus berjaga 24 jam di depan ruang ICU dan merebut hak asuh Woohyun, ataupun menghilangkan jejak Ibu kandung Woohyun untuk selamanya. Lalu setelah itu Nyonya Kang akan membawa Woohyun pergi jauh, hidup sebagai putranya dan memulai hidup baru. Nyonya Kang menghela nafas untuk ke sekian kalinya. Ia rasa dirinya mulai gila karena Woohyun tak kunjung sadar.
Soo Hyun tersenyum menyambut Eomma-nya. Di sampingnya juga ada Haneul yang berniat menjemput wanita terpenting dalam hidup mereka.
"Ayo kita pulang." Haneul menarik tangan Eomma-nya lembut. Ini sudah diputuskan kalau Nyonya Kang harus pulang hari ini. Haneul dan Soo Hyun bahkan harus berusaha ekstra keras untuk membujuk Sang Eomma agar mau pulang. Wanita itu tidak pernah meninggalkan ruang ICU sejak datang kemarin, juga tidak mau makan.
"Sia—"
Dongwoo yang baru datang menyahut cepat, "Eommoni, tenanglah. Aku yang akan menjaga Woohyun. Sungyeol juga dalam perjalanan. Lagipula Joo-Hyung bilang dia akan kemari setelah pekerjaannya selesai. Eommoni tenang saja. Eommoni menjadi orang pertama yang aku hubungi begitu Woohyun sadar." Dongwoo mengarahkan layar ponselnya ke Nyonya Kang seraya menekan angka satu panggilan cepat yang mana ponsel Nyonya Kang langsung berbunyi.
Akhirnya Nyonya Kang mengangguk pasrah. Wanita itu lebih percaya kepada teman-teman Woohyun ketimbang keluarga namja itu. Soo Hyun tidak meragukan Dongwoo karena dia juga tahu arti Woohyun bagi namja bermarga Jang itu.
"Kaja.", ajak Haneul.
"Aku akan datang lagi besok pagi.", kata Soo Hyun pamit.
Dongwoo mengangguk. "Bawakan makanan yang enak.", balasnya.
Dongwoo menghela nafas lelah begitu rombongan keluarga Soo Hyun pergi. Membuka pintu ICU, Dongwoo menggeplak kening Woohyun pelan. "Bangun!", ketusnya.
Dan di saat yang bersamaan Ryosuke masuk, langsung menggeplak kepala Dongwoo dari belakang dengan tenaga berkali-kali lipat. "Sekali lagi kau menyentuh adikku, aku akan memotong kedua tanganmu!"
Woohyun memutar mata jengah. "Bisakah kalian berhenti bertengkar?! Aku sudah cukup pusing sekarang. Jadi tolong bersikaplah dewasa."
- Ryosuke POV -
Aku ralat ancamanku kepada Dongwoo tadi. Saat ini Dongwoo justru bisa membantuku memukuli kepala Woohyun agar bocah tidak waras itu segera sadar, kalau aku mau. Siapa yang dia suruh untuk bersikap dewasa sedangkan dirinya sendiri bersikap kekanakan!? Maling teriak maling.
"Di mana hasil yang ku minta?" Woohyun menengadahkan tangannya. Anak ini tidak tahu sopan santun sama sekali. Kami lebih tua darinya tapi sikapnya seolah-olah dia adalah boss nya di sini.
Aku menyerahkan amplop yang semenjak tadi ku bawa. Woohyun hanya membacanya sekilas, setelah itu tidak bicara apa-apa lagi. Dia kemudian menyibak selimut, menarik paksa selang infus, dan turun dari ranjang. "Antar aku ke Yaze-san!" itu bukan permintaan, melainkan perintah mutlak.

KAMU SEDANG MEMBACA
THAT TIME
FanfictionWaktu adalah segalanya. Ibarat 2 sisi koin, waktu bisa menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan hati seseorang. Tapi Waktu juga bisa menjadi penyakit yang paling mematikan. Tergantung kepada siapa pemilik waktu tersebut. Bagaikan 2 sisi bilah pedang...