Di sela sela tawanya, Bela tak sengaja memegang tangan Reyna yang sedang memeluknya itu. Ia bisa merasakan tangan Reyna yang gemetar.
"Tangan anak ini gemetar, apa dia benar benar ketakutan? Penampilannya udah kayak cowok, aku pikir dia udah nggak takut apa apa."
( Batin Bela )."Hey berhentilah tertawa dan nyalakanlah lampunya."
Ucap Reyna"Bagaimana mau di nyalakan, listriknya kan mati."
"Eh..., kalau begitu nyalakanlah lilin. Aku bawa kok ada di tasku."
"Yaudah dimana tasmu"
Reyna menunjuk tasnya yang ada di tempat tidurnya, Belapun mengambilnya dan mengeluarkan semua lilin di dalamnya.
Bela mulai menyalakan beberapa lilin dan di letakan di meja belajarnya, juga di meja belajar Reyna."Nah sudah terang"
Kata BelaReyna menggelengkan kepalanya, ia merasa ruangan itu masih sangat gelap.
"Tolong nyalakanlah beberapa lilin lagi."
Pinta Reyna."Baiklah, di bagian mana mau di letakan lilinnya."
Reyna menunjuk bagian sudut lemari, depan pintu, tempat sepatu, samping tempat tidur dan masih banyak lagi. Belapun mengikuti perkataan Reyna dan memasang lilin di tempat yang telah di tunjuk Reyna itu.
Sementara Bela menyalakan lilin lilin, Reyna terus mengikutinya dari belakang. Ia berjalan dengan memejamkan mata, sedangkan tangannya terus memegang bagian belakang baju Bela.
...........
"Nah selesai"Reyna membuka matanya dan melihat kamar mereka yang sudah lumayan terang. Lilin lilin yang mereka letakan berwarna warni, sehingga membuat kamar mereka seperti sedang di hias.
Mereka duduk melantai dengan di kelilingi lilin lilin itu."Ruangannya udah terang sekarang, kamu nggak perlu takut lagi."
Kata Bela dengan di akhiri senyum tipisnya."Makasih ya, dan maaf sudah merepotkanmu."
"Kau sengaja membawa lilin sebanyak ini untuk jaga jaga?"
Reyna mengangguk
"Oh iya sejak awal kita ketemu, kita belum pernah berkenalan. Aku belum tau nama kamu."
Bela kembali tersenyum
"Iya ya, namaku Bela.
Kamu...?""Aku Reyna."
"Kamu pasti dengar pembicaraan aku di telepon tadi siang, maaf ya."
Tanya Bela"Iya nggak papa, kebanyakan orang yang aku temui juga awalnya melihatku aneh. Udah biasa."
Sekejap suasana menjadi hening, mereka hanya saling menatap lalu kembali berpaling berulang ulang.
"Kenapa kamu sangat takut gelap?"
Bela kembali memulai pembicaraan."Karena kalau gelap, aku jadi nggak bisa melihat apa apa. Aku nggak bisa merasakan apa apa, hanya ada warna hitam dimana mana. Aku jadi merasa sendirian dan aku nggak suka itu.
Kamu nggak takut?""Nggalah..."
"Lalu apa yang kamu takutkan? cewek tulen kayak aku?"
"Apasih nggak tau. Aku hanya takut kalau nanti orang orang yang aku sayang ninggalin aku, aku ngga mau itu."
Tiba tiba Reyna menjulurkan jari kelingkingnya ke depan wajah Bela sambil tersenyum.
"Kau mau berteman denganku?"
Tanya nyaBela menatap wajah polos Reyna, kemudian ia melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingking yang ada di hadapannya itu.
"Tentu."
Jawabnya"Aku janji akan menjadi teman yang baik dan nggak akan ninggalin kamu."
Perkataan manis dari Reyna itu, berhasil melukis senyuman yang indah di wajah Bela. Senyuman yang membuat Reyna juga ikut tersenyum melihatnya.
Sebelum lanjut, plis di vote guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend
RandomKatakan "Ya" untukku....... #hanya untuk menghibur #Tidak untuk di tiru ⭐ ➡#1 elma (oktober - november 2019 ) ⭐➡#1 denis (21/10 - 08/11, 2019) ⭐➡#9 tomboy ( 02 - 10/11, 219 )