#16

1.6K 89 0
                                    

1 jam kemudian Bela datang.

Terdengar suara langkah kaki mendekati pintu, Reyna pun langsung membalikan badannya membelakangi Bela.
Bela sedikit heran saat memasuki kamarnya yang terlihat gelap.

"Kau sudah tidur?"
Tanya Bela pelan

"Belum."
Jawab Reyna tanpa berbalik melihat Bela.

"Terus kenapa lampunya di matikan, apa kamu bisa tidur?"

"Aku sedang migran, kalau lampunya di nyalakan mataku sakit dan kepalaku akan semakin pusing."

"Oh kau sakit...? kenapa nggak menelponku, aku kan bisa pulang lebih cepat."
Bela segera mendekati Reyna dan membalikan badannya.

"Sinih, aku akan memijat kepalamu, supaya migranmu sedikit berkurang. Kau sudah minum obat?"

Reyna menganggukan kepalanya.
Bela pun mulai memijat mijat kepala Reyna dengan lembut. Reyna terus melihatinya dengan wajah tanpa ekspresi, sedangkan ia berusaha memalingkan pandangannya dari Reyna.

Tok tok tok

Tiba tiba terdengar pintu kamar mereka di ketuk.
Bela berhenti memijat kepala Reyna melihati jam di ponselnya, yang menunjukan pukul 9 lewat.

"Siapa sih datang malam malam begini."
Gerutu Bela sambil berjalan dan membuka pintu.

Ternyata itu Elma.
Ia datang sudah dengan menggunakan baju tidurnya, sambil memeluk bantal dan selimutnya. Bela sudah bisa menebak maksud dari kedatangan Elma.

"Oh Elma, ada apa?"
Tanya Bela.

"AC di kamarku mati, trus kipasnya juga sedang macet. Kamarku terlalu panas, boleh ngga aku tidur dengan kalian.?"

Tentu saja Bela tidak ingin Elma menginap, ia hanya akan menganggu ketenangannya dengan Reyna.

"Maaf El, bukannya nggak boleh tapi Reyna sedang kurang sehat sekarang jadi dia harus tidur dengan tenang. Nggak muat juga kalau kamu cuman tidur di kasurku kan."

"Oh jadi Reyna sedang sakit? Aku ingin melihatnya"
Saat Elma akan masuk ke kamar mereka, Bela langsung berdiri menghalangi jalannya.

"Jangan ganggu dia sekarang, dia baru saja tidur. Dia sedang sakit kepala, kalau terbangun dia akan susah lagi tidurnya. Lagi pula karena Rey sedang sakit, kami nggak akan nyalakan kipasnya. Jadi sama aja kayak kamar kamu."

"Hmm, baiklah. Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku. Semoga Reyna cepat sembuh."

Bela menganggukan kepalanya kemudian kembali menutup pintunya. Elma pun kembali ke kamarnya, walau begitu ia tau kalau Bela memang tidak ingin ia menginap di kamarnya. Ia mulai merasa Bela berusaha membuatnya jauh dari Reyna.

.......

Bela kembali ke tempat tidurnya, ia meraba bagian dahi Reyna, apakah Reyna demam atau tidak.

"Kamu bohong, aku kan belum tidur."
Kata Reyna.

"Biarin, aku tau itu cuman alasanya supaya dia bisa tidur disini bareng kita, lebih tepatnya bareng kamu."
Cetus Reyna

"Memangnya kenapa kalau dia ingin tidur disini bareng aku, kamu cemburu?"

Mendengar itu, spontan Bela langsung memukul pelan kepala Reyna.
"Aauuu... kenapa aku di pukul, aku kan lagi sakit. Kau ini kejam banget."

"Makanya kalau bicara itu jangan sembarangan. Lagi pula kamu beneran mau Elma tidur disini? Kayaknya betah banget bareng tu anak."

"Memangnya kenapa Elma kan baik, periang, dan akrab dengan siapa saja."

Bela menatap mata Reyna
"Ingin sekamar sama aku atau sama dia? Kalau kamu mau sama dia, aku bisa kok minta tukeran kamar."

"Aku terlihat dekat dengannya bukan berarti aku ingin bersamanya juga. Aku udah nyaman sama kamu, jadi aku mau sama kamu aja. Kamu jangan coba coba minta tukeran kamar ya."
Suara Reyna terdengar pelan, matanya juga terlihat mulai berat.

"Yaudah sekarang kamu tidur, tidur yang nyenyak ya. Cepat sembuh."

Tiba tiba Bela mencium kening Reyna dengan lembut. Mata Reyna yang tadinya mulai berat, langsung saja terbuka karena merasa kaget. Ia menatap Bela, namun terlihat Bela langsung menutup matanya.
Sikap manis Bela membuat rasa sayang Reyna semakin besar padanya.

My GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang