#35

892 37 0
                                    

"Tapi Bel, nantinya itu kapan. Kita sudah pacaran selama 2 tahun, dan aku rasa itu cukup untuk meyakinkan mamu. Apa aku yang harus bilang langsung?"

"Jangan Rey...!
Kalau kamu yang kesana langsung bisa bisa mama kaget dan malah nggak suka. Aku kan udah bilang nanti akan aku usahakan, kamu gimana sih...!"
Nada bicara Bela mulai meninggi.
Iapun menyudahi makan kuenya dan pergi mencuci tangan di kamar mandi.

Setelah selesai, ia langsung naik ke tempat tidurnya dan tidur membelakangi Reyna.

"Bel, kita masih harus bicara"

"Nanti aja, aku pusing. Sekarang kau tidur aja, kamu juga kan pasti lelah dari perjalanan jauh."

Hari itu, pembicaraan mereka pun terhenti. Bela merasa kesal karena Reyna tidak ingin mengerti betapa susahnya meyakinkan mamanya, tentang hubungan mereka.
Sedangkan Reyna mulai bingung, bagaimana hubungan mereka bisa berjalan baik, kalau mereka harus terus terusan merahasiakannya dari orang orang.

Ke esokan harinya.

Bela terbangun dengan suara dering panggilan masuk dari ponsel Reyna.
Ia pun mengangkatnya.

"Halo, siapa ini...?

"Bela, ini aku Elma. Mana Reyna? tolong berikan ponselnya padanya
aku ingin bicara."

Mata Bela langsung terbuka begitu mendengar suara Elma.

"Pacarku masih tidur. Katakanlah kamu mau bicara apa, nanti akan aku sampaikan."

"Katakan padanya, kemari sore pak Andi datang ( pemilik perkebunan tempat Reyna praktek. )
Dia sudah tau kalau Reyna kemarin pergi, jadi dia ingin hari ini Reyna segera balik."

"Kamu pasti yang memberitahukan padanya kan. Kamu nggak mau Reyna lama lama disini bersama ku, kamu kenapa sih nggak bisa lihat orang seneng sedikit...!"

"Kamu yang kenapa...! yang aku bilang ini benar tau. Segera suruh Reyna balik ke sini, kalau nggak dia bisa kena marah."

"Nggk mau."

Bela langsung menutup teleponnya dengan suara yang sedikit keras, sehingga membuat Reyna terbangun.

"Ada apa Bel...?"
Tanya Reyna.

"Oh maaf aku mengagetkanmu ya."

"Nggak kok, siapa yang menelpon?"

Bela sedikit berpikir, mungkin Elma hanya berbohong. Tapi jika mungkin benar, ia juga tidak ingin Reyna kena marah..

"Tadi Elma menelpon, katanya pak andi sudah tau kalau kamu nggak ada di kebun kemarin."

"Benarkah...?"
Reyna sangat terkejut, iapun langsung membereskan barang barang yang ia bawa kemarin.

"Kamu mau kemana...?"
Tanya Bela.

"Ya balik lah Bela, mau kemana lagi. Aku nggak mau mengambil resiko, pak andi pasti akan marah kalau aku nggak segera balik."

"Kamu baru kemarin kesini, aku masih ingin denganmu. Kamu mau langsung pergi, bagaimana kalau yang dibilang Elma itu bohong."

Reyna sempat menatap tajam Bela sebentar, kemudian kembali membereskan barang barangnya.

"Kamu jangan bicara begitu, Elma nggak akan bohong."

"Ya, kamu memang selalu mengikuti semua perkataan Elma. Ini masih hari spesial kita, yang seharusnya kita menghabiskan banyak waktu bersama. Baru sekali dia menelponmu, kamu langsung akan pergi meninggalkanku."

"Bela, kamu kenapa sih...!
Tingkah kamu itu lama lama kekanak kanakan tau nggak...!"

Bela kaget karena Reyna tiba tiba berbicara dengan nada yang tinggi.
"Kamu kok jadi marah, aku kan cuman mau kamu lebih lama disini denganku..."

Reyna masuk ke kamar mandi untuk kembali membasahi wajahnya, dan saat itu pula Bela menaruh boneka beruang yang ia beli kemarin ke tasnya Reyna.

"Bela, aku akan pergi sekarang. Tolong mengertilah, lagi pula hanya tinggal 1 bulan lagi kan. Lalu kita akan sama sama lagi."

Bela hanya diam menatapnya, iapun menggenggam kedua tangan Bela.

"Sekarang sebelum aku pergi, kamu mau apa?"

"Kamu mau tau, aku mau apa...?"

"Hmm"

"Aku mau kamu nggak pergi, bisa...?"

Reyna memalingkan wajahnya dan menghembuskan napasnya kasar.

"Bel....,"

"Kenapa kamu nggak bisa? yaudah terserah kamu."

Bela melepaskan genggaman Reyna dan pergi meninggalkannya. Ia berlarian sehingga Reyna tidak sempat mengejarnya. Reyna pun sudah tidak ada waktu mengerjarnya, jadi ia langsung pergi kembali ke desa tempat ia praktek.

My GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang