#31

873 36 0
                                    

Dan lagi lagi, sudah 5 hari Reyna tidak menelpon Bela. Hal ini membuatnya semakin khawatir, ia sangat gelisah jika satu hari saja Reyna tidak mengabarinya.
Ia yang sedang duduk menonton di ruang tamu, akhirnya mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Reyna.

"Masih belum ada panggilan masuk darinya, kenapa sih dia selalu bikin aku khawatir. "
Kata Bela sambil menunggu Reyna mengangkat teleponnya.

Panggilannya masuk tapi Reyna tidak mengangkatnya, itu membuat kekesalan Bela semakin bertambah.

"Loh kok nggak di angkat? gimana sih Reyna. Memangnya ponselnya di senyapkan, sampai nggak denger panggilan masuk dariku...!"

Bela pun mencoba kembali menghubungi Reyna. Kali ini setelah menunggu beberapa kali berdering, akhirnya panggilannya di angkat.

Percakapan telepon

"Halo Rey, Rey kamu kok nggak angkat telepon aku sih...? Aku mencoba menghubungi kamu dari tadi, memangnya kamu masih bekerja?"

"Bela, ini aku. Bukan Reyna."


Bela terdiam. Terdengar bukan suara Reyna, melainkan lebih mirip suara Elma.

"Elma, apa ini kamu? Mana Reyna? kenapa kamu memegang ponselnya...?"

"Iya ini aku. Reyna sudah tidur,
dia sedang migran."

"Ho ya ampun apa dia sakit? bagaimana bisa. Memangnya kalian bekerja sampai jam berapa? Trus apa dia sudah makan? tolong ingatkan dia untuk meminum obanya ya".

"Iya kamu nggak perlu khawatir, dia sudah makan dan sudah meminum obatnya."
Elma menekan kalimatnya.

"Reyna pacarku dan sekarang dia sedang sakit saat aku nggak ada, bagaimana aku nggak khawatir?"

Elma memalingkan wajahnya, rasa kesal seakan membuatnya ingin membanting ponsel Reyna.

"Baiklah, aku akan menutup teleponnya. Sekarang aku sedang
ada di luar rumah karena
mengangkat teleponmu ini. Aku
harus kembali, mungkin Reyna membutuhkan sesuatu."

"Baiklah El, tapi boleh aku sedikit minta tolong padamu? Tolong jangan mencoba membuat Reyna berpaling, dari sesuatu yang ada padanya sekarang. Kamu hanya cukup menemaninya bekerja, jangan berharap sesuatu yang lebih."

Tanpa mengatakan apa apa lagi, Elma langsung menutup telepon Bela dan berjalan kembali ke rumah. Ia tidak tahan lagi dengan kata kata Bela, yang selalu memperingatinya agar tidak mendekati Reyna.

Elma masuk ke kamar Reyna dan menaruh ponselnya di meja. Ia memperhatikan Reyna yang sedang tertidur. Wajahnya sangat manis, andaikan ia bisa menggantikan posisi Bela sebagai pacarnya, mungkin sekarang ia sedang memeluk Reyna dalam tidurnya.

Iapun memberanikan diri mendekati Reya dan duduk di sampingnya. Tangannya mulai memijat mijat lembut kepala Reyna, sehingga membuat reyna sedikit tersadar.

"Bela, sayang kamu datang? Bela aku sangat merindukanmu."

Perlahan Reyna membuka matanya, ia tersadar dari tidurnya setelah melihat Elma yang ada di hadapannya. Iapun menyingkirkan tangan Elma dari kepalanya.

"Oh maaf El, aku pikir Bela. Kamu sedang apa disini...?"

"Aku cuman mau mastiin aja kalau kamu udah tidur. Mau aku pijat kepalanya? supaya migranmu bisa sedikit berkurang."

"Nggak perlu El, saat aku migran biasa Bela yang selalu memijat kepalaku. Jadi kalau orang lain yang melakukannya aku agak merasa aneh. Sebaiknya kamu tidur sekarang, besok kan kita harus masuk hutan."

"Oh iya Rey, baiklah. Kamu tidurlah dengan nyenyak ya."

"Hmm..."

Ke esokan harinya.

Pekerjaan sedang Bela tidak terlalu banyak, jadi ia pulang lebih awal. Tapi ia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi ke kampus untuk menemui bibi di cafe.

Cafe coffee.

"Selamat siang bibi."
Sapaan Bela saat memasuki cafe, iapun langsung duduk di tempat yang kosong.




Partnya menggantung nih,
Langsung di next ya--->

My GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang