4. Kal

4K 499 10
                                        

Menjemput Kalya, anak ini minta singgah sebentar untuk beli martabak.

"Tau gak?"

"Tau apaan?" Tanyaku.

"Gue kangen tau sama lo, lagi baper nih gue sama lo!"

"Kal, inget suami, Kal!"

"Hahahah iyaa! Cuma ihhh... gue mau cerita dong."

"Ya cerita aja, apaan?"

"Gue beberapa hari yang lalu yaa, mimpi tau Put!"

"Mimpi apaan dah lu? Kaya baru pertama kali  mimpi aja."

"Gue mimpiin elu tau Put, yang waktu itu lo omongin sebelum gue nikah, gue bangun-bangun nangis, baper sama lo!"

"Udah lah Kal, gak usah bahas."

"Ihh mau dibahas, gue kan kebangun nangis yaa, terus Aiden tanya gue kenapa, ya gue ceritain, terus kata dia beresin sama lo!"

"Aiden gak marah lo mimpiin cowok lain?" Tanyaku heran.

"Yeee, dia mah rasional, mana bisa kita kontrol mimpi? Kan gue gak request mimpiin elu Put."

Ohh gitu yaa, aku sering request mimpi Kalya, tapi gak pernah mimpiin, malah mimpi cewek asing muka rata. Kan serem.

"Terus?"

"Ya makanya mau ngobrol. Lo udah baik-baik aja kan?"

"Gue baik kok!"

"Tapi di gue ada yang ganjel Put, gue pengen lega. Gue gak enak sama lo, asli."

"Kenapa harus gak enak Kal?! Bentar itu martabak kelar, gue ambil dulu." Ucapku ketika melihat pedagang martabak melambaikan tangan ke arah mobil.

Keluar, aku membayar dan mengambil martabak pesanan Kalya ini.

"Ada mampir kemana lagi?"

"Udah langsung cuss Rifan aja."

Aku mengangguk, kemudian menjalankan mobil ke rumah salah satu sahabat kami.

"Put ihh??" Seru Kalya ketika kami diperjalanan.

"Apa ihh??" Sahutku dengan nada yang sama.

"Gue minta maaf, kalo gue bisa jatuh cinta sama lo ya Put, pasti gue pilih lo, gue tau lo dari dulu, lo baikkkkkkkk banget. Tapi ya gimana?"

"Udah lah jangan dibahas Kal, lo udah nikah, udah hamil juga sekarang, gak baek ngomongin gue, entar anak lo mirip gue loh! Hahahahah!"

"Ganteng dong?"

"Hahahaha anjirrrr!"

"Maaf ya Put, ada hal-hal yang gak bisa dipaksain, maaf."

"Udah santai ah Kal!"

"Bisa berenti sebentar gak Put?" Pinta Kalya ketika kami masuk perkomplekan rumah Rifan.

Menepikan mobil, aku menarik nafas panjang, kemudian menoleh kepada Kalya.

"Apa?" Tanyaku.

"Gue sayang Put sama lo, tapi cuma sayang sebatas temen. Maaf ya!"

"Kan gue udah bilang, santai aja." Aku berusaha biasa, padahal aku merasa hatiku sedikit sakit.

"Tapi gue pengin lu juga biasa gitu ke gue, perlakuin gue kaya lo treat Malika, gak ada beda, gak usah dispesialin. Gue gak spesial Put."

Aku mengangguk. Sepertinya tidak kuat kalau harus buka suara.

"Omongan gue masih sama, gue yakin di luar sana ada cewek terbaik yang disiapkan tuhan buat lo."

Yeah, siapapun dia, yang jelas itu bukan Kalya kan? Sementara aku inginnya dia.

"Put, liat gue napa!"

Akhirnya aku menoleh, menatap mata Kalya, berusaha tersenyum pada wajah yang selama 5 tahun lebih ini selalu  kuharap muncul ke dalam mimpi, lalu menjadi realita yang terindah. Tapi nyatanya...

"Bahagia ya Put!" Aku merasa sebutir air mata lolos jatuh begitu saja, dan tangan Kalya terulur menyekanya.

"Shit, I'm crying like a baby!" Makiku

"No, you're crying like a gentleman! Sini, mau peluk doong!" Kalya membuka seatbelt-nya kemudian mendekat.

Menarik nafas panjang, aku melakukan hal serupa, kemudian memeluk sahabatku ini.

Saat kurasa pernikahannya adalah batas akhir untuk mencintainya, ternyata aku salah. Mungkin detik ini lah terakhirnya. Saat Kalya memelukku dan aku tak merasa penuh seperti dulu-dulu.

Aku kosong.

*******

TBC

Thanks for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo

Singgah yang SungguhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang