13. Chat

2.7K 415 15
                                    

Hari ini, aku baru berhasil mendapatkan nomornya Sacy, itupun minta ke Pak Musa. Alibinya, mau minta bikin surat pengantar. Tapi emang bener sih, jadi lumayan kan sambil menyelam, makan bakso.

Me:
Mbak Sacy?
Ini Putra, mau minta tolong boleh?

Aku mengirim pesan tersebut dari ruang kerjaku. Manja emang, padahal tinggal jalan berapa langkah aja bisa sampe ke mejanya Sacy, tapi... kan mau chat-chatan.

Tak ada balasan dari Sacy, padahal sudah centang dua dan sudah warna biru.

Tiba-tiba, terdengar suara telefon berdering, telefon di ujung lorong, untuk semua pegawai yang ruangannya ada di lorong selatan.

Entah siapa yang mengangkat, detik berikutnya terdengar suara teriakan.

"Mas Putra!! Telefon dari TU nihh!"

Aku bangkit dari kursiku, keluar ruangan lalu menuju telefon.

"Hallo?"

"Mas Shadu? Ini Sacy."

"Yeah? Kenapa?"

"Mau minta tolong apa? Saya gak ada sinyal, jadi susah balesnya, sinyalnya timbul tenggelam."

Yailah, mau chat-chatan aja susah amat yak?

"Sebentar, saya ke TU, tadi lagi ada kerjaan makanya via chat."

"Oke Mas, ditunggu."

"Siap, makasih."

Sambungan mati. Aku menutup telefon kemudian kembali ke ruangan. Merapikan file-file yang kukerjakan, aku mencabut flashdrive yang tersambung ke laptop lalu membawanya ke TU.

Langsung ke ruangan khusus sekertaris, karena Sacy sudah pindah ternyata, aku melihatnya sedang sibuk dengan beberapa berkas.

"Mbak!" Panggilku.

Ia menoleh, kemudian memberikan senyuman yang sangat manis.

"Kenapa Mas?"

"Ini, mau numpang print, soalnya tinta di ruangan abis euy, itu isinya laporan perjalanan buat Pak Musa, sekalian bikinin surat pengantar ya? Soalnya tembus ke Pak Hemli juga.

"Oke Mas, ditinggal aja ya?"

"Kapan kira-kira?" Tanyaku, kalo lama sih mending aku bawa pulang, biar cepet, gak enak juga ngerjain sekertaris orang, dia udah banyak kerjaan kayanya.

"Hari ini kok, ini saya lagi konsep surat dulu, abis itu baru ngerjain punya Mas Shadu. Gak apa?"

"Oke Mbak, maaf repotin ya?"

"Gapapa Mas."

Aku mengangguk kemudian pamit. Cuma gitu doang. Yaudah lah, seenggaknya ada interaksi. Ya kan?

****

Sacy:
Bantu apa, Mas?

Pesan tersebut masuk saat aku sampai ke rumahnya Rifan.

Me:
Telat hahah

Tanpa diduga, langsung masuk sebuah balasan.

Sacy:
Sinyal kencengnya di rumah Mas
Di kantor emang jelek
Kalo ada perlu apa-apa via email aja

Lha? Apaan? Formal amat? Masa iya mau ngajak makan siang aja harus lewat email?
Hiks.

"Kenapa lu senyum-senyum? Awas kesandung!" Aku mendongkak dan melihat Dika.

"Baru lo doang yang dateng?"

Singgah yang SungguhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang