"Vin, lo gimana?" Tanyaku, baru lagi aku ketemu Vino setelah ia absen nongkrong sama anak-anak.
"Baik-baik aja, syukur Kei ngerti. Lo gimana? Di group rame lo punya cewek."
"Baru deket doang, gak tau bakal berujung ke mana."
"Udah tua, Puput sayaang, kalo gak serius dari sekarang, kapan lagi coba?"
Aku cuma geleng-geleng kepala, agak gak percaya aja kata-kata bijak itu bisa keluar dari mulut seorang Vino. Gak meyakinkan.
"Kelar jadi masalah lo?" Tanyaku.
"Proses penerimaan, sambil jalan aja. Hidup tuh bagaimana manusia berproses. Hehehehe! Eh iya, kapan tau lo bilang mau cerita sama gue, apa?" Vino mengalihkan pembicaraan, dia memang begitu, kurang suka kalau dirinya sendiri yang menjadi bahan obrolan.
"Bisa nyari orang gak lo?" Tanyaku.
"Siapa? Buat lo mah gue usahain! Gue tuh selalu bisa nyari orang, siapa aja, pasti ketemu, tapi ada satu pengecualian."
"Apa?"
"Elo, nyed! Lo kalo ngumpetin orang jago banget, bangsat! Sampe detik ini aja gue gak pernah ketemu tuh sama si Dygta! Bangke yaa!" Jelasnya, membuat aku tersenyum.
"Heu, cariin orang."
"Siapa?"
Aku menjelaskan padanya, bilang kalau ini akan susah sekali karena aku bahkan gak punya nama. Satu-satunya jejak yang bisa Vino lacak adalah, orang ini mantan pacarnya Sacy 4 tahun lalu.
"Kasih gue waktu 3 hari ya!" Ucap Vino.
"Thanks, Bro!"
Teman-teman yang lain sudah berkumpul, aku dan Vino menyudahi percakapan rahasia ini. Kami bergabung dengan keseruan malam ini. Dan entah kenapa, aku merasa nyaman yang berlebih saat semua temanku berkumpul. Merasa bahagia memiliki mereka dan saat aku melihat Kalya, aku senang pernah mencintainya, dan bahkan lebih senang lagi saat menyadari ia telah menemukan kebahagiaannya sendiri. Dan aku? Aku harus mencari kebahagiaanku sendiri.
Maaf Kalya, segalanya mengenal sudah.
****
"Ada di penjara dia, namanya Valentino." Kata Vino, hari ini kami janjian berdua di kedai kopi.
"Penjara gara-gara apa?"
"Pemukulan, penipuan, perusakan tempat, ada laporan juga kalau dia berapa kali hamilin cewek. Cuma ya ini, pokok utamanya dia pelecehan seksual ke salah satu orang penting."
"Dipenjara berapa lama dia?"
"10 tahun, baru masuk 10 bulan dia. Lo mau gue bikin dia makin sengsara di penjara?" Tanya Vino.
"Gak gila, udah, dia udah dapet balasannya, yang penting juga, dia udah gak bakalan ganggu Sacy."
"Lo baik banget sih Put? Gue nih ya kalo nemu orang yang nyiksa bini gue, gue kulitin hidup-hidup, terus tytydnya gue potong, gue jadiin gantungan konci."
Aku menggeleng. Begitulah Vino dengan sisi psikopat yang ada dalam dirinya. Untung saja ia tidak pernah kelewat batas. Aku selalu memerhatikan anak ini dan bersedia jadi orang yang menariknya sebelum ia berjalan ke sisi gelapnya terlalu jauh.
"Jadi? Udah? Si Tino gak mau lo apa-apain?"
"Dia udah dapet balesannya, dia selama ini juga gak ganggu Sacy, itu sih yang terpenting."
"Balesan apa? Masuk penjara balesan? Kurang tau Put, kita tuh harus nyiksa orang yang bersalah, bikin kerjaan Tuhan lebih ringan."
"Serah lo daaah!"
"Temenin minum yuk? Gue butuh minum."
Aku langsung mengangguk. Vino, ditengah-tengah masalahnya, ia masih mau membantuku, jadi gak ada salahnya malam ini aku menemani dan menjaganya yang ingin mabuk-mabuk. Kali aja dengan hilangnya kesadaran sementara, bisa bikin dia berfikir jernih besok pagi.
Semoga.
*****
Thanks for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxo

KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah yang Sungguh
Aktuelle LiteraturAku pernah berniat singgah, namun ia tak sungguh. - Putra. (Completed)