Aku dan Sacy sudah banyak saling bertukar cerita, dan saat ini kepalaku penuh dengan semua ceritanya, tapi tak cukup penuh karena aku masih ingin menampung semua ceritanya, bahkan tak cukup di kisah masa lalunya, aku juga ingin ia berbagi ceritanya saat ini, dan juga yang akan datang.
Sampai di rumah, lampu-lampu bagian dalam rumah masih menyala, sepertinya Mama belum tidur.
Mengucap salam, aku menghampiri Mama yang sedang asik membaca.
"Dari mana Sha? Sama temen-temen lagi?" Tanya Mama.
"Engga Ma hehehe, abis main ke rumahnya Sacy."
"Sacy cewek yang kamu ceritain waktu itu?" Tanya Mama memastikan.
"Iya, betul Ma."
"Gimana sama dia?"
"Masih deket aja."
"Jangan kelamaan."
"Ya kan masih proses Ma."
"Iya sihh!"
Kemudian terdengar suara dentingan bertubi-tubi dari ponsel mama.
"Buset, Mama baru ada sinyal? Itu chat masuknya rombongan gitu?"
"Orang gak jelas itu, Sha."
"Ada yang gangguin mama?" Tanyaku. Sebagai orang yang mungkin 'satu-satunya' dimiliki Mama, aku harus melindunginya.
"Ada cowok, Sha. Pindahan dari daerah, genit banget. Tapi feeling mama sih dia pengin ambil posisi mama sekarang."
"Dia mau jadi sekretaris utama juga?"
"Engga sih."
"Lha terus?"
"Gak tau, gitu laah."
"Yaudah, kapan-kapan Putra main ke kantor Mama. Pengin liat orangnya."
"Ihhh diemin aja, orang kaya gitu jangan ditanggepin. Kesenengan dia, berasa penting sampe kita harus ngurusin."
"Tapi Putra mau ketemu, mau liat orangnya. Gak suka Mama diganggu begini." Baru saja mengucap itu, tiba-tiba ponsel mama berdenting lagi, banyak, seperti tadi.
"Putra telefon yak?" Kataku, hendak meraih ponsel Mama tapi Mama malah memilih mematikannya.
"Kan Mama udah bilang Sha, jangan dikasih panggung orang kaya gitu. Malah makin seneng. Toh kalo didiemin nanti juga bosen sendiri." Ucap Mama tegas.
"Heu, yaudah kalo gitu."
"Gimana kamu sama Sacy?" Tanya Mama, balik ke topik awal.
"Ya masih deket aja sih Ma. Tapi kita berdua sama-sama tahu kalau hubungan ini serius. Putra bukan anak ABG yang nyari-nyari pacar buat mainan, dan Sacy... dia udah gak mau main-main karena berpengalaman dari masalalunya." Jelasku.
"Ya kalo udah sama-sama tau saling serius, tunggu apa lagi?"
"Ya kita kan kudu sreg dulu Ma. Minimal saling sayang, ada gitu bibit-bibit cinta yang tumbuh hehehe, biar kesannya nikah gak cuma asal ada pasangan Ma."
"Yaudah, sering main sana kalian, yang jauh sekalian."
"Jauh ke mana?"
"Nanti ada tanggal merah kejepit tuh, cuti aja di hari kejepit, main deh, ke Bandung kek, Jogja kek, quality time gitu loh Sha."
"Diusahain ya Ma, kan Sacy juga gak mungkin ninggalin anaknya."
"Mama mau liat anaknya dong?!"
Aku merogoh ponsel dari saku celana, membuka gallery untuk menunjukan foto Sasha pada mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah yang Sungguh
General FictionAku pernah berniat singgah, namun ia tak sungguh. - Putra. (Completed)