"Makasi Mas udah bantuin Redi."
"Yeah gak apa, kasian juga pas dia telefon bilang sendiri. Ngurus anak kan gak gampang yaa?"
"Dari tadi Mas di sini?" Tanya Sacy, kami berdua sekarang ada di ruang tamu. Sasha sudah aman tidur di kamar sedangkan Rediza pindah ke ruang makan, masih melanjutkan tugasnya.
"Lumayan sih, gak lama-lama banget lah."
Sacy tersenyum, jujur dari tampangnya ia terlihat lelah. Ya gimana gak capek coba, aku yakin 2 hari kemarin dia sibuk nemenin Pak Musa, dan setelah selesai langsung balik ke sini. Aku penasaran, kapan terakhir ia tidur.
"Istirahat Sach, kamu bukan robot." Kataku saat ia tak sengaja menguap.
Lagi-lagi Sacy hanya tersenyum.
"Aku pulang ya, biar kamu bisa istirahat, bareng sama Sasha."
"Eh? Gak usah, kesannya aku nguap kok malah kaya ngusir Mas Shadu."
"Engga apa, aku cukup tau diri kok, ini udah malem banget, gak baik masih di rumah orang, lagian kamu capek banget, aku tau."
"Makasi ya Mas."
"Yaudah aku pamit, bilang Rediza yak!"
Sacy memanggil Rediza, aku pamit pada mereka berdua yang tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.
Keluar dari rumah ini, aku masuk ke mobil Vino. Bingung mau ke mana, kalau balik ke rumah Vino kayanya ini sudah terlalu malam, berfikir sejenak, aku memutuskan pulang ke apartment. Tempat itu sudah terlalu lama kudiamkan.
**
Di apartment, aku mengeluarkan botol-botol minuman yang sengaja kubeli untuk menemaniku di saat-saat seperti ini.
Baru sekian teguk, aku teringat ucapanku pada Vino untuk berhenti minum.
Meletakkan botol di meja, aku berbaring di sofa, mataku menerawang ke masa lalu.
Dulu, aku amat sangat menginginkan Kalya, tapi sekarang perasaanku hambar padanya. Aku gak tau apa mauku, apa tujuan hidupku. Aku hanya ingin merasa utuh.
Memikirkan Sacy, aku menelaah hidupnya. Ia mungkin sendiri, membesarkan anaknya, tapi dimataku ia sempurna, ia punya kakak yang peduli, ia punya ibu yang mengerti. Ia tidak butuh apa-apa. Tapi aku sepertinya yang butuh dia.
Meraih kembali botol minuman, aku menenggaknya sampai habis, membiarkan cairan ini membakar pikiran-pikiranku.
****
"Mas Shadu Pe-Pe! Telefon nihh!" Terdengar seruan rekan kerjaku.
Keluar dari ruangan, aku berjalan menuju telefon di pojok.
"Apa sih? Shadu-shaduan!"
"Yee ini telefonnya mau ngomong sama Shadu kok!"
"Hallo!" Ucapku.
"Mas Shadu?" Aku sudah hafal suara Sacy di kejauhan sana. Gak jauh sih, di TU doang.
"Kenapa Sach?"
"Jam istirahat udah ada acara?"
"Acara apa? Makan? Gak ada, paling ke kantin."
"Ikut yuk, mau gak Mas?"
"Ke mana?"
"Udah ikut aja, tapi naik motornya Mas Shadu yak?"
"Duh gak bisa."
"Kenapa Mas?" Aku mendengar sedikit nada kecewa.
"Soalnya hari ini bawa mobil, hehehe."
"Jeeh, tapi mau kan Mas? Siang ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/193048942-288-k325920.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah yang Sungguh
Narrativa generaleAku pernah berniat singgah, namun ia tak sungguh. - Putra. (Completed)